3. Perasaan

10.4K 540 0
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

''Maafin aku, jangan marah..'' Bian masuk begitu mudah dipelukannya. Hanya satu tubuh ini yang Alden butuhkan. Menemaninya tidak perlu apapun, tanpa tersentuh orang lain, hanya dirinya. Selamanya.

Tidak kunjung mendapat jawaban, Bian mendongak dan tatapan itu jatuh padanya. Terkadang Alden berfikir mengapa ia bisa jatuh begitu mudah pada mata anjing lelaki ini. Begitu menggoda dan menggemaskan. Hanya miliknya seutuhnya, Bian tidak boleh seperti ini pada orang lain.

Alden tidak mengatakan apapun dan berbalik menuju kamar mandi untuk mebersihkan diri meninggalkan kekasihnya penuh tanya. Setitik rasa lega karena ia berhasil meredakan amarah Alden tidak sia sia ia punya wajah semanis madu.

Sambil menunggu Alden mandi ia duduk di ranjang dan bermain ponsel. Ada beberapa pesan/chat disana. Kebanyakan kontak teman laki-laki Bian sudah dihapus Alden dengan bar-bar tidak lupa marah marah membuatnya harus mengulur sabar.

Memang susah menyembunyikan rahasia dari lelaki itu. Tetapi soal chat sudah diakali Bian dengan mengganti nama teman-temannyanya dengan nama perempuan, hal biasa dilakukan para fuckboy ketika pacar perempuannya curiga ketika mereka selingkuh.

Tetapi disini, Bian tidak berniat selingkuh, minimal ia harus berhubungan dengan beberapa orang untuk menanyakan tugass. Soal organisasi Bian sudah menyerah, Alden melarangnya dengan menuduh disana ada selingkuhannya. Bian tidak mendebat juga tidak menyalahkan tetapi benar ia kagum pada seniornya yaa hanya sebatas kagum sebelum rasa itu berlanjut dan Alden sudah muncul dengan wajah keras dengan tangan mengepal.

Tring..

Ada pesan wa masuk, dari nomor baru

Haii Bian

Besok habis kuliah kosong kan ?

Gimana kalo kita lanjutin diskusi tadi, besok

ditempat biasa.

Posesif: Alden x Sabian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang