+821570******
"Gadis petani.."
"Kenapa kau tidak membalas pesanku?"
"Ini aku, si tampan Gyu Ha Jeon."
Aku menatap layar ponsel yang menampilan pesan dari Hajun yang dia kirimkan semalam. Untuk pertama kalinya dia mengirimkan pesan padaku, sepertinya dia sedang tidak ada kerjaan makanya dia ngechat aku. Aku tidak membalasnya bukan karna sombong tapi aku tidak punya pulsa. Pulsaku habis dipakai menelpon nenek tadi malam. Lagipula biarkan saja, aku nggak mau chattingan sama dia.
Siang ini aku mau pergi les meskipun malas. Aku udah janji sama ayah gak bakal bolos les lagi. Dosaku sama ayah udah banyak aku gak mau nambah lagi. Aku berencana merubah hidupku yang pemalas ini. Aku harus sukses demi ayah dan keluarga.
Aku duduk sendirian di halte seraya memainkan game masak-masakan.
"Permisi, nona."
"Astaga!" Aku terlonjak kaget ketika seseorang menepuk bahuku. Dengan cepat aku menoleh m.
"Kenapa, paman?" tanyaku pada paman berpakaian rapih itu. Aku menatapnya lamat-lamat, wajahnya tidak asing. Aku pernah melihatnya tapi di mana? Entahlah mungkin wajah si paman yang pasaran.
"Kau Jung Jalea?" tanyanya.
"Bagimana paman tau namaku? Paman seorang cenayang?" Aku balik bertanya.
Paman itu menghela nafas panjang, "Astaga. Akhirnya paman bisa menemukanmu. Jung Jalea, kenapa kau tidak bisa dihubungi? Kenapa kau tidak membalas E-mail yang dikirimkan perusahaan?"
Aku cengo, "Maksud paman apa?"
"Baiklah, sebelumnya perkenalkan aku Lee Mun Shik, kau bisa panggil aku pamam Munshik. Aku asisten kepala devisi recruitment Sm Entertainment." Paman itu memperkenalkan dirinya dan memperlihatkan Id cardnya sebagai bukti.
"Lalu?" tanyaku.
Paman itu menepuk jidatnya, "Aigoo, kau masih bertanya? Jung Jalea, kau lulus audisi. Kau diterima menjadi Trainee Sm Entertainment."
"Ooooo, begitu," balasku sambil manggut-manggut.
Paman Munshik melongo, "Hanya itu responmu? Jinjja?"
"Maaf, paman. Aku tidak ingin menjadi idol. Sekarang aku harus pergi les matematika. Aku sudah janji kepada ayahku untuk tidak membolos lagi," ujarku sesopan mungkin.
"Tapi tuan Sooman menginginkanmu, Jalea. Tolong bantu paman, jika paman tidak berhasil membawamu ke perusahaan paman bisa kehilangan pekerjaan paman," ucap paman itu sedikit melirih membuatku tak enak hati.
"Ayolah, Jalea. Nanti paman belikan permen," bujuknya.
"Jangan meminta izin padaku. Paman harus berbicara kepada ayahku."
"Baiklah, di mana ayahmu? Paman akan bicara sekarang juga!" tanyaku dengan penuh semangat.
"Ayahku sedang bekerja. Oh, busnya sudah datang. Maaf paman aku harus pergi. Sampai jumpa lagi," pamitku seraya membungkuk tapi paman Munshik menahanku.
"Mari paman antarkan ke tempat lesmu. Paman akan menunggumu sampai selesai," ujarnya.
"Ah, tidak-tidak paman. Itu sangat merepotkan," tolakku sehalus mungkin.
"Lebih repot lagi jika paman tidak bisa membawamu ke perusahaan," balas paman Munshik seraya menarik pelan tanganku menuju mobil mewah berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari halte.
****
Paman Munshik benar-benar menungguku sampai les selesai. Beliau menunggu di dalam mobil, aku sengaja keluar paling akhir karna tidak ingin ditanya-tanya oleh teman-teman lesku perihal aku pulang naik mobil mewah, biasanya kan aku naik bus tentu saja mereka bakal curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Jalea
FanfictionKarena sawah ayahnya gagal panen membuat Jalea terpaksa ikut ayahnya merantau ke kota Seoul. Hal itu membuat dia merasa sedih karna harus meninggalkan kota kelahirannya yang penuh kenangan. Namun, siapa sangka kepindahannya ke Seoul mendatangkan se...