TOKYO, 2007.
Musim dingin yang berpadu dengan waktu menjelang hari natal membuat pekan olimpiade Matematika internasional yang diselenggarakan di Kota terbesar di Jepang itu cukup meriah. Cuaca yang dingin tidak membuat para peserta yang berasal dari puluhan negara di dunia mengalami kemunduran semangat, melainkan mereka cukup menikmati salju dan juga budaya jepang yang sangat menyenangkan dalam menyambut natal dan tahun baru.
Jennie Ruby adalah salah satu peserta olimpiade Matematika tahun ini, ia adalah perwakilan dari SMP TOHKA dan berstatus sebagai warga negara jepang. Ia berhasil mewakili negara Jepang meskipun sebenarnya ia adalah asli pribumi Indonesia. Tentu hal tersebut dikarenakan sang Ayah yang memiliki kewarganegaraan campuran sejak berkarier sebagai seorang kontraktor global.
Gadis itu sangat mungil, kulitnya yang putih tampak tersembunyi dibalik mantel serta hoodie yang ia kenakan. Jennie berjinjit untuk melihat Papan pengumuman sore itu, pengumuman sepele tentang menu makan malam yang akan mereka santap di ballroom.
Karena Jennie adalah seorang muslim, maka ia harus cepat-cepat memilih menu yang berlabel halal. Ditahun 2007 cukup sulit mendapatkan santapan halal bagi seorang muslim ketika berada di Jepang, hampir semua makanan mengandung lesitin yang dilarang oleh kepercayaan yang dianut oleh Jennie. jennie hanya dapat berdiri termenung dibarisan paling belakang, peserta lain yang memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi dan besar dibandingkan Jennie sudah memadati papan pengumuman bagian depan.
Tiba-tiba saat yang lain berebut melihat papan, seorang anak lelaki berperawakan tinggi menuju kerumunan itu, menghadang tanpa rasa takut menggunakan kedua tangannya.
"air panas air panas!!" seru nya dengan serius.
Anak anak seketika menyingkir ketika anak lelaki itu bicara bahasa indonesia yang tidak dipahami oleh siapapun selain dirinya. Jennie mendongak dengan terkejut, ia tertawa kecil ketika mendengar seseorang mengatakan kalimat dalam bahasa indonesia.
Jennie yang selama ini selalu sendirian dan bicara bahasa jepang merasa bertemu saudara sedarah ketika melihat anak lelaki itu.
Breetttt
Anak lelaki itu merobek selembar kertas dari papan pengumuman, dan tersenyum kecil pada seluruh anak yang menatap nya jengkel.
"sumimasen minasan..." katanya dengan sopan lalu lari ngibrit dari tempat pengumuman itu.
Jennie yang terkesan dengan perilaku anak lelaki tersebut langsung berlari untuk mengikuti nya. Dengan nafas ngos-ngosan dan juga hawa dingin yang menusuk kulit, akhirnya Jennie berakhir ditaman dimana anak tersebut duduk di salah satu kursi kosong yang ada disana. Jennie tersenyum kecil dan berjalan makin dekat kearah anak itu untuk kenalan.
"Hallo pah..." anak itu bicara pada telepon. Jennie menguping tak jauh di sampingnya.
"Sehun udah ambil menu nya, tapi ga ngerti, pake huruf katakana semua" keluhnya dengan jengkel.
Jennie terkikik.
"pah, kalo pake MMS sampe nya kapan? Papa kan bentar lagi mau ada flight. Belum lagi terjemahin nya lama"
"ck. Sehun laper pah... kan sehun udah bilang, gamau ikut olimpiade ke jepang. Selain ga ngerti bahasa nya, Sehun juga masih gedeg sama Jepang yang pernah menjajah republik indonesia"
"yaudah deh... hati hati pah.. iya, Sehun juga ga bisa beli bala-bala disini mah, ga ada tukang gorengan... hehe... iya pah.. Sehun beli mie instan aja lagi"