Bab 14

197 16 2
                                    

Kejadian semalam ternyata membuat Taery sedikit trauma. Pagi-pagi sekali dia bangun, turun dari ranjang dan menghabiskan waktu di kamar mandi, meninggalkan Jimin yang masih terlelap di kasur yang sama.

Di kamar mandi, dia menyalakan shower kemudian duduk di bathup yang kosong. Menangis. Suaranya tersamarkan dengan gemercik air. Teringat kejadian semalam membuatnya sedikit ketakutan. Siapa yang tidak takut menghadapi kematian ketika ingin hidup Panjang?

Jimin menakutkan sekali. Katanya cinta, tapi malah nyaris membunuhnya. Taery memang mengharapkan sebuah tantangan dalam hubungan percintaannya. Intinya ingin ada aktivitas yang tidak membuatnya bosan, tapi bukan yang seperti itu.

Padahal membawa Taery menuju hutan pinus cukup membuatnya senang. Sayangnya Jimin mengakhiri dengan sesuatu yang mengecewakan. Ingin membuat Taery hamil ucapnya.

Wanita itu terkekeh kecil di sela-sela isaknya. Taery bukan perempuan yang bodoh. Dia akan mengisi rahimnya, tapi bukan dengan benih dari laki-laki sembarangan. Meskipun pernah menjalin hubungan, Jimin belum menjadi pilihan Taery.

Dia rutin meminum pil karena tahu bahwa hidupnya tidak akan jauh dari seks. Dia akan terlihat bodoh jika membiarkan dirinya hamil sebelum menikah.

Bagaimanapun, dia harus menjaga dirinya sendiri. Apalagi harus terjebak di antara Jimin dan Yoongi, dua laki-laki yang ternyata sangat berbahaya.

Bicara soal Yoongi, kenapa laki-laki itu tidak menghubunginya? Jelas-jelas Taery kabur dari sana. Sudah masuk hari kedua. Kemudian wanita yang masih meringkuk di bathup itu menyadari apa yang bisa dia harapkan. Malam itu hubungannya sudah berakhir.

Menyedihkan memang, tapi kenyataannya Taery mungkin memang tidak penting di mata Yoongi. Laki-laki itu sudah memiliki dua kucing penurut yang bisa memuaskannya setiap malam. Taery bukan apa-apanya dibandingkan dua peliharaannya.

“Taery kau di dalam?”
Taery menghela napas. Jimin sudah bangun rupanya. Sedikit sakit hati dengan kejadian semalam.

“Aku sedang mandi!” Taery berteriak. Berbohong.
“Aku boleh masuk? Bisa kita mandi bersama?” tawarnya.

Itu bukan ide yang bagus. Dia tidak yakin dengan perasaannya, bisa saja bertemu Jimin malah membuat perasaannya semakin buruk. Akan tetapi, tidak seterusnya Taery bisa menghindari Jimin. Setidaknya untuk saat ini, dia ingin menghabiskan waktunya untuk diri sendiri meskipun harus berlama-lama di kamar mandi.

“Tidak mau. Kau ke kamar mandi yang lain saja!” Taery menolak.
Hening. Tidak ada jawaban dari Jimin. Mungkin sudah pergi. Taery kembali bersandar ke bathup.

“Kau baik-baik saja, Taery?” tanya Jimin tiba-tiba.
Netra Taery semakin memanas. Yang tadinya sembab, sekarang sudah membendung air mata lagi. Lemah sekali.

Ditanya pertanyaan umum saja malah membuatnya semakin ingin menangis sampai tersedu. Mengeluarkan semua kesedihan, kekecewaan dan kemarahan yang ia rasakan.

Tidak tahu intensi Jimin mengucapkan pertanyaan itu untuk apa—entah memang peduli dengan kondisi Taery, basa-basi saja, atau dia tahu perbuatannya semalam sangat menyakiti Taery? Apapun itu, Taery kembali menangis. Sampai sesenggukan. Jimin menyakitinya.

“Taery?” Jimin meninggikan volumenya. “Kau baik-baik saja? Taery?” Jimin mengulangi pertanyaannya.

“Diam brengsek! Pergi saja! Kau menggangguku!” Taery berteriak. Suaranya bergetar. Lantas kembali menangis. Dia tidak ingin bersama Jimin.

“Aku tahu kau tidak baik-baik saja. Biarkan aku masuk, Queen.”
Taery berdecih. “Untuk apa? Menenggelamkanku lagi?”
Percakapan terjeda.

DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang