29.

81 21 3
                                    

Aku memegang belakang kepalaku yang kini terasa pegal. Hasil CT scan menunjukan ada cedera ringin di belakang kepalaku akibat bogeman si iblis berkacamata kuda itu. Mengingat ulang kejadian itu membuatku benar-benar marah.

"Apa masih pusing?" tanya dokter-nim yang menanganiku.

"Pegal," balasku.

"Tidak apa, nanti juga hilang. Istirahat yang cukup jangan memikirkan hal-hal yang membuat stres nanti kepalamu semakin sakit," jelas dokter-nim.

Aku hanya manggut-manggut lalu dokter itu berpamitan keluar ruangan. Aku melirik jam yang menunjuk ke angka 9 malam, ternyata sudah 3 jam aku berada di sini. Aku celingukan, kemana paman Munshik? Bagaimana keadaannya? Kuharap beliau baik-baik saja.

Klek

Pintu dibuka seseorang dari luar sana. Ah, itu pasti paman Munshik!!!

Namun, seorang gadis sebayaku yang datang. Wajahnya tampak asing bagiku. Dia berjalan dengan wajah sedikit murung mendekatiku. Kini dia berdiri di sampingku lalu membungkukkan badannya.

"Maaf..," ujarnya sembari memejamkan matanya.

Gak ada angin gak ada hujan kok tiba-tiba minta maaf?

"Untuk apa? Hei, kita saja tidak saling mengenal," tanyaku.

Dia menalan salivanya kasar, "Aku Yoo Jimin." dia memperkenalkan dirinya.

Nama itu!!!

Aku ingat! Nama yang diagung-agungkan oleh paman Sheok. Aku menatap Jimin tak percaya, astaga dia benar-benar cantik sekali.  Wajahnya benar-benar kecil, dengan proposi tubuh yang ideal.

"Aku sudah tau semuanya. Mianne  Jalea atas segala ucapan paman Sheok kepadamu," lanjutnya.

Aku termenung membiarkan dia menyatakan segalanya. Kulihat Jimin gadis yang baik, aku tidak membencinya. Lagipula ini salah si kacamata kuda itu.

"Aku tidak tau cara yang pantas untuk meminta maaf padamu, Jalea. Aku benar-benar malu, sekali lagi maafkan aku." Puncaknya Jimin meneteskan air mata dan membungkan badannya.

"Bohong jika aku mengatakan kalau aku baik-baik saja setelah mendengar ucapan tuan Sheok." Aku akhirnya angkat bicara membuat Jimin terlihat kian tertegun.

"Semua mengatakan aku hanya modal tampang. Aku akui aku tidak berbakat seperti kau dan trainee yang lain. Aku jauh di bawah kalian. Namun, apa salahnya jika aku berusaha untuk menjadi lebih baik? Semua proses yang kujalani seakan sia-sia. Sungguh menyedihkan bukan?" Aku tersenyum kecut.

Jimin tidak menjawab apa-apa, dia terus meneteskan air matanya. Ku tau dia pasti ketakutan jika masalah ini sampai bocor, nama dia tentunya bakal tersorot. Dia takut orang-orang berfikir dia iri kepadaku karna aku yang terpilih menjadi model MV Exo sunbaemin nanti.

Aku menggigit bibir bawahku kemudian menarik nafas panjang.

"Mianne," ucapku.

"Mianne, Yoo Jimin," ulangku membuat Jimin mengangkat wajahnya dan menatapku tak percaya.

"Maaf karna aku telah merebut posisimu. Aku mengerti bagaimana rasanya tergantikan begitu saja setelah kita berusaha keras meraihnya," lanjutku diakhiri senyuman tipis.

Aku meraih tangannya yang terasa begitu dingin, "Ini bukan salahmu. Santai saja, aku akan menolak tawaran itu. Lagipula aku tidak berminat. Diliat-liat kau yang lebih cocok, astaga kau cantik sekali! Spill dong skincarenya," kelakarku berusaha mencairkan suasana.

Jimin berusaha menahan senyumnya.

"Anniyo, sejujurnya kau jauh lebih cantik," balasnya.

"Kita sama sama cantik. Iya kan?" Aku mengibaskan rambutku membuat Jimin kembali tersenyum malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jung JaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang