1.

3.3K 238 22
                                    

BANYAK TYPO DAN GUE MALES BENERINNYA. MOHON DIMAKLUM Y TNX

_ JUNG JALEA_

Aku duduk di trotoar jalan sambil menyusut air mata yang terus berjatuhan menggunakan telapak tangan. Persetan dengan rasa malu, aku udah nggak tahan nahan rasa kesal ini. Rasanya aku ingin menjungkir-balikan bumi ini karna orang-orang di bumi hobbynya bikin emosi terutama yang terhormat Jung Jaeyeong, ahjussi tua yang doyan ngomel yang tak lain adalah ayahku sendiri.

Hari ini Hara mengajakku memancing ikan di kolam pamannya tapi ayah tidak memberikan izin karna hari ini aku ada les matematika. Kata ayah kalau  mau pergi harus minta surat izin bolos dulu ke ke kantor menteri pendidikan.

Aku tahu itu hanyalah bualan semata agar aku tidak bolos les. Ayah benar-benar maniak matematika, katanya les matematika itu wajib padahal yang wajib itu ibadah. Aku muak, terlebih otakku tidak wellcome kepada pelajaran matematika dan hitung-hitungan lainnya.

"Aku capek tau! Kenapa ayah selalu nuntut aku buat pinter matematika? Padahal kepintaran nggak hanya diukur dari matematika," monologku seraya kembali menangis. Orang-orang yang liat pastinya mikir aku lagi syuting soalnya drama banget nangis di trotoar.

"Hara juga nggak pinter matematika tapi ayahnya nggak nuntut dia karna Hara pinternya di pelajaran sejarah. Hara terlalu mencintai masa lalu sehingga kisah yang udah lalu dia kenang terus makanya dia jago dalam pelajaran sejarah," lanjutku. Aku udah biasa ngomong sendiri karna aku anak tunggal yang kesepian.

Aku melirik arloji berwarna pink yang melingkar di pergelangan tanganku. Sepuluh menit lagi les di mulai tapi aku masih duduk merenung di sini. Sepertinya hari ini aku kembali membolos les, selain malas aku juga udah ketinggalan bus. Kalau naik taksi ongkosnya lebih mahal, aku lagi nabung buat beli kandang kucing baru soalnya kucingku bentar lagi lahiran. Nggak kerasa, aku bakal jadi nenek.

Di tengah kegalauan ini aku mendengar kebisingan dari arah kanan. Sontak aku langsung melihatnya, mataku menyipit melihat gerombolan orang memadati perkarangan gedung di seberang sana. Aku menyeka bekas-bekas air mataku, apakah ada pembagian makanan gratis? Apa gedung itu pusat perbelanjaan yang sedang melakukan diskon besar-besaran? Sepertinya menarik, entah dorongan dari mana aku bangkit dan pergi ke gedung itu.

Semakin dekat kebisingan kian terdengar ricuh. Aigoo, ini lebih ramai dari festival. Aku celingak-celinguk, orang-orang yang datang kebanyakan anak muda, sepantaran denganku sepertinya. Mereka terlihat keren-keren dengan gaya pakaian kekinian. Tidak hanya warga lokal, aku melihat beberapa orang asing.

Daripada penasaran akhirnya aku bertanya pada salah satu security yang bertugas.

"Permisi, paman. Mengapa di sini ramai sekali? Apakah ini tempat pengambilan bantuan dari pemerintah?" tanyaku.

"Ah, tidak-tidak. Di sini sedang ada audisi. Saturday Audisi namanya. Apakah kau ingin mendaftar juga?" paman itu balik bertanya.

Aku bengong sesaat. Saturday Audisi? Apa itu?

"Audisi untuk apa, paman?"

"Untuk menjadi selebriti. Apa kau berminat? Paman lihat matamu memancarkan aura bintang. Kau wajib ikut audisi ini, paman yakin sekali kau pasti lolos," ujar paman itu dengan mata berbinar-binar.

Menjadi selebriti? Sungguh? Seperti Lee Min Ho, Bae Suzy, Park Shin Hye, Kim Woo Bin? Wow! Sedikit menarik tapi sayang aku tidak tertarik. Cita-citaku menjadi pengepul sarang walet bukan menjadi selebriti. Lagipula aku tidak punya bakat menjadi selebriti.

"Tidak, paman. Aku tidak mau jadi selebriti aku ingin hidup damai menjadi rakyat biasa aja," tolakku.

"Coba dulu saja. Jika kau jadi selebriti kau akan menjadi kaya raya. Kau bisa membeli apapun yang kau mau, bahkan kau bisa membeli planet manapun yang kau mau jika kau sudah merasa bosan hidup di bumi. Orang tuamu pasti bangga. Paman yakin," ujar paman itu. Entah kenapa beliau terobsesi agar aku mengikuti audisi ini.

Jung JaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang