Chapter 21 • Paper Heart

1.9K 272 416
                                    

Surprise!! Kaget? Ini termasuk double up gak ya?

Mood sibi lagi lumayan bagus buat up hihi

.

I'll put this as warning, just in case👀

.

Before we go down, i want you to vote, langsung aja bintang dipojok kiri bawah!! (๑•᎑< ๑)♡

Enjoy~










"Kita pulang aja, ya?"

Yangyang menggelengkan kepalanya dengan cepat, menatap lurus obsidian gelap sang suami. "Jangan, kesannya makin gak sopan nanti"

Benar, mau bagaimanapun mereka sudah berada disana. Yangyang tentu saja tak ingin dicap sebagai menantu kurang ajar jika pergi begitu saja hanya karena hal pribadi.

Kun menghela nafasnya pelan sebelum mengusap pucuk kepala istrinya dengan lembut. "Mau ke kamar saya aja? Kamu keliatan gak nyaman daritadi"

Daritadi kek, nih om-om nyebelin banget baru sadar sekarang. Kepalanya bahkan seolah akan mengeluarkan kobaran api sedari tadi rasanya.

"Masuk ke kamar aja, daripada disini dengerin nenek bau ngoceh terus" Chenle dengan tiba-tiba menarik ujung pakaian yangyang hingga membuat keduanya menatap heran si bungsu.

Kun tersenyum dalam diam, sejak kapan hubungan keduanya menjadi tiba-tiba dekat begini?

"Nah, ikut lele aja ya? Mas juga belum nyapa keluarga yang baru dateng. Kamu juga keliatan pucet"

Kun menciumi punggung tangan istrinya, namun sayang sekali si manis tengah didominasi dengan rasa kesal ketimbang untuk meleleh dengan sikap romantisme itu.

Diseberang meja yiren mendecak tak suka menatap pemandangan dihadapannya, "lebay banget jadi cowo"

Sinar mata sang ratu gosip itu nampak berkilat-kilat seperti kamera paparazi yang baru saja menangkap basah perselingkuhan seorang superstar. Yiren benar-benar membenci dengan kehadiran yangyang.

Jika saja Kun saat itu lebih dulu bertemu dengannya dibandingkan bertemu yangyang..

Jika saja saat itu dirinya tak menolak perjodohan dan mendengarkan apa kata ibunya...

Jika saja dirinya lebih cepat mengetahui tentang sepupu jauhnya itu

Terlalu banyak sekali jika dikepala Yiren, namun sayangnya tak ada satupun khayalan nya yang tercapai.

"Gue...mau nyapa bunda dulu"

Chenle menatap lurus punggung kecil kakak iparnya yang bergerak menjauh, menuju dapur. Duh Chenle jadi ikut kesal sendiri, kenapa domba jelek itu sama sekali tak bertindak saat kedua manusia jelek itu menindas?

Kemana semua kalimat pedasnya pergi? Jika terus-terusan begini kan Chenle sendiri yang ikut-ikutan kesal mendengarkan kritikan itu.

-

Entah bagaimana awalnya bermula, tapi sekarang yangyang tengah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur milik Chenle. Dengan si empunya kamar yang duduk berada di sofa kecil sudut ruangan.

You're My Destiny ; KunYangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang