~Hujan~

1.6K 44 4
                                    

   "Yakin gapapa kita neduh disini?" Tanyaku pada Paul yang malah asik bermain-main di layar ponselnya.

   "Iya." Jawabnya acuh tak acuh.

   Jujur aku kesal dengan sikapnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Jujur aku kesal dengan sikapnya itu. Dia yang meminta bantuan ku tapi dia juga yang malah kesal gara-gara hujan turun saat kita hendak pulang ke rumah. Jika saja ia tak menghilangkan artikel yang akan terbit di majalah sekolah, sungguh aku tak akan mau membantunya.

   Majalah sekolah kali ini bertema tentang dunia pernovelan remaja. Guru pembimbing dan rekan-rekan yang tau aku seorang pecinta novel. Maka dari itu mereka memilihku menjadi ketuanya dan Paul sebagai wakilku. Aku tak masalah bekerja dengan siapa saja. Tapi setelah tau Paul ternyata orangnya sangat-sangat ceroboh. Aku menyesal ketika mengatakan iya saat pemilihan wakil jatuh padanya.

   Belom apa-apa saja dia sudah menghilangkan artikel yang seharusnya menjadi senjata pamungkas kita. Ia akan ditempatkan di halaman utama yang pastinya akan menarik perhatian pembaca. Tapi dengan seenak jidatnya Paul menghilangkan artikel tersebut. Untung aku masih menyimpan salinannya walau yang belum direvisi. Jika tidak, aku akan menyuruhnya untuk mewawancarai sendiri sumber yang akan menjadi tokoh utama diartikel sekolah kita.

   "Sal, sorry ya. Aku beneran gak sengaja ngilangin artikelnya." Kulihat Paul menundukkan kepalanya. Dari raut wajah dan nada bicaranya ia terlihat sangat menyesal.

   Aku menghela nafas, sebenarnya aku sangat kesal padanya. Karena seharusnya aku sekarang sudah ada di rumah dan menonton drama favoritku yang sudah hampir satu tahun aku menunggunya untuk tayang.

   "Yasudah sih, udah kejadian juga. Yang penting semuanya udah beres dan tinggal nunggu besok pengedaran majalahnya." Ucapku sambil terus melihat ke depan dengan harapan hujan segera reda.

   "Tadi aku udah ngehubungi temenku buat jemput kamu. Kamu nanti pulang sama dia ya. Tenang dia ku suruh bawa mobil kok." Aku langsung menoleh kearahnya sambil mengernyitkan dahi.

   "Terus motormu? Mau ditinggal disini? Kalau hilang gimana?" Berondongku padanya.

   "Ya gak mungkinlah. Nanti kalian pulang berdua terus aku tetep disini sampai hujan reda. Aku dah banyak ngerepotin kamu jadi aku gak mau juga kamu kemaleman pulangnya. Lagian kamu masih cewekkan haha. Bisa kena gampar aku sama mamamu gara-gara mulangin anak gadisnya malem-malem."

   Aku hanya bisa diam, dalam hati aku membenarkan perkataannya tentang mama. Tapi dilain pihak aku juga gak enak sama dia yang harus sendirian disini. Udah hujan, mana malam-malam lagi. Ya walaupun dia cowok sih.

   Tiba-tiba ada mobil pajero warna hitam berhenti di depan aku dan Paul. Lalu sang pemilik mobil turun dengan kacamata dan payung hitamnya. Aku melihatnya seperti orang yang hendak melayat dari pada mau menjemput kita.

   "Hey bro, sorry ya ngerepotin malem-malem gini." Ucap Paul memulai obrolan ini. Kulihat cowok itu melepas kacamatanya.

   "Kek sama siapa aja kamu ini, kan kamu juga sering bantuin aku." Jawab cowok itu.

12 Energi Alam ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang