14. Es Campur

6.6K 431 15
                                    

Dukung author dengan vote terimakasih

Author Point of view

"Ngambek," Alden mencolek dagu Bian yang langsung ditepis.

"Nggak," Bian kembali menulis mengerjakan tugas.

"Kalo gak ngambek ngomong dong," pria itu mecolek lagi.

"Ini apaan sih, colak-colek melulu, emangnya aku sambel," Bian menggeser badan menjauhi pemuda itu.

"Eitss, jangan jauh-jauh nanti aku kangen,"

Gombal kamu mas.

Alden menarik pacarnya kali ini untuk duduk di pangkuannya. Mencuri satu ciuman di pipi.

"Jangan ganggu, kamu liat ga sih aku lagi ngerjain tugas," kata Bian merengut sambil menampol manja pacarnya.

Alden malah mengerat pelukan di perut Bian, mencium-cium pipi Bian.

"Mau apa?" Bisik Alden.

"Mau apa, apanya?"

"Kamu, lagi mau apa? Pengen apa?" tanya Alden sekali lagi.

Bian tidak menggubrisnya.

"Hm? Apa?" Kali ini Alden menusuk-nusuk pipi bolong pacarnya.

Bian nyengir lalu menengok pacarnya.

"Es campur hehe,"

🦴

Bian mengajak Alden ke warung es campur langganannya. Tidak jauh dari rumah.

"Pak, es campur dua ya tapi yang satu lagi jangan terlalu manis," kata Bian mengingat Alden kurang suka dengan makanan terlalu manis.

Tapi terlalu manisnya Bian, Alden ya pasti suka.

"Kenapa Al?" tanya Bian melihat pemuda itu memperhatikan sekitar.

"Enak tempatnya nyaman," komentar Alden santai.

Bian beruntung sebenarnya, walaupun orang kaya raya tetapi Aldin tidak xtreme clean yang menganggap makan di pinggir itu kumuh.

"Kamu sering ke sini?" tanya Alden.

Bian mengangguk.

"Kok aku gak pernah tahu?"

Aduh mulai lagi deh ini complicated nya. Harusnya jawab aman aja tadi. Bian memukul bibirnya yang meluncur begitu saja.

Akhirnya Bian membalasnya dengan nyengir indah. Alden mendengus, kebiasaan.

"Sering ke sini sama siapa?" tanya Alden lagi.

"Sendirian biasanya," jawab Bian cari aman.

"Oke, biasanya. Berarti pernah sama seseorang. Siapa?"

Niat hati mencari aman malah termakan umpan.

Sumpah ya kalo kalian punya pacar macam Alden ini enaknya di gimanain dah capek.

Alden meneliti raut wajah pacarnya yang sedang berfikir keras, mungkin sedang mengarang.

"Jawab aja lagi, santai,"

Alden mengatakannya santai tapi tatapannya itu loh 'siapa tuh orang biar gue samperin'.

"Iya aku biasanya sendirian ke sini, kadang sama Mama juga," jawab Arion mencoba santai.

"Oooh sama Mama juga,"

Bian mengehela nafas dia memohon dalam hati tidak ada pertanyaan lagi. Biarkan dia malam ini makan es campur dengan khidmat dan happy.

Pesanan es campur Bian dan Alden datang. Bian sudah ngiler melihat lelehan susu dan bayangan segarnya es jika meleleh di mulutnya.

"Makasih Pak," kata Bian begitu mangkok itu dengan selamat mendarat di meja.

"Bian langganan es campur di sini ya Pak?"

Mulai, Mulaii, Mulaiiiii,

Bisa gak sih gak usah di bahas-bahas. Makan es campur pake tenang aja susah banget.


"Oh iya Mas, Mas Bian ini udah jadi member premium di sini, kecanduan makan es campur saya dia," Pak Aru dengan bangga menjawabnya.

"Kalo Bian aja suka es campur di sini kayaknya saya juga bakal suka Pak. Bian ke sini sering sama siapa Pak?" tanya Alden lagi

"Wah banyak Mas yang di ajak ya ',kan Mas Bian? Mas Ezra, Mas Bagas, Mas Adam, Kemarin minggu sama Mas Danu ya?" jawab Pak Aru masih belum menyadari bibit tegang di meja itu.

Bian mengaguk dengan kecut.

Alden tersenyum menyipitkan mata mendengarnya. Pak Aru pamit undur diri setelah mengacaukan suasana mereka. Enggak deh, di depan gerobak ada pelanggan pesen es campur lagi soalnya.

"Wiu wiu wiu es campur," kata Alden sambil mengaduk es campurnya

Bian meneguk ludah keki. Akhirnya dia menyuap lelehan es itu ke dalam mulut. Pemuda itu langsung tersenyum kesenangan.

''Mas Ezra, Mas Bagas, Mas Adam, kemarin Mas Danu. Banyak banget Bian,'' Alden menyeruput tenang es campurnya.

"Danu yang tetangga sebelah kamu itu ya?"

Atuhlah, bahas aja terus Al.

"Iya, dia. Yah tapi, gak sering-sering amat kok sama dia," kata Bian dan segera membuat mulutnya penuh. Dia sedang malas meladeni cemburu Alden.

"Oh ya? Siapa lagi tuh?"

"Ee Mama,"

"Al, aku mau alpuket kamu dong, boleh ya?" Kata Bian sambil menyendok langsung ke mangkok Alden.

Pacarnya menepis dengan sendok. Tring suara dua sendok beradu.

Bian mengangkat kepala dan menemukan Alden dengan raut tidak enak.

Alden lalu menyendok alpuketnya di depan bibir Bian.

Pacarnya melahap alpuket itu dengan ragu.

"Kamu ngajak banyak orang ke sini tapi sama aku baru kali ini? Aku ngerasa ketinggalan banget loh," kata Alden terus terang.

"Maaf,"

Bian menunduk. Sudah tidak selera memakan es campur.

''Kita udah lima tahun. Tapi kamu buat aku kayak gak ada apa-apanya dibanding mereka tau gak,''Alden berbicara dengan tenang tapi itu cukup membuat Bian dilimpahi rasa bersalah. 

Semua nama cowok tadi yang disebut Pak Aru kan tetangganya. Ketemu juga dijalan gak pernah tuh janjian mau makan es campur bareng. Kalau gitu coba dong jelasin sama Aldennya Bian.

Namun Bian di hadapan Alden gagap tanpa kata. Dia takut pada Alden disamping rasa sayangnya.

''A, Al please,''

''Nakal kamu Bian, mau dihukum hm?'' Alden menatap Bian teduh tapi langsung membuat jantung Bian serr serr an.

''Kita pulang ke apartmen,'' final Alden dan Bian semakin nelangsa.

Tidak akan selamat pantatnya malam ini.

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

11 Januari 2022

Posesif: Alden x Sabian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang