Bab 19

127 22 4
                                    

Semesta memang tengah berputar pada porosnya. Tentu harus, karena dengan perputaran itulah, kehidupan tetap berlangsung. Tapi kali ini Taery pening mengikuti putaranya. Berharap kehidupan berhenti agar sakit kepalanya hilang.

Mati sebenarnya tidak pernah menjadi pilihan Taery. Dia masih memiliki keinginan untuk hidup meskipun ia harus melarikan diri dari masalah—melarikan diri dari Jimin maupun Yoongi.

Dia telah membuang cinta. Bukan karena tidak menghargai, justru untuk melindungi cinta itu sendiri. Taery belum pantas menampung cinta yang sedemikian besar dari orang lain. Dia masih harus belajar memberikan cinta pada dirinya sendiri.

"Taery …"

Taery mundur ketika Yoongi berusaha mendekatinya. Matanya sudah menampung air mata—siap terjun ke pipi. Pernyataan cinta Yoongi membebaninya.

Menerima Yoongi bukanlah pilihan terbaik. Untuk apa? Hatinya masih kacau pun baru saja ia memutuskan untuk benar-benar meninggalkan Jimin.

Yoongi akhirnya malah menjadi pelampiasan. Yoongi akan menjadi Jimin yang kedua. Polanya akan sama. Pada akhirnya Taery akan melukai Yoongi juga. Tidak mau. Itu salah.

"Haruskah aku berlutut di depanmu agar kau meninggalkanku?" celutuk Taery.

Seperti bukan dirinya. Taery adalah perempuan yang tidak akan sudi memohon belas kasih dari seorang laki-laki. Harga dirinya tinggi sekali.

Kali ini situasinya berbeda. Tahu betul Yoongi sangat keras kepala. Sampai bertanya-tanya harus seperti apa lagi agar Yoongi mengerti bahwa Taery sedang membutuhkan dirinya sendiri, bukan orang lain.

Lantas apa yang keluar dari bibirnya kembali menjadi bukti keputusasaan Taery.

"Tidak … aku tidak akan meninggalkanmu. Bagaimana aku bisa pergi dari wanita yang aku butuhkan?"

Deg.

Ulu hati Taery berdenyut perih. Yoongi pun tak kalah menyedihkan. Laki-laki itu tengah memohon padanya.
Kepala Taery semakin berat. Kabur akan menjadi hal yang percuma karena ia yakin Yoongi dapat menemukannya lagi.

Meskipun terasa sakit, ia memaksakan diri untuk berpikir keras. Ada beberapa hal nekat yang bisa ia lakukan tetapi ada satu hal yang menurutnya paling efektif untuk menekan Yoongi.

"Aku masih mencintai Jimin."

Deg.

Yoongi diam. Sebenarnya dia memiliki asumsi bahwa Taery masih mencintai Jimin. Namun, ia menepisnya. Apalagi ketika Taery memilih untuk melepaskan diri dari laki-laki yang telah Yoongi anggap sebagai adiknya sendiri, Yoongi yakin bisa menyembuhkan Taery—tidak. Yoongi akan berjuang untuk mendapatkan wanita yang ada di depannya.

“Kau sedang berbohong,” balas Yoongi.

Taery menggeleng. “Kau menyaksikan sendiri bagaimana hancurnya aku ketika berpisah dengannya.”

Yoongi termenung. Masih menatap Taery dengan segala pertanyaan yang bermunculan di kepalanya. Rasanya seperti melihat entitas yang begitu asing.

Taery tidak seharusnya begini. Begitu lemah dan menderita. Kacau dan putus asa. Seperti tidak konsisten. Yoongi memaklumi. Taery baru saja melewati hal yang berat. Tapi untuk itulah Yoongi berusaha untuk bersamanya. Berjuang untuk Taery.

Melihat Taery yang begini, mau tidak mau Yoongi sedikit merasa sakit mendengar penuturan wanita ini. Jelas, Taery masih mencintai Jimin. Kenyataan pahit yang berusaha Yoongi tepis. Kembali lagi, keputusan Taery melepaskan Jimin, tetap menjadi tanda bahwa wanita ini ingin melupakan cinta yang sebelumnya.

Bukankah Yoongi berhak datang berlari untuk mendapatkannya?
“Ya, dan kau memilih untuk kehancuran itu. Bukankah itu berarti cinta kalian tidak begitu berarti?”

DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang