Sehun menyembunyikan wajahnya dari segerombolan orang-orang kantor yang baru saja keluar dari lift. Sehun menghembuskan nafasnya lega saat ia nyaris saja berpapasan dengan Joy dan Doyoung barusan. Pria itu tampak masih pucat, dengan plester luka bekas infus masih terpasang di pergelangan tangan kirinya.
Setelah suasana sepi dari orang-orang kantor, Sehun kemudian memasuki lift berniat untuk segera beristirahat di rumah nya agar bisa segera kembali bekerja. Namun, ketika ia berjalan menuju unit nya, Sehun melihat Jennie mengobrol dengan seorang lelaki asing yang berseragam kuning putih seperti isi telor. Sehun mendekati Jennie dan lelaki asing itu, karena Jennie tinggal seorang diri Sehun merasa khawatir jika orang tersebut memiliki maksud lain.
"sayang, Aa kan udah bilang. Jangan sembarangan bawa masuk orang kalo Aa ga ada di rumah" kata Sehun pada Jennie, nada nya terdengar seperti memerintah namun posesif yang amat perhatian.
Jennie mengerutkan dahi nya, namun tidak lama kemudian gadis itu tersenyum pada Sehun dan meraih lengan Sehun untuk di rangkul. Sehun menelan ludahnya susah payah ketika Jennie merapatkan tubuh kearahnya.
"loh.. kamu.... baru pulang ya?" tanya Jennie pada Sehun yang justru membuat Sehun makin melompat kegirangan dalam hati.
Pipi Sehun bersemburat merah, sementara si tukang servis pipa hanya bisa menunggu izin untuk masuk kedalam rumah.
"eh.. hehe.. iya, nunggu ya?" kata Sehun dengan wajah sumringah. Sepertinya akting Sehun kelewatan.
Jennie mengangguk kecil pada Sehun, gadis itu lalu beralih pada tukang servis dengan wajah tenang.
"hm, Pak... boleh silakan diperiksa pipa nya" Jennie mengizinkan tukang servis masuk kedalam rumah. Sementara dirinya masih menggandeng lengan Sehun, tukang servis masuk lebih dulu ke belakang rumah dan Sehun serta Jennie mengikuti dari belakang masih dengan bergandengan tangan seperti takut kepleset.
Tukang servis itu memeriksa sambungan pipa di dapur dan kamar mandi. Selagi menunggu, Sehun memperhatikan seluruh isi rumah Jennie yang tampak begitu sederhana. Unit nya sama luasnya dengan Sehun, namun tidak ada banyak perabotan didalam rumah nya, di dapur Sehun hanya dapat menemukan kulkas dan dispenser, serta sebuah rak piring kecil, di ruang tengah juga hanya ada satu sofa dan sebuah karpet yang masih belum dirapikan dari wadah makanan bekas.
Sehun berdeham kecil, dan Jennie langsung melepas gandengan tangannya dari si Boss redaksi itu.
"sayang... kamu udah makan?"
Jennie masih kaget karena Sehun masih berakting, padahal tukang servis sepertinya tidak peduli dengan kehadiran mereka.
"hmm... udah, barusan temen-temen kantor kesini"
"ouh,, gitu ya.. tadi aku liat mereka sih di lobi"
Lalu mereka berdua kembali diam dan canggung. Jennie tidak berani memandang Sehun begitupun sebaliknya. Tapi Sehun beberapa kali mencuri-curi pandang pada Jennie yang sangat cantik malam itu. Jennie mengenakan sweater turtle neck dan kacamata bening yang membingkai wajah mungil nya, rambutnya tergerai bergelombang menuruni bahu nya yang kecil.
Sehun sangat ingin memeluk Jennie dan bertanya kemana saja dia pergi selama ini, tapi Sehun ternyata masih begitu pengecut untuk melakukan itu. Sehun tidak mau menerima kekecewaan untuk kedua kali nya.
"Pak Bu... sudah selesai.." tukang servis membuyarkan lamunan Sehun dan Jennie kala itu.
Tukang servis itu menjelaskan bahwa kebocoran nya mudah diatasi dan meminta maaf karena sudah mengganggu di waktu istirahat. Lelaki itu kemudian pamit dan meninggalkan pemilik unit itu kebingungan sekarang.