16.

1.2K 180 18
                                    

Sebelumnya aku mo bilang maaf karna aku jarang update. Aku bener-bener sibuk kerja apalagi aku kerja di shift. Di rumah cuma buat istirahat aja, boro-boro mikirin nih cerita mikirin kehidupan rl aja udah gak karuan. Tapi kalau ada waktu luang aku usahain update. Makasih juga udh setia nunggu cerita absurd dan tidak jelas ini. Maaf kalau ceritanya makin garing atau tidak sesuai ekspektasi kalian.

Aku bener-bener minta maaf....

Jangan menaruh ekspektasi tinggi pada cerita ini karna di sini aku masih belajar, tulisanku masih acak-acakan. Kalau ada unek-unek gak papa keluarin aja biar aku bisa intropeksi diri...

****

Lagi, lagi, dan lagi aku mendapat nilai F dalam praktek menari padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin mempelajarinya tapi kenyataannya aku memang bodoh. Tuan Sioh dan nyonya Tari juga sepertinya mulai frustasi mengajariku yang terus-terusan gak bisa. Aku gak tau lagi harus gimana, aku bener-bener mau nangis. Sedih aja meratapi diri sendiri yang tidak berguna ini.

Aku berjalan lesu dari ruang latihan sembari meratapi nilaiku. Baru kali ini aku sedih mendapat nilai buruk padahal dulu kalau nilaiku jelek aku biasa aja karna Hara juga nilainya jelek. Gak papa aku gagal asal temenku juga, itu pikirku dulu. Tapi di sini aku doang yang dapet nilai jelek. Kuperhatikan teman-teman yang lain tersenyum sumringah dengan nilai mereka yang rata-rata mendapat nilai A.

Ketiga eonnieku berusaha menghiburku, biasanya aku bisa langsung ceria tapi lama-lama capek juga pura-pura bahagia. Kami berjalan paling akhir di antara yang lain karna langkahku yang benar-benar lambat. Aku sudah menyuruh mereka duluan tapi mereka tidak mendengarkan. 

"Hei, piyik. Kau harus giat berlatih, kau sudah tertinggal jauh dari kami. Jika terus seperti ini kurasa kau akan berpisah dengan kami," ujar Seulbi eonnie membuat Eunmi dan Sara eonnie langsung menatapnya.

"Kenapa menatapku seperti itu?" sengit Seulbi eonnie, "Memangnya aku salah? Yang kuucapkan itu benar, kan? Jika Jalea terus seperti ini dia akan tertinggal di belakang kita! Jika dia tidak niat lebih baik berhenti dari sekarang, jangan menghalangi jalan orang lain!"

"Seulbi-ssi!!" tegur Eunmi eonnie.

"Apa? Jangan karna dia anak kesayangan tuan besar dia bebas melakukan apapun seenaknya. Coba kau pikirkan eonnie, kita sudah mau lima bulan di sini tapi apa perkembangan dia? Aku mengatakan ini karna aku menya_____"

"Cukup, Yoon Seulbi!" Nada suara Eunmi naik beberapa oktaf membuat Seulbi eonnie bungkam dan memalingkan pandangannya.

"Cih," desis Seulbi eonnie.

Eunmi eonnie melirikku dengan wajah panik, aku hanya terdiam. Tanganku diam-diam digenggam erat oleh Sara eonnie seolah memberiku kekuataan. Eunmi eonnie celingukan kemudian menarik Seulbi eonnie sedikit menjauh dari aku dan Sara eonnie. Mereka saling melempar tatapan serius, meski pelan tapi samar-samar aku masih bisa mendengar suara mereka.

"Tidak sepantasnya kau berbicara seperti itu, Seulbi. Aku tau kau menghawatirkan Jalea, aku pun sama. Dia berbeda dari kita. Seharusnya sebagai kakaknya kita membantunya. Dia butuh kita, Seulbi. Tolong jangan mematahkan semangat Jalea, dia sudah cukup tertekan selama ini." Suara Eunmi eonnie terdengar begitu tulus membuat hatiku terenyuh.

"Dia tidak menyukai ini semua. Dia dituntut untuk menyukai ini semua. Bukankah itu menyakitkan?" lanjutnya.

"Kenapa eonnie menyalahkanku? Aku hanya bicara apa adanya. Jika tidak niat berlatih lebih baik keluar saja! Aku tidak ingin dia menjadi penghalang untuk kami ke depannya, eonnie! Pikirkan itu!" Suara Seulbi eonnie meninggi.

Jung JaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang