R21

965 183 8
                                    

Maaf baru bisa update lg.

Terima kasih mood booster nya.

Luv you...


Happy reading.....

Ratasya sangat bahagia dan bangga, suaminya benar-benar hebat. Ratasya pikir Chris akan bersedih dan menolak kenyataan. Ratasya makin cinta saja sama suaminya ini. Hatinya begitu lapang dan penuh kasih sayang .

Ratasya terlihat kagum melihat rumah mewah ayah mertuanya, apa lagi disana ada peralatan medis yang lengkap, Ratasya menatap ke arah lelaki yang sedang berbaring lemah di samping ranjangnya.  Chris tak salah menghapus egonya, lelaki itu sudah cukup menerima hukuman dari alam semesta yang sudah membuatnya menderita selama puluhan tahun.

Ratasya mendekati Alex dan lelaki itu perlahan membuka matanya lalu tersenyum.

"Ayah."

Ratasya pun mencium tangan lelaki itu. Sebenarnya Ratasya ingin memeluknya namun perut buncitnya terhalangi besi ranjang yang melindungi sang mertua agar tidak terjatuh.

"Terima kasih sudah menjadi istri yang baik untuk anakku."
Ratasya hanya bisa mengangguk sambil mengusap air matanya.

"Kamu bisa menemani aku sambil menunggu suamimu pulang."

"Iya ayah."

"Chris pun bisa istirahat dengan baik di sini, tidak seperti di rumah sakit."

Ratasya mengangguk, dia tersenyum, mertuanya memang pengertian. Ratasya di beri ranjang ekstra king size agar Chris pun bisa beristirahat didekatnya.

"Tenang saja meski kita seruangan ayah tidak bakal mengganggu kalian."

Ratasya pun tersipu malu.

"Ayah hanya ingin di dekat kalian."

Perempuan itu pun mengangguk sambil mengecup tangan mertuanya yang terasa dingin.

Melihat kondisi Alex, Ratasya merasa sedih, bagaimana kalau beliau meninggal? Suaminya pasti sangat sedih dan terpukul. Ratasya tidak mau Chris terluka apa lagi dia baru saja bertemu dengan ayahnya lagi.

"Tidak usah banyak berfikir, kita nikmati kebersamaan ini." Ucap Alex yang seolah-olah mengetahui apa yang Ratasya pikirkan.

*****

Chris tak menyangka bahwa kerja sama  yang kini dia pegang adalah merupakan mega proyek, Chris kira hanya proyek biasa namun setelah melihat lahan yang akan di kelola serta alat kontruksi yang canggih dan modern. Chris tidak bisa menutup mata jika ini memang bukan sembarang proyek.

"Anda harus bangga terhadap ayah anda Tuan Mahesa."

Chris mengangguk sambil menghela nafas, jujur sekarang dia merasa gugup. Apakah dia mampu mengelola bisnis sebesar ini?

Jamali menatap ke arah lahan yang sedang di garap dengan peralatan berukuran  raksasa.

"Saya akan ikut membimbing anda Tuan dalam mengerjakan proyek ini, jadi anda tak usah khawatir. Ayah anda mempercayakan saya sebagai kaki tangan anda."

Chris mengangguk, ya bagaimana pun Jamali pasti tahu seluk beluk perusahaan Arto karena tercetak jelas dalam autobiografi perusahaan Arto, Jamali sudah bekerja selama lima belas tahun di perusahaan ini dan itu bukan waktu yang sebentar.

"Kelak semua perusahaan Arto ini akan jatuh ke tangan anda."

"Saya merasa tidak pantas, saya tidak pernah berada di sisinya seperti anda yang menemani ayah saya selama belasan tahun."

"Tapi anda tetaplah putra kesayangan Tuan Alex, putra satu-satunya." 

Chris menyeka air matanya yang hampir tumpah. Sebenarnya dia tidak butuh semua ini, dia hanya ingin ayahnya yang berada di sampingnya, menemani masa tumbuh kembang dirinya. Namun mungkin sudah suratan nasib yang mengharuskannya seperti ini.

"terima kasih, Anda sudah menjaga dan menemani ayah saya Tuan Jamali."

"Panggil saya Jamali saja Tuan." Chris menggelengkan kepala.

"Saya sudah menganggap anda seperti paman  Saya sendiri."

Jamali menatap haru pada Chris, lelaki di hadapannya ini memang berhati mulia. Entah bagaimana Daniel mendidik Chris seperti ini, jauh berbeda dengan anak kandungnya Arya yang mengejar-ngejar Ditha, putri semata wayangnya. Arya yang sifatnya begitu bertolak belakang dengan Chris.

*****

Daniel menatap Chris yang baru saja memasuki  rumahnya.

"Mama mana pa?"

"Dia sedang mengganti pakaiannya, sebentar lagi turun untuk bergabung bersama kita."

Mereka pun berjalan menuju meja makan. Disana sudah tersedia berbagai hidangan kesukaannya.

"Bagaimana kabar Arya?"

"Bocah itu, susah di atur."

Chris hanya tersenyum dan tak lama Trinity datang dan langsung memeluk anaknya dengan erat.

"Aku pikir kamu akan melupakan kami."

Chris sedikit kaget dengan ucapan sang ibu namun dia mengerti, ibunya takut di buang karena Chris sudah menemukan ayahnya yang kaya raya.

"Apa saya tampak seperti anak durhaka? Kalian lupa ya kalau saya hidup dan di didik oleh dua malaikat hebat yang begitu penting dalam hidup saya?"

Trinity pun menangis haru sambil memeluk anaknya begitu pun Daniel yang bisa merasakan ketulusan dan kehangatan dari anak tirinya.

"sudah kita makan, kasihan mereka jika kita malah menangis tak jelas seperti ini." Canda Daniel dan mereka pun tertawa bersama.

Satu hal yang Chris sadari sekarang, dia sangat bahagia dikelilingi oleh orang-orang baik yang dia sayang dan menyayangi dia tanpa pamrih. Ponsel Chris berdering, dia merogohnya dan segera mengangkat telepon ketika tahu ada panggilan dari istrinya tercinta. Namun wajahnya memucat saat mendengar suara isakan tangis di seberang sana.

"kamu cepat kesini sayang...."


Tbc

Ratasya (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang