Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih
Author Point of view
Gedung fakultas Ekonomi dan MIPA itu berdekatan. Tinggal nyebrang satu belokan juga udah sampai. Jadilah setiap hari Alden ngapel ke pacarnya yang dilihat orang-orang sebagai best friend forever nya Bian.
Padahal... Yah, yaudahlah ya.
Melalui matanya Alden mengintip dari kaca melihat Bian sedang fokus mendengarkan penjelasan dosen. Wajah serius yang selalu membuat dia suka.
"Ayo makan," ajak Alden kepada Bian yang baru keluar kelas.
"Kamu duluan aja ya, aku ada diskusi kelompok bentar," kata Bian.
Alden menyipit curiga karena melihat semua anggota kelompok Bian laki-laki semua. Namun kecurigaan itu langsung ditepis Bian.
"Sebentaaar swear deh," Bian meyakinkan.
"Eh aduh, aduh, aduh, homo couple of the year anget banget,"
Bian berjengit kaget ketika Lolita teman satu kelasnya yang fujoshintink sudah berdiri manis di sebelahnya, dengan suara cempreng pula. Beruntung anak kelasnya sudah hafal dia cewek gila yang suka jodoh-jodohin sesama lelaki biar belok, jadi agak aman mereka semua paham.
"Apaan sih Lolitaaa, otak Lo gue vacuum nih lama-lama," Bian menghiraukan Lolita.
"Boleh, boleh, vacuum aja otak gue gapapa. Tapi Lo berdua ciuman depan gue dulu. Beleeeek DSLR gue mana daaah? Gue mau foto kapel ho-"
Blep
Bian langsung membungkam mulut tidak estetik Lolita. Mana dia sama Alden mau difoto pake DSLR segala dipikir ini wisudaan.
Alden dalam hati dongkol sebenarnya tapi bisa apa. Demi apa dia bukan topeng monyet yang bisa difoto-foto.
"Bian ayo ke kantin, makan," ajak Alden sekali lagi kali ini menarik lengan lelaki itu.
Tapi Bian menepisnya dengan jahat.
"Sabar bisa ga sih kamu? Aku diskusi dulu ini penting mata kuliahnya, etdah ah," kesal Bian akhirnya. Ya ampun Bian berani banget kamu menolak seme kamu sendiri.
Lalu kedua lelaki itu bertatapan mengantarkan arus listrik.
"Wow wow wow seperti menghantarkan getaran cinta ugh," seorang fujo lain menyela.
"Iiih uke nya marah, gemes banget deh, utututututu" Lolita menyambar seperti burung camar.
"Emesshh banget pengen aku uwel-uwel rasanya," kata Lolita pada Bian.
"Uwel-uwel emangnya gue adonan,"Bian berlalu pergi menjauh ke kelompoknya yang sudah memulai diskusi.
"Loliii ini DSLR nya beb," Beni alias kalo malam dipanggil Belle cowok jadi-jadian satu komplotan kejahatan homoawi Lolita menyerahkan DSLR.
"Ah! Telat Lo mah. Tuh uke nya udah pergi. Gini deh, sekarang Lo intipin aja Sean sama Andoro di gedung belakang. Siapatau mereka lagi ciumaannn anjay cepetaaan," jerit Lolita melengking dan Belle ngacir seperti paparazi mendapat bocoran berita panas.
Alden sudah melengos berbalik menuju kantin Fakultas sendirian. Beberapa pasang mata meliriknya tertarik.
"Ayok ganteng makannya sama aku dulu," Alden hanya pasrah ketika gandengan Lolita yang menyeretnya ke kantin.
#Di Kantin
"Lo tau tugas Lo apa?"
Lolita membuat muka berfikir yang imut alias sok-soan berfikir imut anjir.
"Belajar dan mengaji,"
"Becanda ama gue, nih melayang nih," Alden berbicara pada garpu yang cantik. Lolita tersenyum kecut.
"Santai dong ganteng, rileks, jangan tegang, eh yang bawah juga tegang gak?"
"Loliiiiiii" kesal Alden macam Hulk mau berubah jadi hijau. Jangan ditanya soal tegang gagah menantang begitu deh. Alden cuma bisa tegang kalo sama Bian.
"Iya, iya, iya, akhir-akhir ini kesayangan Lo aman kok gak ada yang gangguin,"
"Barli?" tanya Alden menuntut.
"Barli kayaknya udah capek deh, soalnya Bian juga gak respon. Lo harus tau ya! Dia tuh batu banget kalo di deketin cowok lain, lempeng gitu loh. Padahal gue mau ada scene pelakor di hidup kalian," ceriwis Lolita menyampaikan laporan.
Alden menghela nafas sedikit lega.
"Al, nih ya Al, dengerin gue, cuma 5% kesempatan Bian selingkuh di hidup Lo. He loves you no matter what, don't push him everyday. Yah mungkin tiga hari sekali lah wkwk," saran Lolita.
Hening dan jeda. Meja mereka yang berada di pojok kantin menjadi tempat aman untuk berbicara seperti ini.
"Gue cuma takut, takut dia pergi Lit, Bian bakalan pergi," keluh Bian memijat pelipis.
"Dan sikap Lo yang kayak gini bakalan bikin Bian beneran pergi," kata Lolita yang membuat Bian langsung melotot pada gadis itu. Lolita benar.
Nafas Alden menderu dan matanya bergerak gusar. Anxiety disorder nya muncul dipicu perkataan Lolita.
Melihat itu Lolita merasa bersalah dia menggenggam tangan Alden diatas meja.
"Hey Al, Bian gak akan pergi Ok. Gue tahu Bian gimana. Di matanya cuma ada Lo, just Alden Nathanael Pratama, it's you Bro,"
Tidak berguna seharusnya Lolita tidak memicu gangguan kecemasan Alden. Sekarang Alden hanya akan mendengarkan Bian.
Just Sabian.
Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih
18 Januari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif: Alden x Sabian [END]
Fiksi RemajaI told you, he is mine. Pacarku gila. Dia memiliki aku hanya untuk dirinya sendiri. Tidak boleh ada orang lain. Selalu curiga, egois, cemas, dan abusive. Tapi kenapa aku tetap mencintaimu? "Hidupku adalah kamu," Alden berbisik di depan bibirku suatu...