19.

1.1K 129 18
                                    

Berjalan menyusuri lorong yang sepi seorang diri membuat bulu kundukku sedikit meremang apalagi lorong di belakang gedung pelatihan ini terkenal angker. Aku pernah dengar gosip dari Zoew katanya ketika larut malam sering ada penampakan nenek tua berwajah hancur di sekitar lorong ini. Konon katanya nenek tua itu penghuni asli tempat ini. Aku sih antara percaya sama gak percaya, ya. Tapi sumpah semakin lama aura di sini makin gak enak. Bulu kundukku makin meremang.

Aku berusaha santai dan menepis segala hal negatif yang mulai menyerang pikiranku. Tanganku mendekap erat ramyeon pemberian Sicheng tadi. Ngomong-ngomong pasti kedua eonnieku sekarang sedang panik luar biasa karna aku terlambat kembali. Tapi gimana, ya? Aku gak bisa ninggalin Sicheng sunbae gitu aja, aku takut dia ngelakuin hal-hal di luar nalar soalnya dia lagi stress berat. Kayanya besok aku mau cepuin ke paman Munshik deh soal kesehatan mentalnya Sicheng sunbae biar ditindak lanjut oleh agensi. Jangan sampai dia kenapa-napa :( aku sedih banget, nanti siapa yang bisa aku repotin kalau mau makan ramyeon? :(

Pelan tapi pasti akhirnya aku sampai di depan lift yang akan membawaku ke lantai atas di mana dormku berada. Ketika pintu lift terbuka aku segera masuk dan menekan tombolnya. Agak ngeri juga naik lift sendirian malam-malam begini tapi yaudahlah ngapain juga takut orang aku sendiri aja kaya setan. Tak butuh waktu lama pintu lift terbuka pada saat itu juga aku terkejut bukan main dan sedikit menjerit kala melihat seorang pria berdiri di hadapanku, ramyeon di tanganku berjatuhan. Pria itupun tak kalah kaget melihatku sampai ponsel di tangannya terjatuh dengan keras membentur lantai.

"Astaga!" pekikku ketika menyadari siapa pria itu. Dengan cepat aku keluar lift lalu membungkuk karna dia sunbaenimku.

"Ya Tuhan, jantungku hampir lepas dari tempatnya," balas Sehun sunbae sembari mengelus dadanya yang bergerak naik turun tidak karuan.

Ya, dia adalah Sehun oppa. Kalau tidak salah member termuda Exo. Dia menetralkan nafasnya kemudian mengambil ponselnya. Dengan wajah mulai berkeringat dingin aku berjinjit untuk mengintip kondisi ponselnya. Duh rusak gak ya? Ponsel mahal itu kayanya kameranya aja ada 3 segede mata sapi.

"Mohon maaf, sunbae. Aku terkejut," balasku sedikit menundukkan kepala.

"Ah, tidak apa-apa. Lagipula ini bukan salahmu," balas Sehun sunbae. Bilangnya emang gak papa tapi mukanya itu lho datar banget.

"A-apa ponselmu baik-baik saja? Jika rusak tapi jangan rusak deh aku gak mampu buat ganti rugi soalnya. Aku cuma rakyat jelata, ngisi pulsa aja dua minggu sekali, internetan aja suka nebeng di wifi tetangga," cicitku dengan wajah memelas.

Sehun sunbae memeriksa ponselnya dengan tenang, "Aniyo, cuma lcdnya aja yang kena. Santai aja," balasnya membuatku melotot.

"Hah? Lcd!?" syokku.

"Jangan lebay seperti itu anak kecil, lagipula aku tidak terlalu membutuhkan ponsel ini," jawabnya dengan wajah angkuh.

Aku hanya bisa menelan ludah mendengar ucapan orang kaya ini. Dia memasukkan ponsel itu ke saku jaketnya, membenarkan topi hitamnya kemudian dia berpamitan. Aku berulang kali membungkuk sebagai permintaa maaf dia hanya tersenyum cool. Duh, definisi pangeran salju banget!! Cool banget sunbaeku ini.

Ketika dia hendak memencet tombol lift tiba-tiba lift terbuka sendiri membuat kami refleks saling memandang. Sedetik kemudian pintu lift tertutup kembali. Aku mengerjap pelan, kulihat wajah Sehun sunbae memucat.

Sehun sunbae kembali memencet tombolnya tapi pintu tidak berhasil terbuka.

"Apakah ini rusak?" tanyanya.

"Tidak tau," balasku.

Sehun sunbae terus memencet tombolnya, aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Ngapain aku ngeliatin dia? Ketika aku hendak pergi aku mendengar suara berisik di dalam lift sana. Aku mengernyit, Sehun sunbae masih di posisinya. Aku terheran, mereka benar-benar berisik seperti sedang mengadakan reuni. Aku penasaran siapa yang membuat kebisingan malam-malam begini.

Jung JaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang