YOOO!!
It's really been looong time since the last update, gimana puasanya?
.
Before we go down, i want you to vote, langsung aja bintang dipojok kiri bawah!! (๑•᎑< ๑)♡
Enjoy~
Hidup itu bisa di bilang campuran dari sinar matahari dan hujan, tetesan air mata dan tawa, kesenangan maupun kesakitan. Tidak pernah ada awan yang tidak bisa dilewati matahari, ditambah lagi dengan sinarnya yang selalu diikuti oleh sang bayangan di manapun ia berpendar.
Contohnya seperti Hendery sekarang, anak tengah Liu itu mengikuti sang pujaan hati yang masih berolahraga pagi dengan malas-malasan ditambah hati runyam.
Bagaimana tidak?
Si cantik beralis tebal itu kini melangkah lebih jauh didepannya dan di ikuti seorang bocah SMA yang terus-terusan mengajaknya berbicara tentang apapun itu. Dan total membuat Xiaojun mengabaikan kehadiran dirinya yang mengikuti di belakang bak seorang babu.
Langkah kakinya terus mengikuti keduanya walau sudut bibirnya mulai berdenyut menahan kesal.
Sialan, memang tak seharusnya Hendery membantu bocah kurang ajar itu tadi.
"Jun?"
Si empunya nama menolehkan kepalanya sekilas membuat langkahnya terhenti, yang membuat bocah tinggi disampingnya ikut-ikutan menghentikan obrolannya sesaat. "Apa?"
"Katanya kita mau cari sarapan, jadi nggak?"
"Lah ini kan lagi nyari?"
Xiaojun menaikkan sebelah alisnya, menatap heran Hendery yang tiba-tiba merangkul pundaknya. Tanpa mengetahui jika anak tengah Liu itu dengan sengaja mendorong bahu bocah disampingnya-- Junghwan agar sedikit menjauh.
"Iya, kita. Kan?" Hendery mengangkat sudut bibirnya sembari menatap galak Junghwan, yang ternyata anak bungsu pemilik salah satu toko buku, tempat dimana Xiaojun sering kunjungi untuk belajar.
Mendengar kalimat atau lebih seperti sindiran, tanpa tahu malunya bocah yang sebentar lagi lulus sekolah menengah atas itu menarik tangan kanan Xiaojun sebelum menggandengnya erat, mengabaikan tatapan menusuk Hendery yang jelas tertuju padanya. "Eh? Kenapa wan?"
"Mau cari sarapan juga ya? Wawan juga disuruh bunda beli sarapan! Yuk!"
Hendery mendecak kesal sebelum menepis kuat tangan Junghwan yang masih memegangi jemari tangan Xiaojun, membuat bocah tinggi itu mengaduh. "Ck! Apaan sih bocah, ganggu banget. Pergi deh lo, ga liat ini lagi pacaran?"
Junghwan yang masih mengusap-usap punggung tangannya seketika terhenti, matanya menelisik tajam Hendery dari ujung rambut hingga ke ujung kaki sebelum tertawa mengejek.
"Dih, memangnya pacar kak Jun?" Junghwan mendengus kecil, kedua tangannya terlipat di depan dada seolah tengah menilai penampilan pemuda berwajah yang mengingatkan nya pada keledai dari salah satu serial animasi yang ia sukai sewaktu kecil.
"Lo kira gue apaan daritadi disini?"
"Tukang kebun?" Ucapnya final setelah selesai menelisik pakaian Hendery yang menurutnya tidak ada bagus-bagusnya.
Lagian siapa juga yang olahraga pagi hanya memakai kaos oblong putih, celana jeans pendek di atas betis ditambah sendal jepit?
"Wah, bocah ngajak ribut-- masih untung lo gue tolongin, tau gitu biarin aja nyusruk ke sungai!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny ; KunYang
Fanfiction❝Who can stop me if i decide that you're my destiny?❞ ⚠ Warning! ⚠ *𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🏳️🌈Cerita homo! Contain mature, Harsh words *𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🦙Slight pair ; Johnten, henxiao, luwoo *𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🦙Semi-baku *𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🦙Marriage life ; Mpreg *𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🦙Homophobic...