28.

88 17 1
                                    

Ketika hendak pulang ke drom aku tak sengaja melihat paman Munshik jalan terburu-buru setelah keluar dari lift. Aku lantas mengangkat tangan tinggi-tinggi untuk menyapanya tapi paman Munshik begitu serius dengan ponselnya sehingga tidak menyadari kehadiranku.

Mungkin paman Munshik sedang sibuk, begitulah pikirku. Lantas aku kembali melangkahkan kaki, aku tidak sabar memberi tahu Saraa dan Eunmi eonnie tentang kabar ini. Duh, belum apa-apa aku udah degdegan parah. Nanti gimana ya nyapa Exo sunbaenim, aku takut bikin malu diri sendiri soalnya tingkah bodohku suka keluar gitu aja.

Aku berhenti menghadap sebuah kaca lalu merapihkan rambutku. Aku tersenyum lebar membayangkan di depanku adalah Exo sunbaenim.

"Annyeonghaseyo, Jung Jalea imnida. Senang bertemu dengan kalian, wah jinja!!! Kalian neomu neomu daebak sangat bersyukur saya bisa berdiri di sini bersama kalia---"

"Ah!! Aniyo!!!!" Aku langsung memukul mulutku. "Kenapa seperti ucapan mendapat penghargaan?"

Aku menghela nafas panjang kemudian mencoba lagi.

"Annyeong-haseyo, Jung Jalea imnida. Umurku 13 tahun, tahun depan 14 tahun dan tahun kemarin 12 tahun. Aku suka warna ungu, makanan favoritku mie, minuman favoritku kuah mie, aku hafal perkalian 1 sampai 10, dan aku anak tung----"

"Yak Jung Jalea bodoh!" Aku menyela diriku sendiri," Kau ini sedang menyapa mereka apa menulis biografi!?" Aku memukul pelan kepalaku.

Aish, belum apa-apa udah bikin stres. Aku menghela nafas berat lalu kembali berjalan.

Ketika melewati sebuah lorong dekat toilet yang menghubung ke basement telingaku samar-samar mendengar percakapan seseorang yang suaranya sangat ku kenali. Aku refleks mematung. Maaf bukannya apa-apa tapi aku emang kepo soalnya itu suara paman Munshik.

"Sudah kujelaskan itu semua atas perintah tuan besar. Jangan terus menyalahkanku, Sheok-sii."

"Mengapa secara tiba-tiba? Bukankah dari awal memang Jimin yang akan menjadi model dalam Mv itu? Ya Munshik-sii, pikirkan perasaan gadis itu sekarang! Posisinya digeser begitu saja oleh orang lain yang bahkan ku dengar gadis itu...tunggu siapa namanya?"

"Ja---- Jalea! Ya, Jung Jalea."

Aku melotot kala mendengar namaku disebut dalam percakapan sengit ini. Tunggu? Hei, ada apa ini?
Aku mendekat dan bersembunyi dibalik tiang agar bisa mendengar lebih jelas.

"Jalea, gadis itu tidak punya bakat-bakat apa-apa selain tampangnya. Yoo Jimin bahkan jauh di atas dia. Jalea hanya anak dari seorang petani, bukan? Lihat Jimin, ayahnya seorang tentara yang disegani," ujar paman berkacamata itu membuat hatiku terasa sakit.

Sakit, sakit sekali. Kenapa paman itu bisa berbicara sejahat itu? Mataku mulai memanas, ini terlalu menyakitkan apalagi menyangkut ayah.

"Yak Sheok-sii!" berang paman Munshik, "Jangan merendahkan pekerjaan orang seperti itu! Kau bahkan tidak tau apa-apa tentang Jalea dan keluarganya."

Paman bernama Sheok itu tertawa mengejek, "Semua orang di perusahaan ini sudah mengetahuinya. Dia juga yang membuat Sicheng keluar dari grup, bukan? Benar-benar gadis bodoh! Dia telah membuat boomerang untuk dirinya sendiri."

"Akan kupastikan dia tidak akan pernah debut!!!"

"Mulut sampah! Dia hanya anak berusia 13 tahun tega sekali kau menyelanya seperti itu!" geram paman Munshik. Aku baru kali ini melihat paman Munshik semarah ini.

Tapi paman Sheok masih terlihat tenang, bahkan tak henti tersenyum mengejek seperti sengaja memancing emosi paman Munshik.

"Memang kenyataanya seperti itu, kan?" Paman Sheok memperpendek jaraknya dengan paman Munshik.

Jung JaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang