~Awan~

368 15 0
                                    

  "Eh Bro." Sapa Paul pada orang itu. Aku yang masih terkejut segera menyadarkan diri dan menerima novel yang ia sodorkan padaku tadi.

   "Kenapa kamu kasih dia novel itu Bro? Aku tahu dia horor tapi masa iya bacaannya juga horor." Kekeh Paul setelah melihat novel apa yang tadi diberikan kepadaku. Aku yang mendengar itu langsung terkejut dan segera melihat judul novel itu. 'Tragedi Merah Maron' itu judul yang tertulis disana. Segera ku balikan novel ini pada cowok itu dan meninggalkan mereka berdua.

   "Eh tunggu-tunggu, maaf bercanda doank tadi. Ini novelnya mau aku baca sendiri kok." Terangnya sambil mengikuti langkahku yang mencari novel lain untuk ku baca. Aku yang sudah badmood memilih mengabaikannya dan terus memilah-milah novel apa yang sebaiknya aku baca.

   "Udahlah Sal, maaf loh. Gak usah cemberut-cemberut gitu." Paul mencoba membujukku yang mengabaikan mereka berdua. Mataku terus menyusuri rak novel ini tanpa melihat ke arah mereka. Saat ku rasa aku menemukan novel yang bagus aku langsung tersenyum sumringah.

   "Aku gak tahu kalau D'Prince menulis novel berjudul 'Menuju Usai' juga." Monologku yang pastinya didengar oleh mereka berdua.

   "Coba lihat sini." Paul mendekat kearahku.

   "Banyak kali, novel yang D'Prince tulis tuh. Gak cuma 'Menuju Usai' season satu sampai tiga doank." Ucap cowok itu padaku.

   "Kok kamu tahu Ron?" Tanya Paul pada cowok itu.

   "Tahulah, Rony gitu loh." Ucapnya sambil tangannya menyisir rambut ke belakang sok ganteng. Aku yang melihatnya langsung menarik Paul ke dekatku dan berbisik kepadanya.

   "Kalau kamu pingin selamat kayaknya kamu harus mulai jauhi dia deh Paw." Bisikku pada Paul.

   "Hah? Emangnya kenapa?" Tanya Paul yang ikut berbisik juga.

   "Kok kamu ikut bisik-bisik juga sih?" Kembali ku bisikkan kalimat tadi pada Paul.

   "Kan kamu yang mulai. Jadi kenapa aku harus jauhin Rony?" Bela Paul

   "Oiya lupa." Kataku sambil menepok jidat. "Dari gelagat yang aku baca dari dia. Dia itu yaoi tahu." Terangku.

   "Ehem." Tangan Rony mengepal di mulutnya bersikap seolah sedang batuk. "BTW aku denger loh kalian bisik-bisik tadi." Rony mengatakan itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah mengatakan itu ia lalu berjalan menuju kasir.

   "Ya abis gelagat loe tadi kayak mencirikan sorang yaoi sih." Belaku mengikutinya ke arah kasir.

   "Ini Kak." Rony menyerahkan novel yang tadi ia pilih ke Kakak-kakak kasir dan mengabaikan omonganku. Aku yang kesal hanya bisa menghentak-hentakkan kaki.

   "Perasaan upacara 17 Agustus masih lama deh, kok kamu udah belajar baris berbaris sekarang?" Tanya Paul yang melihat aku menghentak-hentakkan kaki.

   "Sengaja belajar dari sekarang, biar kalau pas penarikan bendera gak salah narik kepala kamu ke ujung tiang." Kesalku lalu menyerahkan novel yang ku pilih kepada kasir setelah tahu Rony sudah selesai dengan pembayaran bukunya.

   "Aku duluan ya bro, hati-hati. Kalo sekiranya ada yang ngamuk masukin botol aja biar gak bisa kemana-mana." Bisik Rony yang masih bisa aku dengar.

   "Tenang, udah aku siapin tumbler kok di tasku." Tawanya diikuti oleh Rony bahkan kakak kasirpun ikut menahan tawa di balik maskernya. Aku yang melihat itu hanya bisa memicingkan mata jengah dan menunggu novel yang ku beli.

   "87.000 Kak." Ucap kasir tersebut dengan masih berusaha menahan tawanya.

   "Ini Kak, sisanya permen ini aja ya. Satunya seribuankan?" Tanyaku. Kakak kasir itu mengangguk kepadaku dan tak lupa mengucapkan kata terima kasih. Aku langsung keluar toko setelah itu. Diikuti Paul di belakangku.

12 Energi Alam ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang