yang dewasa

44 1 0
                                    

waktu berjalan semakin panjang. membesarkan angka pada tahun, bulan, hari, jam, menit, sampai ke detik. aku terpana. sampai tak sadar bahwa setiap waktu telah kulewati tanpa sadar.

sempat terpikir masa-masa lampau. masa dimana aku masih lugu. berpikir kekanak-kanakkan berharap permainan hari ini menyenangkan. seingatku dulu, kita adalah anak kecil yang suka bermain tak peduli sampai mana matahari berpijak pada langit.

kita membuat ukiran kisah yang kutahu akan teringat indah seiring waktu. aku hanya tak sadar bahwa kita telah sampai masa mengenang. langkah kecil yang menyegarkan di sore hari, tawa tak berkesudahan di malam hari, aku dan kamu bukan sebuah perpaduan menyeramkan tentang sesuatu yang mistis. kita adalah kebahagiaan tiada henti sampai menangis.

hari ini aku melihatmu lagi. teringat kisah masa lampau yang menggelitik perut. kupikir ada waktunya kita bisa mengulang canda itu meski waktu telah berumur besar.

aku si pengharap. maka wajar kalau ada waktunya aku kelak kecewa.

kita tak lagi sama. bahagianya, kesedihannya,  semua berubah pekat. tentang sebuah pemikiran yang dulunya dangkal menjadi lebih serius. tentang hubungan yang membuat jarak besar untuk terpisahkan asmara.

kupikir kita masih kanak-kanak. aku hampir hendak mengajakmu bermain seperti sebuah film usang yang diputar kembali.

sadarku kita telah beranjak. melihatmu yang bertumbuh dan berpribadi kuat. sampai ku tersadar satu hal yang telah tetap.

bahwa kita telah dewasa. 

kupikir perasaan ini wajar. perasaan seorang anak kecil yang kehilangan teman bermain. namun keegoisanku harus tersingkir.  fakta bahwa kamu semakin kuat adalah kelegaan bagiku.

hidup ini memang berat. ada yang bilang serupa lelucon karena seakan kita dibercandai. ada yang bilang serupa permainan sampai punya level untuk memperkuat diri.

karena itu aku lega. dirimu telah sekuat sekarang. mungkin bila benar hidup adalah game, kamu telah ada di lever tinggi yang tak bisa kuraih. jika serupa lelucon, maka kamu telah tertawa sampai hampir menangis sebab banyaknya candaan yang kamu dapat.

tapi hidup bagiku adalah anugerah.
serupa pertemuanku denganmu.

teruntuk kamu, salam rindu.

monologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang