Chapter 18 • Zero O'clock

2.3K 284 473
                                    

Hello! Long time no c~

Kangen ga sama notif?

.

Before we go down, i want you to vote, langsung aja bintang dipojok kiri bawah!! (๑•᎑< ๑)♡

Enjoy~





SALJU tipis melapisi rumput, putih berkilau diseling warna jingga diikuti dengan bayang matahari senja yang memantul indah.

Angin awal musim dingin bertiup kencang cukup menggigilkan tubuh siapapun yang mengenakan pakaian tipis, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lainnya.

Sosok tubuh tinggi Lucas berdiri tepat di samping pintu kaca besar ruangan yang di dominasi oleh warna putih. Sebelah betis kakinya masih terpasang gips putih tebal yang berguna melindungi untuk tidak terbentur.

Jemari panjangnya menggeser pintu kaca itu perlahan dengan sesekali menoleh ke arah pemuda cantik yang masih tertidur pulas diatas besarnya sofa ruangan.

Dengan perlahan Lucas menggerakkan crutch yang menahan tubuhnya seiring langkah.

Anakan rambutnya langsung bergerak-gerak saat angin dingin menyapa, mata bundar Lucas menatap birunya hamparan langit yang kini menurunkan kepingan-kepingan kecil salju.

Sudah hampir dua Minggu Lucas dirawat di rumah besar dengan berbagai penyakit itu. Dan selama itu pula pemuda kelahiran Hongkong terus-terusan merasa tak enak sudah menyusahkan banyak orang yang menjenguk dan juga menjaganya.

Bahkan dirinya yang sebelumnya merasa canggung dengan Kun, kini perlahan menerima pria dewasa itu dengan nyamannya. Tolong jangan tanyakan bagaimana perasaan Lucas terhadap sahabat kecilnya itu, yangyang untuk sekarang.

Dirinya pun bisa di bilang sedang di ambang kebingungan, tapi ia juga terkadang merasa bisa memastikan jika perasaan itu sudah perlahan menghilang seiringnya kehadiran Jungwoo didalam hidupnya.

Berbicara tentang pemuda cantik itu, Jungwoo yang kini tengah mengandung hampir memasuki bulan ke empat-- terlihat terlalu berantakan akhir-akhir ini. Dan itu salah satu pemicu munculnya berbagai beban pikiran di kepala Lucas.

Merasa tak enak saat dirinya membuat Jungwoo yang terus-terusan tidur di atas sofa rumah sakit, ditambah dengan morning sickness nya yang masih menggila.

Rambut berwarna silver nya tak lagi berkilau seperti dulu seolah menunjukkan bahwa sang pemilik tengah ditengah-tengah problematika abu-abunya kehidupan yang ia lalui.

Lucas menyenderkan tubuhnya pada pinggiran pembatas balkon rumah sakit, ruangannya berada di lantai 7 ngomong-ngomong.

Pandangannya mengabur seolah sang empunya tengah melamun, entah apa saja yang ia pikirkan. Bibirnya pucat bersamaan dengan kaos putih nya yang berterbangan.

Lucas terdiam, mengingat kedatangan orangtuanya dua hari yang lalu. Oh apakah Lucas bisa menyebut mereka sebagai orang tua? Atau mungkin-- hanya sepasang orang random yang membawa dirinya untuk terlahir ke dunia dan meninggalkannya begitu saja?

Ayahnya datang, dan Lucas cukup terkejut mendapati pria yang sudah berumur itu dengan suka hati mau menginjakkan kakinya di ruangan yang jelas-jelas Lucas ada didalamnya. Dirinya sempat tertegun saat sang ayah membawa ibunya turut serta.

Mengira jika keduanya akan menjenguk dengan membawa secercah harapan baru untuknya, namun semua dugaan Lucas salah total.

Dirinya malah disambut dengan surat perceraian kedua orangtuanya dan menanyakan dirinya ingin mengikuti langkah ayah atau ibunya. Lucas terdiam, pandangan kosong dengan kepalanya yang berdenging kencang seakan-akan bisa saja meledak dalam waktu dekat.

You're My Destiny ; KunYangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang