23. Club 2

4.4K 281 32
                                    

Dukung author dengan vote 😆 terimakasih

Author Point of view

Gila, peradaban macam apa ini?

Suasana terasa panas. Padahal club orang kaya, tapi mereka gak punya AC? Bang Danu mengedarkan pandangan mata seperti mencari seseorang. Setelah ketemu orang yang dicari ada di lantai dua Club, melambai padanya.

Seorang pria dewasa berusia sekitar 40-an. Bian menyipit, itu kan om-om yang kemarin ciuman sama Bang Danu di kantor. Oalah gembel, jadi dia nemenin Bang Danu ke sini buat pacaran? Sialan kamu Bang.

''Bi, gue ke sana dulu ya mau ketemu orang?''

Alasannya ketemu orang melulu dari kapan hari padahal mau ketemu pacarnya.

''Apaan ah! Lo mau ninggalin gue? Mana ada, gue ikut, gue ikut,''rusuh Bian. Dia anak baru di sini takutnya kenapa-napa. Ya walaupun dia cowo dan bisa jaga diri tapi kan takut aja. Bisa aja dia tiba-tiba di bully karena cuma pake kemeja sama jeans sendiri.

''Bentar doaaang, lima meniiit,''kata Bang Danu mencoba melepas lengan Bian yang lagi merengek narik bajunya kayak anak kecil gamau Ibunya pergi kondangan. Mana ekspresi nih bocah panik begini.

Ketahuan banget gak pernah ke club.

''Bodo amat gue ikut, ikuuuut. Lo yang bawa gue ke sini ya lo yang jaga gue lah,'' kata Bian merengut.

''Eh, eh, liat deh tuh cewek-cewek liatin, Lo apa gak malu?''Bang Danu menunjuk sekumpulan cewek memakai rok mini yang ngeliatin mereka cekikikan menyangka Bian dan Bang Danu bapak dan anak.

''Bad boy Lo luntur Bi,''ejek Bang Danu.

Dilihatin begitu Bian kicep dan melepas pegangan baju Bang Danu. Dia lalu pasang muka datar kayak lagi serius praktek di lab dilihatin dosen killer. Datar dibalik tegang.

Akhirnya Bang Danu pasrah dan membawa Bian ke lantai atas bertemu dengan bosnya. Aneh juga bos sama karyawan ngajak ketemuan di club malam, mau apa? Tapi Bian diam aja gak mau speak up demi Album Mickey Love yang besok bakalan di check out.

Mereka sampai di lantai dua Club yang sama ramainya dengan lantai dansa. Bang Danu menuju suatu meja panjang agak ke pojok ruangan, di sana sudah menunggu sekitar 4 orang pria usia pertengahan alias bapak-bapak semua.

Salah satu diantara mereka bosnya Bang Danu. Bian kenalan sama mereka, Bosnya Bang Danu namanya Pak Dimas, terus sebelahnya ada Pak Januar di kursi seberang mereka ada Pak Rangga sama Pak Regi.

Nah, Pak Regi ini yang ngeliatin Bian terus-terusan. Dilihatin begitu, Bian sebagai anak baik-baik malah pengen pulang, Tatapannya itu semacam kadal pengen menjilat serangga.

Bang Danu sama Bosnya melipir ke meja lain kayaknya mau ngbrol secara private, ngobrol apaan paling mesra-mesraan. Bian narik ujung jaket Bang Danu,''Mau kemana Lo? Jangan lama-lama,''

Bang Danu malah melengos doang, asem.

''Bian kuliah dimana?'' tanya Pak Regi yang memang duduk paling dekat dengan Bian. Pemuda ini menengok pada lawan bicara dan memperhatikan Pak Regi.

Gayanya maskulin abis.

Pak Regi memakai kemeja putih digulung sampai siku dengan dua kancing teratas dibiarkan terbuka. Celananya, dia memakai celana bahan warna hitam dan di kepalanya ada topi fedora hitam. Tubuh Pak Regi juga proporsional atletis sepertinya sering olahraga.

Tipe om-om metroseksual banget. Terus juga tatapannya tuh tajam tapi ketika Bian menatapnya malah tersenyum teduh dengan garis wajah ramah.

''Di Unjem Pak,''jawab Bian sopan. Dia bohong, ogah banget ngasih tau kampus asli dia.

Posesif: Alden x Sabian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang