~Badai~

415 13 2
                                    

"Eh sorry aku udah janjian mau keluar beli sesuatu sama Salma." Secara tiba-tiba Rony menggandeng tanganku lalu menariku ke arah motornya.

"Duluan ya Ul, Nga." Ucap Rony lagi setelah membuatku naik ke atas motornya.

Tunggu dulu! Ini kenapa aku nurut-nurut aja ya pas Rony narik aku. Mana Paul juga ngang ngong ngang ngong ngeiyain lagi. Ini masak bisa-bisanya kita ngelag berjamaah gini ya. Udah gitu gak ada yang ngeh lagi.

Rony masih terus melajukan motornya tak tentu arah. Akupun juga gak nanya kenapa dia ngelakuin hal itu. Mungkin dia pusing, mungkin juga dia lelah. Apapun alasannya itu yang penting dia tak menelan gapura bulat-bulat aku tak masalah.

"Kamu mau pulang gak sih Sal?" Tanya Rony mengagetkan aku yang lagi melamun.

"Ya mau lah, pake nanya lagi." Jawabku gak habis pikir sama pertanyaannya barusan.

"Terus ngapain gak pulang tapi malah nongkrong di atas motor aku?" Tanpa aba-aba langsung ku geplak kepalanya yang ngomong seenaknya sendiri itu.

"Kamu yang bawa aku naik motor terus ngajak muter-muter gak jelas ya dari tadi. Malah nanya kek gitu bisa-bisanya." Sewotku tak menghiraukan tangannya yang mengusap-usap kepalanya karena sakit.

"Setidaknya kalo ngomong itu liat-liat keadaan gitu loh. Orang kok sukanya asal nyeplos mulu." Ucapnya ikutan sewot.

"Eh?" Aku mengedarkan pandangan. Betapa terkejutnya aku karena ternyata kita sudah ada didepan rumahku. Bahkan motornya sudah masuk ke halaman. Astaga, kapan dia ngelewatin gerbangnya coba.

"Napa? Kaget?" Alisnya naik turun tanda mengejek. Sial! Aku malu!

"Hehe maaf." Ucapku menahan diri untuk tidak kabur karena malu. Please bawa aku pergi dari sini (bernada gak sih bacanya?)

"Salma, Salma, mikirin apa sih?" Suaranya mendadak terdengar lembut di telingaku. Aku pun jadi tiba-tiba terpana dan bingung harus jawab apa.

"Gak ada, yaudah aku masuk dulu ya." Ucapku pingin buru-buru kabur.

"Beneran nih? Ini aku gak disuruh masuk sama sekali?" Tanyanya to the point. "Jahat banget sih kalo misalnya udah dianterin sampe rumah, bahkan sampe masuk ke halaman gini tapi gak ditawarin mampir." Sindir Rony yang membuatku malu banget.

"Eh, hehe, yaudah ayo mampir masuk dulu." Ucapku salah tingkah.

"Beneran gak nih?" Tanyanya sambil menahan ngakak melihatku yang seperti ini.

"Mau mampir gak sih sebenarnya, ribet banget elah." Sungut ku yang merasa diejek olehnya.

"Santai donk bosku, marah-marah mulu deh heran." Sekarang dia sudah benar-benar ngakak di depanku.

Tak ku hiraukan tawanya dan memilih masuk ke dalam rumah. Sudah dapat di pastikan kalo Rony ikut menyusulku di belakang. Terlihat tangannya ia masukan ke dalam saku celananya sambil mulutnya bersiul mendendangkan sebuah lagu. Kenapa aku jadi deg-degan gini yang berjalan di depannya gini.

"Rambut warna warni bagai gulali." Senandungku menyambut nada-nada dalam alunan yang Rony siulkan.

"Eh, tau lagunya?" Tanya Rony terkejut.

"Lagunya Eclat kan? FYP mulu di sosial mediaku, jadi siapa sih yang gak tau." Jelasku.

"Iya juga sih ya." Jawabnya.

"Kamu duduk dulu disini ya, aku mau keatas bentar buat naroh tas sama ganti baju dulu." Pintaku yang langsung dituruti olehnya.

"Bi Ratmi!" Teriakku memanggil bi Ratmi.

"Eh Non, udah pulang." Jawab bibi sambil lari tergopoh-gopoh menghampiriku.

"Buatin minum dua ya bi, ada temenku maen soalnya." Setelah senyum ke arah Rony, Bibi langsung masuk ke dapur untuk membuat minuman dan mengambil beberapa cemilan.

"Teman? Setelah badai yang kita lalui selama ini, kau hanya menyebutku teman?" Ucapnya penuh drama.

"Keknya yang cocok ikut teater kamu deh. Drama banget jadi orang." Sungutku marah menahan salting untuk yang kesekian kalinya hari ini.

"Piss ..." Tanyanya terangkat membentuk tanda salam perdamaian.

"Udah-udah, aku ke atas dulu ya." Ini kalo diterusin gak ganti-ganti aku nanti.

"Sal!" Teriaknya.

"Apa?" Langkahku yang udah setengah jalan terhenti karena panggilannya.

"Ada kaos gak? Pinjem satu donk. Gak enak banget ini baju ku tadi ku pake buat maen basket sama anak-anak." Pintanya.

"Oke, bentar ya." Ucapku yang hanya dijawab oleh acungan jempol saja.

Setelah itu segera aku melangkah ke dalam kamar. Meletakkan tas dan menyimpan sepatu di dalam rak. Hari ini cukup panas dari pada biasanya. Apa kalian juga merasakannya? Dahlah halukan jadinya. Mandi dulu bentar kali ya.

ೋೋ

"YAKK!" Teriakku karena terkejut tiba-tiba Rony sudah nyemil di kamarku sambil baca novel di kasur.

"Berisik banget sih. Orang gak gua apa-apain juga." Tangannya mengusap-usap telinganya. Lalu melanjutkan aktifitas seolah-olah sebelumnya tak terjadi apa-apa.

"Kamu sadar gak sih kalo kamu itu masuk kedalam kamar cewek. Ku ulangi lagi ya, KAMAR CEWEK. Untung aku biasanya bawa baju sekalian kalo mandi. Kalo enggak gimana coba?" Ucapku dengan muka bersungut-sungut kesal.

"Lagian sapa suruh lama amat di kamarnya. Kamu tadi bilangnya bentar ya. Terus sebagai teman yang baik karena kamu lama yaudah aku cek keadaanmu. Kurang baik apa coba aku?" Tanyanya dengan senyum tengil khas dia.

"Dahlah terserah kamu deh." Ucapku pasrah sambil mencari hairdryer untuk mengeringkan rambut.

Rony masih terus sibuk membaca novelku. Akupun gak masalah tuh anak mau ngapain juga. Yang penting gak usil aja, tenang aku. Tapi lama-lama aneh juga sih kalo dalam satu ruangan tapi diem-dieman gini. Kek lagi marahan coba.

"Lagi baca apaan sih? Serius amat." Tanyaku memecah keheningan. Gak hening juga sih, orang dari tadi suara hairdryer-nya berisik kok.

"Kepo." Jawabnya singkat, padat, dan menjengkelkan.

"Yaudah sini balikin." Kesalku berjalan kearahnya.

"Hehehe canda, canda. Emosian mulu sih dari tadi." Tanganku ditahan Rony sebelum benar-benar megang tuh buku. Tuh anak kenapa cengengesan mulu sih.

"Lagian ditanyain baik-baik jawabannya gitu banget." Aku mendudukkan diri didepannya sekaligus menarik tangan yang dari tadi dia genggam.

"Bercanda doank Sal. Kek gak pernah bercanda gitu ke temenmu aja." Jawabnya sambil menutup buku terus ditaroh dinakas.

"Eh tapi emang iya ya aku dari tadi emosian?" Tanyaku dengan muka serius.

"Kenapa serius banget sih mukanya? Biasa aja kali." Bukannya menjawab dia malah ketawa ngakak. Nih orang kenapa sih. Perasaan tadi anteng kenapa jadi ngeselin gini.

"Yaudah sih kalo gak mau jawab." Ketusku.

"Iya-iya maaf. Tapi serius nih. Lagi ada apa sih? PMS ya?" Tanya Rony.

"Enggak." Jawabku.

"Terus?" Bingungnya dengan jawabanku.

"Gak tau, kek tiba-tiba hari ini semua orang ngeselin berjamaah tau gak." Aduku kek bocil ke mamanya.

"Apa jangan-jangan gara-gara Paul ngambek sama kamu." Duga Rony menatapku serius.

"Kamu suka ya sama dia?"

12 Energi Alam ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang