Sorry banget lama update, tapi sebagai balasan nih aku kasih yang panjang... sepanjang... kaki Sehun. Hehe
Mino yang baru saja tiba dari perjalanan udara langsung menyerahkan donor darahnya untuk Jeno, dan bocah yang masih duduk dibangku sekolah dasar itu sudah melewati masa kritisnya berkat kedatangan Mino. Sesekali, Mino juga memberikan kecupan lembut di kening Jeno sebagai tanda bahwa dirinya amat menyayangi anak lelaki yang sudah kehilangan kedua orangtuanya akibat kecelakaan lalu lintas 11 tahun silam.
"Pappy..."
"Jeno?"
Mino bergerak dari duduknya dan menghadap pada Jeno dengan tergesa. Suara Jeno terdengar serak bercampur lesu. "kapan datang?"
Mino tersenyum dipaksakan, tanpa sadar pria itu menangis dan segera merangkul lembut tubuh Jeno kedalam pelukannya.
"sejak siang tadi... are you better now?"
Jeno mengangguk, langit sudah gelap dibalik jendela rumah sakit yang tertutup gorden tipis. Jeno kemudian melamun tanpa membalas lagi ucapan Mino yang ia anggap sebagai papanya sekaligus orang pertama yang ia tangkap saat tersadar.
"Jeno... alhamdulillah, akhirnya kamu sudah sadar, boy!" Sehun yang diberitahu oleh dokter tentang kondisi Jeno tentu saja dengan semangat menghampiri bocah tersebut dengan hati yang berdebar haru. Dia peluk Jeno pelan-pelan, mengingat bahu mungil Jeno terkilir dan kepala belakangnya terluka parah.
Jeno hanya dapat membalas perlakuan Sehun dengan anggukan kecil. Sementara Sehun sendiri tampak sangat antusias.
"Jeno laper ga? Mau Dad beliin sesuatu ga?" tanya Sehun semangat.
"di sebrang rumah sakit ini ada ketoprak enaaaaak banget, siomay juga ada oleh-oleh dari Bandung!"
"no, thanks.."
"diluar ada kakek dan nenek, mereka datang dari Bandung khusus untuk temui Jeno... Gapapa Dad ajak masuk?"
"really?" tanya Jeno lemah, namun senyumnya terlihat sama lesu dengan tubuhnya.
"yaa... sebentar ya, Dad panggil mereka masuk"
"Dad!" Jeno berseru pelan, tangannya menarik kemeja dokter yang Sehun kenakan.
"Mammy?"
Sehun tersenyum kecil, "Mammy lagi di kantor... Dad sebentar lagi akan jemput" dusta Sehun pada Jeno, Sehun tak mau kalau Jeno merasakan kekhawatiran karena Jennie sedang sakit akibat tengah berbadan dua. Jadi, ada baiknya mengatakan kalau Jennie masih di kantor dan belum Sehun jemput.
"Jeno tunggu disini sama Pappy, nenek dan kakek yaa"
"okay" balas Jeno santun.
Sehun pamit keluar untuk menemui Jennie, sementara Jeno ditemani oleh kedua orangtua Sehun dan Mino yang tentu saja setia untuk terus bersama Jeno.
Namun, tanpa semua orang ketahui... Jeno saat ini telah mengetahui sebuah rahasia besar tentang dirinya. Bahwa ia bukanlah anak siapapun, bukan anak dari orang yang ia anggap sebagai Daddy dan Mammy nya, bukan pula anak dari Mino yang ia anggap sebagai Pappy-nya. Jeno dengan terpaksa merasa terhibur ditengah kesepian dalam hatinya, ditengah kesedihan yang ia tak bisa abaikan begitu saja.
.
.
.
Sehun mengendap-ngendap masuk kedalam kamar perawatan Jennie, tapi walau langkah kakinya tak bersuara tentu saja Jennie dapat mencium dengan jelas aroma tubuh Sehun dengan hidungnya. Lantas, wanita itu membuka kedua matanya dan buru-buru menutup hidung.