Deg
Haru menatap berkas di tangannya dengan tatapan kosong. Ada sedikit perasaan yang mengganjal di hatinya. Merasa bahwa tak akan baik jika ia abaikan, pria tampan bersurai hitam legam itu meraih ponselnya untuk menghubungi sang istri.
Sudah lebih dari tiga jam Shouyo keluar dari rumah, tentu saja ia akan menunggu di sini untuk melihat bahwa pemuda mungil itu baik-baik saja. Atau menunggu informasi oleh pengawal yang ia kerahkan untuk mengikuti Shouyo diam-diam.
Saat Haru menghubungi nomor Shouyo, dahinya mengernyit bingung kala yang ia dengar bukanlah suara lembut dan manis dari Shouyo, melainkan suara operator.
Haru mendapati dirinya makin gelisah, mengetahui bahwa istrinya tak bisa di hubungi cukup untuk memberitahukannya bahwa Shouyo sedang dalam masalah.
Ia kembali melirik benda pipih di tangannya, memilih nomor salah satu pengawal yang ia kerahkan untuk memastikan apakah Shouyo baik-baik saja.
"halo bos" saat telepon sudah terhubung oleh nomor di seberang, terdengar suara pria yang membalas dengan nafas terengah-engah, yang sukses membuat Haru makin tak tenang.
"dimana Shouyo?" tanya Haru dengan suara datar dan dingin, yang membuat orang di seberang menggigil takut.
"Sho-sama... Itu... Emm... Kami sedang mencarinya" cicit pengawal itu dengan nada pelan hampir seperti bisikan di akhir kalimatnya.
"apa maksudmu 'kalian sedang mencarinya'?" tanya Haru dengan geraman marah yang lagi-lagi membuat pengawal di seberang sana menggigil takut.
"Sho-sama... Emmm... Tiba-tiba saja pergi ke dalam gang" jawaban itu tidak membuat Haru tenang. Yang membuat pengawal itu menaikkan alisnya bingung ketika tak mendengar suara dingin dari sang bos.
Saat ia mengangkat ponselnya dan melihat bahwa telepon masih terhubung dengan sang bos, pengawal itu langsung mengerti bahwa bosnya sedang dalam mood yang tidak baik. Dan ia sebaiknya berkata langsung ke intinya.
"gangnya berliku, jadi kami masih mencari Sho-sama, bos" ucapnya meyakinkan.
"tidak becus" suara rendah dan dingin Haru kembali terdengar, membuat pengawal itu terjengit kecil.
"jika sesuatu terjadi pada Shouyo, kalian tau akibatnya" peringat Haru dengan nada rendah dan dingin, membuat pengawal di seberang sana tampak gelisah dengan bulir keringat yang mulai membasahi pelipisnya.
Jika membuat Sam marah adalah sebuah mala petaka, maka membuat Haru marah atau perintahnya tidak di jalankan dengan baik, akan lebih seperti di neraka.
Pengawal itu lebih baik berurusan dengan Sam dari pada Haru, pria itu tak akan tenang jika sang istri tak menenangkannya.
"ba-baik bos!" ucap pengawal itu gugup, Haru lantas memutuskan panggilan itu sepihak tanpa membalas sepatah katapun.
Haru menatap keluar jendela yang menampilkan cahaya terang mentari walau terhalang kaca. Alis tebalnya menukik ke bawah, membuat guratan di dahinya makin dalam.
Memikirkan Shouyo yang tadi memaksa untuk pergi sendiri, entah kenapa membuat rasa gelisahnya makin menjadi. Jika saja tadi dia tak membiarkan istri manisnya itu pergi sendiri, mungkin kini sekarang ia tengah menghabiskan waktunya dengan Shouyo.
Haru berjalan keluar dari ruang kerjanya, menyelusuri lorong di mansion mewah itu. Berjalan dengan aura hitam yang mengelilinginya serta langkah terburu-buru hampir brutal.
Ia tak bisa tinggal diam, jejak GPS dari ponsel Shouyo terakhir kali sebelum ponsel itu tidak aktif menunjukkan bahwa ia tak jauh dari sebuah cafe yang kini tengah trend.
KAMU SEDANG MEMBACA
My sugar daddy [OC x Hinata Shouyo]
FanfictionKetika Shouyo ternyata sudah menikah... >baca dulu sebelum berkomentar! >M-preg BxB