Sudah kuduga ketiga eonnieku panik luar biasa ketika melihat keningku di perban. Aku jelasin panjang lebar kaya rel kereta biar mereka tenang tapi tetep aja heboh apalagi Seulbi eonnie. Astaga naga, suaranya benar-benar seperti klakson kapal feri. Tolong banget ini kepalaku lagi puyeng malah ditambah puyeng, pengen nabok tapi takut kebablasan kemasukan setan.
"Jalea, kenapa bisa terluka seperti ini? Jangan disepelekan nanti infeksi. Kau harus pergi ke rumah sakit," cerocos Eunmi eonnie sembari menarik-narik tanganku. Mana kuat banget nariknya kaya narik sapi. Eunmi eonnie muka doang kaya Hello Kitty tapi tenanganya kaya Hulk.
"Mari kita pergi, Jalea. Aku yang akan membayar biaya rumah sakitnya kau jangan khawatir," timpal Sara eonnie. Aura anak sultannya keluar.
"Aku tidak apa-apa, aduh ini kepalaku jadi pusing tau," keluhku membuat Eunmi eonnie menjauhkan tangannya dariku.
"Omo! Jangan-jangan kau amnesia? Atau geger otak!" seru Seulbi eonnie membuatku melotot. "Piyik, apa kau ingat aku? Aku eonniemu yang paling lembut," tanyanya sok imut.
"Ish, sudahlah eonnie jangan memancing emosiku. Aku tekankan sekali lagi jika aku baik-baik saja. Sudah, kalian sebaiknya istirahat. Aku tahu kalian pasti lelah setelah latihan seharian kaya kuli," ujarku seraya menarik selimut lalu merebahkan diri di kasur.
"Jika ada apa-apa panggil aku, Jalea," pesan Eunmi eonnie yang langsung kuangguki.
Ketiganya mulai menjauhi kasurku. Ah iya, kami sudah memiliki kasur masing-masing. Tadi paman Munshik yang bilang ke pihak perusahaan makanya kasurnya cepet dateng. Sebenernya aku gak masalah kalau harus tidur di lantai, tapi aku kasian sama mereka. Apalagi Sara eonnie, dia keliatan paling gak biasa. Iyalah mungkin biasanya dia tidur di kasur berlapis emas sekarang tidur di lantai beralas tikar. Kalau bapaknya tau anaknya tidur di lantai ni perusahaan bisa dituntut abis-abisan.
Aku menghela nafas berat kemudian memejamkan mata, tidak ada kegiatan yang menarik untuk di lakukan selain tidur.
Beberapa jam kemudian aku terbangun karna rasa lapar yang menyerang. Aku lupa, aku belum makan sejak tadi siang. Aku menguap beberapa kali sebelum beranjak dari kasur, mau nyari makanan di dapur siapa tau ada yang bisa ganjel perut. Kulihat ketiga eonnieku sedang terlelap, mereka pasti kecapean terlihat dari raut wajahnya.
Sesampainya di dapur aku bingung karna gak ada makanan berat. Ini serius gak ada ramyeon? Kulihat di dalam lemari pendingin isinya buah-buahan sama yogurt. Masa tengah malem gini makan buah sama yogurt sih? Bukan apa, tapi aku suka mules-mules kalau minum youghur dikit aja. Ususku gak wellcome, sorry.
Daripada ribet aku makan aja buah pisang. Kunikmati dengan secangkir teh hangat sembari menatap langit malam melalui ventilasi. Aku inget ayah, kangen juga. Sekarang aku lagi galau deh kayanya. Bukan karna pacar tapi karna tujuan hidup, aku gak tau tujuan hidupku sebenernya ke arah mana sih? Aku gak yakin bisa jadi idol apalagi aku gak punya bakat kaya yang lain. Aku gak mau masa remajaku terbuang sia-sia. Aku nyerah aja kali, ya?
Tapi gimana mulainya?
"Apaan sih, Jalea! Jangan bikin diri kamu tambah pusing deh. Sekarang makan aja dulu," monologku seraya menoyor pelan kepalaku sendiri.
Tapi apalah daya, aku hanya wanita biasa. Hatiku selapuk kayu tua yang sudah termakan usia. Aku jongkok di depan lemari pendingin sambil nangis sekaligus makan buah pisang. Aku kangen ayah, tempat ini begitu asing. Aku gak betah. Aku takut gak bisa ngelewatin ini semua.
****
Hari ini jadwalnya kami untuk bersekolah. Katanya sekolahnya cuma 3 kali dalam seminggu yaitu hari senin, kamis, sama sabtu. Yang sekolahnya senin sampai jumat jangan iri jangan iri, jangan iri dengki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Jalea
FanfictionKarena sawah ayahnya gagal panen membuat Jalea terpaksa ikut ayahnya merantau ke kota Seoul. Hal itu membuat dia merasa sedih karna harus meninggalkan kota kelahirannya yang penuh kenangan. Namun, siapa sangka kepindahannya ke Seoul mendatangkan se...