Chapter 19 • What Are You Up To?

2K 263 636
                                    

Yo! How's life y'all?

.

Maybe sibi will put this as warning‼️

Light konflik would welcome you here~

.

Before we go down, i want you to vote, langsung aja bintang dipojok kiri bawah!! (๑•᎑< ๑)♡

Enjoy~







SUHU dingin biasanya datang saat matahari sudah terbenam. Langit menggelap dengan semburat jingga di ufuk barat. Angin bertiup pelan namun menusuk dan burung-burung pun sudah kembali ke sarangnya masing-masing.

Malam yang sunyi memang terkadang terlihat bak lembar yang masih kosong. Sebenarnya tidak. Kerlip bintang yang menemanimu tetap di sana, hanya saja bumi sedang berputar atau awan menutupinya.

Luasnya hamparan langit hitam bak tertumpah tinta pekat kini berhias bulan sabit dengan cantiknya, kelap-kelip bintang yang berhamburan di langit. Menambah indahnya afsun langit malam.

Bintang-bintang itu bersinar teramat menyilaukan, dibentangkan di alam surga oleh sang pencipta. Dan lampu-lampunya yang terisi oleh minyak abadi, memancarkan cahaya yang akan memandu arah sang pengelana yang tengah tersesat dan kesepian sendiri.

Yangyang duduk di atas tempat tidurnya dengan resah, sedari si bungsu menggigiti kuku panjangnya. Menandakan jika sang pemilik tubuh tengah dilanda kegugupan.

Ada yang bisa menebak apa penyebab utamanya?

Manik bundarnya melirik dalam diam punggung tegap suaminya yang berdiri cukup jauh darinya-- diluar balkon kamar, tengah beradu dalam obrolan dengan seseorang nan jauh di sana lewat panggilan telepon.

Entah siapa itu, yang jelas yangyang bisa mendengar jika ada nada sedikit tersulut emosi di dalam percakapan keduanya. Lagian siapa sih yang menelfon tengah malam seperti ini?

Si bungsu menundukkan kepalanya menatap jemari kakinya yang bergerak-gerak tak bisa diam, melampiaskan rasa bosannya dengan mengehentukkan kaki pada permukaan dinginnya lantai ruangan. Jujur saja yangyang merasa kantuk yang menyerang teramat sangat sekarang.

Tentu saja, sekarang pukul setengah satu pagi. Masih di malam yang sama saat tahun kian berganti dan memulai hitungannya dari awal kembali. Masih pula di hari ulang tahun suaminya, yang sialnya Yangyang lupakan.

Yangyang mengusak rambutnya asal hingga mencuat kemana-mana, menepuk-nepuk kedua pipinya saat mengingat hadiah yang kun inginkan darinya. Pipinya memanas, sialan.

Duh padahal suasana seperti ini bukanlah kali pertamanya, bisa dibilang mungkin malam ini akan menjadi malam panas ke tiga-- atau empat mereka?

Atau mungkin terakhir kalinya?

Ah tidak, yangyang merasa itu hal yang sangat tidak mungkin untuk menjadi kenyataan.

Kun tidak memang tak sesering itu meminta dirinya untuk melakukan hubungan badan, ditambah si bungsu dengan seribu alasannya yang menjurus ke segala hal. Tapi demi Tuhan, jika pria dewasa itu sudah memintanya, rasanya jantung yangyang seperti akan merosot hingga menghantam kerasnya permukaan bumi.

Entah sudah ke berapa kalinya si bungsu menguap, hingga sudut matanya berair tiap kali ia berkedip.

"Uh?"

You're My Destiny ; KunYangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang