"Bisa nyetir gak sih mas!?"
Jalanan padat merayap membuat jarak antar kendaraan benar-benar hanya sejengkal. Hampir saja motor yang Rony kendarai berciuman kelewat mesra dengan kendaraan pengendara lain. Tapi untungnya refleks keduanya sangat bagus. Kalo enggak, hampir aja terjadi tragedi merah maronnya.
"Maaf ya Pak. Saya benar-benar gak sengaja." Ucap Rony sopan. Akupun juga merasa bersalah karena gara-gara aku, kita hampir saja celaka.
"Yaudah lain kali hati-hati ya Mas." Ucap bapak-bapak itu lalu melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda tadi.
"Kamu gak papa?" Tanya Rony sambil menjalankan lagi motornya.
"Gak apa-apa. Kamu sendiri gimana? Maaf ya." Ucapku meras bersalah.
"Gak papa juga. Udah kamu gak usah merasa bersalah gitu." Ucap Rony kelewat santai.
"Tapikan gara-gara aku kita jadi hampir celaka. Jadi aku minta maaf banget ya." Ucapku masih tak enak hati.
"Yaudah-yaudah. Udah ya. Perasaan lebaran masih lama deh. Kenapa kamu minta maaf mulu sih." Kekeh Rony.
"Makanya gak usah pake perasaan." Guyonnku mencoba menghilangkan debaran karena masih syok dengan kejadian tadi.
"Ya gimana, orang gak sengaja kepake. Mau dicancel juga gak bisa. Mau di undo gak ada tombolnya juga." Rony berucap dengan tidak begitu keras. Jadi aku harus benar-benar dengerin dengan teliti. Tapi keknya itu tindakan yang salah deh. Soalnya sekarang jantungku jadi dugem-dugem lagi ini.
"Ngomong apaan sih kamu. Mabok ya." Sewotku menutupi salting.
"Idih .. idih .. pipinya langsung merah-merah gitu. Panas banget ya hari ini." Ejek Rony sambil melihatku dari kaca spion kirinya.
"Tuhkan beneran mabok nih anak. Ayo turun di supermarket dulu kita. Beli obat pengar." Kesalku sambil memukul helmnya pelan.
Rony hanya menanggapi omonganku dengan kekehan pelan saja. Tak melanjutkan ejekannya padaku. Syukur deh. Nih anak makin hari makin ger aja aku lihat-lihat. Bahaya banget buat kesehatan jantung.
"Kok diem aja sih. Gak pingsan kan kamu?" Tanya Rony memecah keheningan yang menurutku dia sendiri yang buat. Orang dia yang gak ngejawab obrolanku juga.
"Lagi pingsan ini aku. Gak keliatan emang?" Jawabku sewot.
"Jangan pingsan dululah, belum sampe rumah ini. Tahan bentar ya. Eh tapi kalo kamu pingsan dijalan lumayan sih nambah penghasilan reporter kecelakaan nanti. Yaudah sana lanjut lagi." Guyonnya sampai bikin aku ikut ngakak juga.
"Dadi wong kok yo ngawur terus. Guyon ki ya nganggo waton, ojo waton guyon." Ucapku dengan bahasa Jawa.
__________________________________________
Jadi orang kok ya ngawur terus. Bercanda itu ya pake ada waktunya. Jangan sewaktu-waktu (sembarangan) bercanda.
__________________________________________
"Hehe iya maaf-maaf. Abisnya aku bingung mau nanggepi apaan." Ucapnya.
"Eh kok belok ke supermarket sih. Kamu gak mabok beneran kan? Masa iya kamu mau beli obat pengar" Tanyaku setengah gak percaya.
"Masuk dulu Sal. Ngomel-ngomel mulu dari tadi. Dasar ibu-ibu berisik." Rony menarik tanganku yang hampir beneran ngomel ke dalam supermarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 Energi Alam ✅
Teen Fiction‼️Just AU‼️ "Bentar bentar bentar, ini maksudnya apa nih. Kok otak kecil dan otak-otak saya tidak mampu mencerna ya." "Otak besar ege, bukan otak-otak." "Ya bener lah otak-otak, kan dikuadratkan." "Lha iya bener juga ya." "M...