Chapter 6 • Puzzle Piece

2.8K 401 408
                                    

Happy new year people!!🎉🎉

.

Before we go down, i want you to vote, langsung aja bintang dipojok kiri bawah!! ><

Enjoy~







Derap langkah kaki mengisi lorong bangunan besar yang didominasi oleh warna putih, dengan sekitar yang cukup ramai, langkahnya yang terburu-buru beberapa kali hampir menabrak orang yang berlalu lalang, nafasnya tercekat dan detak jantungnya berdetak diatas wajar seolah sesuatu seperti mengejar raganya.

Lampu-lampu taman sekitar rumah yang dihuni oleh orang-orang dengan berbagai penyakit sudah menyala, menandakan bahwa malam telah tiba.

Kakinya melangkah cepat, seolah lorong yang ia lewati ini tak memiliki ujung. Sudah berpuluh-puluh kali sosok ini mencoba berbicara dengan pasien maupun suster yang berada disana, namun tak kunjung mendapat respon seolah dirinya tak terlihat.

Tubuhnya lelah ia berhenti sebelum persimpangan lorong.. kedua sisi tangannya bertumpu pada lutut, mengais udara rakus seakan-akan itu adalah oksigen terakhir di muka bumi.

Netra nya bergetar takut, apa yang sedang terjadi? Kenapa ia merasa seperti terjebak dan tak dapat menemukan jalan keluar?!

Kun-- pemuda yang sedari tadi kita bicarakan, menegakkan tubuhnya seketika saat melihat beberapa perawat dan juga dokter yang mendorong ranjang pasien terburu-buru melintas di perempatan lorong.

Nafasnya kembali tercekat sesaat obsidian gelap nya tak sengaja melihat wajah sang pasien yang berada dikasur tersebut, dokter kembali menutup kain yang menutupi tubuh pasien tersebut yang sempat tertiup angin. Diikuti bocah yang tersedu menangis dibelakangnya.

'T-tunggu aku seperti mengenalnya!'

Kedua kakinya berlarian mengejar sosok yang ia lihat, langkahnya terhenti saat melihat sosok kecil yang menangis tersedu berjongkok disudut ruangan. Tangisannya terdengar begitu menyedihkan, mampu membuat orang yang mendengarnya merasakan kesedihan yang sama.

Kun menerobos masuk kedalam ruangan, dan membeku. Melihat sosok mungil yang wajahnya sudah membiru, kun berjalan mendekat ke tepi kasur. Menyentuh jemari yang tak lagi memiliki denyut nadi, tak ada lagi kehangatan didalamnya.

Sadar atau tidak, matanya sudah dibasahi air mata. Kun bingung-- kenapa ia menangis?

Kakinya melangkah mundur, saat tubuh penuh darah anak kecil yang tak bernyawa dihadapannya tiba-tiba mendudukkan diri dan menatap tajam kearahnya.



"Kau...."




Sekujur tubuh Kun bergetar parah mendengar suara parau anak kecil itu, terlebih jasad itu menunjuk ke arah dirinya ditambah dengan tatapan bengis.

Kun menoleh ke sekitar mencari sumber suara tangisan anak kecil tadi kian memekakkan telinga. Mencoba mengingat sesuatu, seakan-akan semua ini adalah memori lama yang telah ia kubur dalam-dalam.




"Kenapa..."





"Kun!! Qian Kun!!"

Kun membalikkan tubuhnya saat mendengar suara yang ia kenal memanggil dirinya, baru saja ia ingin melangkah lagi-lagi tubuhnya mematung ketika sosok ayah dan ibunya yang malah memeluk tubuh ringkih anak kecil dengan tangisan pilu tadi.

"Ayah?.. b-bunda?... Kenapa?" Ucapnya yang lebih terdengar seperti bisikan.





"Kenapa... Gege tidak menyelamatkan ku..."









You're My Destiny ; KunYangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang