24. Club 3

4.1K 277 12
                                    

Dukung author dengan vote 😆 terimakasih

Author Point of view

Kamu online, tapi gak jawab telepon aku? Lagi ngapain kamu hm?

Jeng, jeng, jeng, jawab apa Bian. Ya udah read aja gak usah dipermasalahin. Alden pasti marah dia gak jawab telepon, tapi itu urusan nanti. Di chat obrolan Wa, pacarnya tidak berhenti spam chat sampai Bian membalasnya.

Perasaan Bian tidak enak, dia lalu menonaktifkan telepon hingga mati total. Entah gimana muka Alden kalau sampe tahu Bian lagi di club dan sekarang duduk berdua sama om-om.

Bang Danu ke mana sih lama banget?! Dah ah tinggal aja.

Bian menguap dia juga rada mengantuk. Sekarang memang masuk jam tidurnya, dia cuma begadang kalau ngerjain tugas doang. Biasanya dia tidur jam sebelas malam, itu juga Alden yang suruh biar besoknya dia fit,

Fit menghadapi kebucinan dan kecemburuan Alden.

''Eits mau kemana? temen kamu belum selesai tuh,''Bian beranjak berdiri namun lengannya ditahan Pak Regi. Bian menepisnya tetapi Pak Regi tetap mencoba agar Bian duduk kembali dan terjadilah adegan tepis-tepisan.

Akhirnya Bian duduk kembali sambil menghela nafas kasar. Dia akan kasih waktu Bang Danu lima menit lagi, kalo sampai lima menit gak muncul Bian say bye.

''Saya lihat-lihat daritadi kamu belum minum. Udah dateng masa belum minum, sini cobain,''Pak Regi menawarkan minuman dalam gelas kepada Bian. Pemuda itu menatap sanksi, sudah pasti itu alkohol.

Bian bukannya suci tapi dia yang newbie takut di apa-apain.''Enggak, saya lagi sakit tenggorokkan.'' bohong Bian membuat Pak Regi menatap lekat pemuda ini.

Ups ketahuan dia bohong lagi.

Pak Regi masih terus ngeliatin Bian seperti mencari-cari sesuatu dalam mata pemuda ini. Sekitar dua menit berlalu dia malah terkekeh senang bertepuk tangan. Bian melongo, kenapa lagi ini orangtua? Bian menggeser duduk lagi sambil pura-pura melihat lampu disco, gelas kosong, atau pramusaji yang hilir mudik bawa minuman.

Bian melihat ke segala arah asal bukan ke Pak Regi.

''Saya lihat kayaknya kamu gay juga, bener gak?''Pak Regi tersenyum simpul dan senang melihat mata itu membola kaget seperti kartu AS yang dibuka.

''Mana ada,''Bian mencoba biasa.

''Saya stright,''lanjutnya.

Tapi radar seorang gay tidak pernah berbohong apalagi yang sudah berpengalaman seperti Pak Regi. Dia senang melihat Bian yang gugup.

''Dan kamu tipe yang nakal kayaknya, suka selingkuh ya?''lanjut Pak Regi sudah tepat disamping Bian lagi. Memangkas jarak mereka, suka sekali aroma parfume Bian dan wajah pemuda itu yang agak lelah tertimpa cahaya lampu remang.

Bian tersentak kaget lagi karena pergerakkan Pak Regi tiba-tiba.

''Selingkuh sama saya aja mau gak? Jadi baby saya,''Pak Regi mengelus pipi Bian dengan jari telunjuk, halus dan pipinya hangat. Satu lengannya mulai melingkari pinggang pemuda itu dan berubah erat ketika Bian melakukan perlawanan.

Bian meronta tidak mau dipeluk. Lalu dengan satu sentakan kuat dia melepaskan diri bergeser ke samping. Tapi naas bokongnya malah terjerembah ke lantai, seorang pramusaji kaget tiba-tiba Bian sudah jatuh di depannya, satu langkah lagi mau dia tendang.

Bian meringis karena pantatnya sakit. Dia menatap sengit Pak Regi yang masih tersenyum. Buru-buru pemuda itu bangkit dan meninggalkan Pak Regi tanpa kata, dia dengan kesal berjalan menuju lantai satu.

Posesif: Alden x Sabian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang