"Jalea, bangun. Kita harus pergi sekolah."
"Jalea, ayo bangun."
"Kau sudah sangat terlambat."
Perlahan aku membuka mata yang terasa begitu berat, hal pertama yang aku lihat adalah Eunmi eonnie yang sudah siap dengan seragam sekolahnya. Aku mengerjap cepat beberapa saat, kepalaku terasa sangat pening mungkin efek menangis semalaman. Aku sampai lupa semalam aku tidur jam berapa yang jelas aku sempat menangis lama karna kepergian Sicheng sunbae.
Aku kira itu semua mimpi buruk nyatanya itu memang kenyataan yang begitu pahit. Aku benar-benar merasa bersalah telah merusak karirnya, sekarang teman-temannya membenciku. Jika para penggemarnya tahu aku pasti mendapat banyak kebencian dalam hidupku untuk selamanya.
"Apa kau baik-baik saja? Astaga, matamu sembab sekali. Kau menangis?" tanya Eunmi eonnie, tercetak jelas kecemasan dari sorot matanya.
"Ah?" Aku pura-pura bodoh. Dengan cepat aku mengusap mataku, "Ah, semalam aku tidak bisa tidur, aku bergadang mengerjakan tugas. Mataku jadi sangat lelah, eonnie."
Eunmi eonnie menatapku dalam-dalam, "Jangan membohongiku, Jalea. Apa yang terjadi padamu? Ayo, ceritakan padaku. Jangan memendamnya sendiri seperti ini."
"Aniyo, eonnie. Aku baik-baik saja. Sudah, aku mau mandi dulu. Duh, aku harus buru-buru nih." Dengan cepat aku bergegas ke kamar mandi meninggalkan Eunmi eonnie yang hanya bisa menghela nafas berat akan responku.
Beberapa saat kemudian aku sudah siap ke sekolah. Aku berusaha terlihat baik-baik saja meski rasa sedih dan gelisah menyelimutiku. Aku memilih tidur saat di perjalanan dengan alasan aku masih mengantuk efek bergadang semalam dan untungnya Sara eonnie percaya. Sebelum benar-benar terlelap aku memandang nanar ke kaca jendela, mengapa aku selalu membuat masalah? Bahkan belum debut pun aku sudah melakukan kesalahan fatal, pasti ada banyak kebencian yang akan aku dapatkan ketika berhasil debut nanti perkara masalah ini. Sekarang pun aku sudah mendapatkan kebencian itu. Aku harus bagaimana?
Tak terasa air mataku menetes begitu saja padahal aku sudah lelah menangis semalaman. Sebelum Sara eonnie melihatnya aku segera menghapusnya lalu memejamkan mataku mengistirahatkan otak dan pikiranku.
Sepuluh menit kemudian bus sampai di depan sekolah. Aku yang memang sudah terbangun beberapa menit lalu segera bergegas turun. Kami berpamitan kepada Eunmi eonnie dan membuat janji untuk saling menunggu di depan gerbang saat pulang nanti. Aku dan Sara eonnie berjalan menuju kelas kami, di tengah jalan kami berpapasan dengan teman sekelas Sara eonnie yang bernama Jung Sungchan. Aku lihat laki-laki jangkung ini menyukai Sara eonnie, sebagai adik yang baik aku membiarkan mereka berjalan berduaan, aku sengaja pura-pura ke toilet padahal aku hanya bersembunyi di belakang tiang menunggu mereka jauh.
Aku mengintip sedikit untuk memastikan. Ah, mereka sudah tidak terlihat dengan cepat aku kembali berjalan menuju kelasku. Baru saja membuka pintu aku dibuat terkejut ketika sebuah bola tenis melayang manis ke arahku.
"JALEAAAA! AWAS!"
Beughhhh!!!
Bola tenis dengan kecepatan kencang itu menghantam hidungku dengan sempura membuatku refleks mengaduh dan memegang hidungku. Aku tidak sempat menghindar karna kejadian itu terjadi dengan begitu cepat. Mereka langsung menggerumuniku.
"Astaga, Jalea!!"
"Apa kau baik-baik saja?"
"Omo! Jalea!! Hidungmu berdarah!"
Aku yang berusaha baik-baik saja sontak melotot kala melihat tanganku berlumuran darah segar. Beberapa dari mereka langsung memberikan tissue, aku panik setengah mati melihat darah yang begitu banyak bahkan kini menetes mengotori lantai. Hidungku juga mulai terasa nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Jalea
FanfictionKarena sawah ayahnya gagal panen membuat Jalea terpaksa ikut ayahnya merantau ke kota Seoul. Hal itu membuat dia merasa sedih karna harus meninggalkan kota kelahirannya yang penuh kenangan. Namun, siapa sangka kepindahannya ke Seoul mendatangkan se...