11. Marah

7.5K 460 14
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

"Kalian pasti lagi ngobrol, seru ya sayang?"

Duhileh Al, curiganya.

"Apaan sih Al, please jangan mulai ya," keluh Bian.

"Mulai apa? Mulai bermain api ya?" selorohnya.

"Coba foto drivernya," pinta Alden.

"Drivernya di foto? Lagi? Please Al, aku gak selingkuh," Bian membela diri.

Mendengar dirinya di sebut-sebut Mas Heru menengok. Btw ini selingkuh yang di maksud apa ya?

Tidak, ide buruk.

Alden yang psycho akan mencari tahu identitas pengemudi itu dan menerornya.

"Kalo kamu gak selingkuh, coba foto drivernya," suara Alden lagi.

Kalau begini urusannya, setiap driver Grab yang ditumpangi Bian akan diteror juga.

"Enggak, apaan si," tolak Bian lagi.

"Drivernya pasti laki laki. Kenapa kamu gak nurut sama aku?!" kesal Alden di sana.

"Nyari driver perempuan susah Al. Adanya laki-lakiiii," kata Bian dengan gemas.

"Ya ada aja kalo kamu usaha,"

Usaha pale lu.

Sistem Grab kan siapa cepat dia dapat. Mau driver laki-laki atau perempuan yang cepat ambil customer dia yang dapat.

"Kemarin kan bisa dapet driver perempuan," kata Aden lagi di ujung telepon sana.

Selain itu, yang lebih menyebalkan adalah kenapa Alden hanya cemburu jika dia bersama laki-laki. Bian juga ganteng loh, berpotensi affair dengan perempuan.

Soal ini, Bian greget juga sebenarnya.

"Ya itu kan kemarin. Aku mana tau dimana dia sekarang. Kamu administrasi nya udah selesai? Kok bisa telepon?

"Jangan alihin pembicaraan. Cepet turun dari Grab nya, atau kamu mau aku membahayakan orang lain," final Alden.

Ok, yang dimaksud Alden di sini dia akan meneror driver nya. Psycho. Padahal hanya mereka mengemudi mobil saja. Mengantarkan Bian di saat dia tidak bisa.

"Al, please aku gak selingkuh. Kalo aku turun sekarang nanggung banget di tengah jalan. Di luar lagi panas loh," kata Bian lelah.

Heru yang sebenarnya tidak berniat menguping mulai paham arah pembicaraan sepasang kekasih ini.

Kekasih Mas Bian cemburu drivernya laki-laki. Heru terkekeh, apa yang perlu dikhawatirkan mereka sesama laki-laki.

Justru itu!

Selain itu, 'Al' pacarnya Mas Bian ini cewek kan ya? Alisa atau Aluna mungkin.

"Alden Nathanael Pratama please, jangan buat aku sulit. Dia cuma driver. Nyari nafkah. Jangan nyusahin orang lain," keluh Bian.

Oalah jeng jeng jeng, namanya Alden.

Mas Heru meneguk ludah, ok dia paham sekarang. Tidak menyangka juga pemuda gagah di sebelahnya pacaran sesama laki-laki.

Mas Heru saja yang belum tahu adiknya juga gay.

"Ok kalau itu mau kamu, let's see," kata Alden dingin.

Bian bersandar di kursi mobil mengehela nafas. Berpacaran dengan Alden rasanya membuat dia berkali-kali lebih tua tiap detik.

Tarik ulur urat melulu.

"Ok, Al. Aku turun. Jangan aneh-aneh, aku turun nih," kata Bian mengalah.

"Mas tolong turun di depan," kata Bian pada Mas Heru.

Mas Heru yang sedang sibuk dengan pikiran cemburuan sesama jenis kaget menoleh.

"Hah turun di depan Mas? Masih jauh loh rumahnya," kata Mas Heru.

"Turunin pacar saya dari mobil Anda sekarang. Gak usah sok akrab, dia udah punya pacar," suara bass Alden yang di loudspeaker terdengar memenuhi mobil.

Mas Heru yang tidak ingin memperpanjang masalah segera menepikan mobil di depan minimarket.

"Payment nya pake aplikasi ya mas," kata Bian saat hendak turun dari mobil.

"Baik mas terimakasih," kata Mas Heru baik.

"Gak usah genit sama pacar saya! Kamu juga kenapa ditanggepin," padahal hanya basa-basi customer-driver tapi Alden sudah kebakaran.

"Maaf Mas," kata Bian, dia meringis tanpa suara pada Mas Heru.

Driver itu mengangguk memaklumi. Bian menutup pintu mobil setelahnya.

Mobil Grab Mas Heru melaju kembali di jalan raya.

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

9 Januari 2022

Posesif: Alden x Sabian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang