17. Tanda

5.4K 295 11
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

Mama Gina meremas jantungnya kaget mendengar percakapan Alden dan Bian di dalam kamar. Perasaan campur aduk antara kaget, takut, dan kecewa berkecamuk di dadanya. Tapi lebih dari itu ada perasaan lain bercokol di dadanya.

🦴

Beberapa tanda jika Alden dan Sabian has something

#1

Seperti biasa Mama Gina mengganti seprai Bian dua minggu sekali agar kebersihan kamar terjaga. Tapi dia bingung mendapati bercak noda darah di seprai kali ini.

"Darah apa?"

Begitu Bian pulang ke rumah hal ini langsung ditanyakan. Saat itu Bian pulang bersama Alden masih mengenakan seragam putih abu-abu mereka rencananya akan belajar bersama di kamar Bian.

"Bian, Mama liat seprai kamu berdarah. Kamu kenapa sayang?" tanya Mama Gina.

Bian melongo sekian detik lalu melirik Alden yang juga meliriknya. Jadilah mereka berdua saling lirik-lirikan.

"Apaan nih kode-kodean?" tanya Mama Gina jahil.

Oke baiklah karena Alden yang memang harus bertanggungjawab jadi dia saja yang menjawab.

"Kemarin Bian mimisan pas belajar Mama," jawab Alden meringis menyesal.

"Ya ampun sayang kamu mimisan, kamu belajar jangan keras-keras bisa gak. Bodoh sedikit gapapa kok. Sini- sini, Mama kasih vitamin dulu," Mama Gina yang khawatir segera menggiring anaknya untuk minum vitamin.

Bian melotot kepada Alden di belakangnya sementara lelaki itu tertawa puas tanpa suara.

#2

"Hiks.. hiks.. tapi kan kamu tahu aku nabungnya lama Al. Hampir setahun loh dan dia ngebanting hape aku kayak botol Aqua kosong, enak banget hiks.. hiks,"

Bian sedang sesenggukan di dada Alden memeluk pacarnya erat karena bocah sinting anak baru di kelasnya membanting hp baru Bian. For a god shake baru dia beli kemarin.

Kewarasan Bian turun sampai nol derajat. Dia sudah nabung setahun loh masalahnya.

Kriett

"Bian, Alden ayo makan dul- loh kamu kenapa nangis,"

Tidak disengaja di grebek Mama Gina mereka langsung memisahkan diri. Bian berbalik badan berusaha mengusut tangisnya dan menyeka air mata di pipi. Mama tidak boleh melihatnya menangis. Bian jagoan Mama tidak boleh lemah.

"Sayang... Kenapa?" Mama Gina mengelus pundak anaknya yang masih sesenggukan menetralkan nafas.

Mama Gina beralih menatap Alden meminta penjelasan namun pemuda itu tersenyum dan menggeleng. Biar Bian saja yang menjelaskan.

Beberapa menit kemudian ketika Bian sudah agak tenang, pemuda itu berbalik menatap Mamanya.

"Mama jadi cemburu nih kamu lebih terbuka sama Alden," kata Mama Gina manyun.

Bian terkekeh dan menggeleng dia memeluk Mamanya kali ini.

"Bian gak apa-apa kok Ma, cuma urusan di sekolah belum kelar pusing deh, aku lebay banget nangis," kata Bian tidak ingin membuat Mama khawatir.

"Alden, siapa yang nakalin anak Mama yang ganteng ini coba bilang?" tanya Mama Gina kali ini pada Alden.

"Haha gak tau tuh Ma, tiba-tiba nangis sendiri," jawab Alden aman karena di sana pacarnya melotot (dengan lucu).

"Gapapa. Bian, kalau kamu mau cerita ke Mama, Mama selalu ada Ok? Mama selalu ada buat kamu," Mama Gina memeluk Bian lagi anaknya sudah dewasa sekarang tidak mau membuatnya khawatir.

Apapun yang terjadi dengan Bian dia juga bisa merasakan.

"Kalian makan ya ke bawah, Mama masak banyak tuh," ajak Mama Gina.

"Siap Mama. Nanti Alden sama Bian ke bawah," jawab Alden sementara Bian terpekur duduk di meja belajar.

Mama Gina lalu berjalan menuju pintu hendak keluar. Sebelum menutup pintu dia menatap Alden tersenyum penuh arti. Tiba-tiba berfikir bagaimana jika mereka berdua pacaran.

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

18 Januari 2022

Posesif: Alden x Sabian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang