10. Grab

6.8K 450 14
                                    

-Part ini tidak disponsori oleh Grab wkwk-

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

Bian menatap jengah matahari jam satu siang yang bersinar jahat di atasnya. Peluh sudah berlarian menetes di pelipis pemuda itu.

Dia menelpon pacarnya sekali lagi berharap kali ini diangkat karena sebelumnya tidak di jawab.

"Halo Bian aku belum bisa pulang maaf. Masih ada urusan administrasi. Kamu pulang naik Grab ya,"

Hah? Bian sudah menunggu satu jam di parkiran dan Alden baru mengabari dia harus naik Grab?

Rasanya Bian ingin memukul sesuatu.

"Kamu di mana Bi?"

"Oooooh yaudah gapapa lah wkwk. Aku baru beres kelas nih,"

Bohong. Kelas Bian sudah selesai satu jam lalu. Dia penuh penantian berjongkok di parkiran menunggu Alden datang. Dia tidak bisa masuk mobil sekedar ngadem, kuncinya dibawa Alden. Ngenes.

Tapi dia tidak mau terlihat ngenes di depan Alden. Gengsi banget nungguin orang kayak Alden.

"Dan kamu inget apa yang selalu aku bilang?" suara Alden menajam berbahaya.

Apa? Memangnya Alden suka bilang apa? Bian memutar otak sering banget ngelupain amanat Yang Mulia Alden.

"Jangan lupa makan?" tanya Bian polos.

"Itu juga betul,"

"Drivernya tidak boleh laki-laki, ingat,"
Kata Alden serius.

Bian menghela nafas. Gitu doang wejangannya.

"Denger gak kamu?" tanya Alden yang bisa merasakan Bian di seberang sana menyenye.

"Iya denger," jawab Bian malas.

"Jangan coba-coba selingkuh kamu ya sayang," Alden memperingati.

Iye iyee iyeee

"Udah dulu ok. Kamu pesen aja ya, aku gabisa pesenin. Akun aku kena banned,"

Jelas saja kena banned. Terakhir, Alden mencaci maki driver grab laki-laki yang mengantar pulang Bian di ulasan customer dan memberikan bintang satu. Kasihan driver nya.

Oalah ribet sekali kamu sayang.

Sudah drivernya tidak boleh laki-laki dan dia disuruh pesan juga. Bian juga kan tidak punya apk. Grab. Jadilah dia mendadak install.

🦴

"Dengan Mas Sabian?"

"Mas Heru?"

"Sesuai aplikasi ya Mas,"

"Siapp,"

Mobil Grab melaju membelah jalanan.

"Aahh," Bian bernafas lega merasakan dinginnya AC mobil.

"Diluar panas ya Mas," kata Mas Heru-Pengemudi Grab pada pemuda berkulit tan di sebelahnya.

"Iya Mas lagi panas-panasnya," dan pacarnya membuat Bian menunggu satu jam di parkiran yang seperti Padang rumput Afrika.

Bian memejamkan mata lelah. Setengah hari mata kuliahnya dia habiskan di lab untuk praktek.

"Mas Bian jurusan apa kalo boleh tau, saya juga punya adik di Unpara semester enam jurusan Biologi," tanya Mas Heru lagi mencoba memecah keheningan.

Jarak kampus dari rumah sekitar 30 menit. Jadi lumayan lama.

"Wah kebetulan banget, saya juga jurusan Biologi Mas, semester enam. Siapa adiknya? semua anak Biologi saya kenal haha," Kata Bian. Padahal sih dia gak kenal-kenal banget anak Biologi lainnya. Orang chat aja dipantau Alden terus.

Ya, tapi gapapa biar keren.

Sebenarnya Bian cukup normal jika diajak bicara. Dia luwes dan mudah berbaur. Tapi selama ada Alden semua gerakannya dibatasi.

"Barli Darmawan, Mas kenal? Anaknya yang suka cari masalah itu hahaha,"

Glek.

Barli toh.

Ya memang, anaknya suka cari masalah. Terutama dengan Alden. Suka gangguin Bian melulu.

"Kenal Mas?" tanya Mas Heru lagi memastikan karena melihat Bian yang terdiam.

"Wah ya kenal Mas. Barli terkenal di angkatan ha-ha-ha," Bian ketawa garing. Dari sekian banyak driver Grab, kenapa dia bertemu Kakaknya Barli?

Kring kring

Alden is calling

"Ya Al, kenapa?" tanya Bian menempelkan hp ke telinga.

"Kok feeling aku, kamu lagi selingkuh ya?"

E, eh?

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

9 Januari 2022

Posesif: Alden x Sabian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang