7.

1.4K 196 12
                                    

Paman Munshik memberiku masker dan topi berwarna hitam, aku harus memakainya meskipun aku nggak terlalu suka pakai masker soalnya aku gampang sesak. Temen-temenku aja pada heran, katanya orang Korea itu identik suka pakai masker padahal nggak kaya gitu. Semuanya juga kembali ke pribadi masing-masing.

Aku turun dari mobil dan mengekori paman Munshik sembari menarik koperku. Sepanjang jalan kami berpapasan dengan banyak staf dari berbagai devisi. Daebak, kulihat mereka keren-keren. Pakai kemeja, pakai id card, keliatan banget orang sibuknya.

Seketika aku ingin menjadi staf saja, jadi tukang nyapu juga aku mau. Kalau jadi idol kayanya terlalu berat, aku nggak akan kuat deh. Tuh kan belum nyoba udah nyerah duluan, aku yakin kalau ada ayah aku bakal dijewer. Ayah itu paling nggak suka kalau aku ngeluh padahal ngeluh itu kan manusiawi:'(

Rupanya aku dibawa ke sebuah aula yang begitu besar. Banyak sekali anak perempuan dan laki-laki sebayaku tapi kebanyakan dari mereka tidak mengenakan masker sehingga tampak jelas wajah mereka yang astaga ya Tuhan cakep-cakep banget. Aduh, aku jadi insecure tapi untung aja pakai masker. Aku nggak bohong tapi mereka pada cakep, ni agensi tau aja yang bening.

"Ingat, Jalea. Jangan sekalipun membuka maskermu kecuali ada perintah dari tuan besar," pesan paman Munshik.

"Ini akan sangat merepotkan tapi baiklah daripada wajahku harus dilihat orang-orang goodlooking itu," balasku.

"Paman pergi dulu." Paman Munshik segera meninggalkanku.

Aku celingak-celinguk kaya anak kucing yang dibuang di tong sampah. Gila banyak banget! Ini beneran aku harus bersaing dengan orang sebanyak ini? Astaga, udahlah aku jadi tukang nyapu aja.

"Kepada para trainee baru diharapkan untuk baris dengan rapih karna upacara penerimaan trainee baru akan segera dilaksanakan."

"Mohon kepada para panitia lapangan untuk membantu para trainee baru untuk berbaris!"

Para trainee baru segera berbaris sesuai perintah yang terdengar dari speaker. Aku yang nyawanya belum terkumpul masih bengong di tempat kaya orang bego sampai akhirnya ada satu staf laki-laki berambut cokelat gelap klimis yang menyadarkanku.

"Lulusan Saturday Audisi?" tanya paman itu.

Aku mengangguk.

"Ikut saya." Aku segera mengekorinya.

"Kau baris di sini."

Aku melongo, bisa-bisanya aku ditaro di barisan paling belakang dan paling ujung. Astaga, paman itu tega sekali. Aku merasa dianak tirikan :'( Paman itu langsung pergi begitu saja meninggalkanku.

Ketika misuh-misuh tidak jelas seseorang baris di sebelahku. Kulihat dia seorang perempuan, tubuhnya lebih tinggi dariku, dia juga mengenakan masker dan topi hitam sama sepertiku. Ah, dia pasti satu spesies denganku. Ajak kenalah ah.

"Annyeonghaseyo," sapaku sok akrab.

Dia menoleh, "Ah, annyeonghaseyo," balasnya ramah.

Aku mengulurkan tangannya, baru aja mangap eh tiba-tiba kami disuruh diam. Rupanya upacara penerimaan trainee baru akan segera dilaksanakan. Dengan terpaksa kuurungkan niatku. Aku berjinjit, di depan sana berbaris banyak sekali orang-orang berjas hitam. Wah, orang-orang penting kayanya, ada tuan besar juga berdiri paling depan.

Selain itu ada cowok-cowok ganteng, aku gak kenal mereka tapi mereka banyak banget kaya mau tauran. Kayanya yang baris di sebelah kiri itu para idol yang dimiliki perusahaan ini. Cakep-cakep soalnya.

Aku menghela nafas dan menggaruk tengkukku yang terasa gatal. Mohon maaf sebelumnya tapi ini membosankan. Aku ingin tidur.

****

Jung JaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang