33

1.4K 197 19
                                    

Haru kembali berjalan di sepanjang lorong menuju kamarnya, ia baru saja dari ruang bawah tanah sedari pagi dan lupa dengan waktu karena sibuk menyiksa kembali pria yang melecehkan Shouyo.

Merasa pria itu tak akan bernafas lagi, Haru keluar dari sana dengan pakaian penuh darah dan wajah tampannya sedikit terkena noda darah. Berjalan di kegelapan lorong mansionnya dengan mantap, seolah yakin ia tak akan menabrak apapun di kegelapan itu.

Wajar jika sangat gelap, ini sudah tengah malam. Para pelayan sudah selesai dengan semua tugas mereka dan beristirahat. Jadi tak akan ada yang melihat tampilan Haru sekarang.

Membuka pintu kamarnya, ia mendapati ruangan yang terang dan kasur di tengah ruangan itu kosong. Dahinya mengernyit kala melihat sesuatu tergeletak di lantai.

Mendekat, ia dapat melihat sebuah tabung berisi banyak pil obat. Mata hitam legamnya terbelalak ketika melihat apa yang tertulis di tabung itu.

Obat aborsi?

Ia dengan secepat kilat berdiri dan mulai melangkah ke arah kamar mandi dengan langkah lebar. Membuka pintu kamar mandi dengan kasar dan ia bisa melihat tubuh Shouyo tergeletak di lantai kamar mandi, dengan tubuh berlumuran darah.

"Shouyo!" panggil Haru kaget, mendekat ketubuh rapuh itu dan membawanya ke dalam gendongannya. Lantas ia keluar dari kamar mandi, meletakkan tubuh Shouyo di atas kasur.

Dengan wajah panik, ia menghubungi dokter keluarga Hinata. Dengan tangan satunya yang bebas menggenggam tangan mungil Shouyo. Khawatir.

~♥~

"nghh~ sakit shh" Shouyo terbangun sedikit meringis ketika merasakan sakit di sekitar perutnya. Tangan mungilnya ia bawa ke atas perutnya yang datar, mengelusnya sedikit untuk memastikan apa yang ia lakukan sebelumnya benar-benar berhasil.

"sakitkan? Sudah tau sakit kenapa malah melakukannya?" pertanyaan bernada dingin itu terdengar lirih dari samping kanan Shouyo. Saat itulah Shouyo sadar ia sudah ada di atas kasur bukan di lantai kamar mandi lagi.

Pemuda mungil bersurai jingga itu menengok patah-patah ke arah suara itu berasal. Di sana ia dapat melihat, Haru duduk di kursi dengan bersedekap dada dan mata hitam legamnya menatap datar ke arahnya.

Keringat dingin mulai membasahi tubuh Shouyo, bibirnya bergetar seperti siap menangis lagi. Ketakutan melanda dirinya ketika ia bisa melihat aura hitam yang tak mengenakkan di sekitar pria tampan itu.

"kenapa melakukan itu? Kau tau saat ini kau telah membunuh nyawa seseorang" kalimat bernada dingin itu kembali keluar dari bibir Haru, mata hitam legamnya menggelap dan rahangnya mengeras. Jelas sekali ia tengah marah.

"karena Haru-nii tidak suka!" teriak Shouyo dengan linangan air mata, tangannya terkepal di atas perutnya sembari membawa dirinya duduk. Matanya yang berair menatap ke arah Haru dengan kilat takut.

"aku memang tidak suka" desis Haru dingin "aku tidak suka kau hamil oleh pria lain! Tapi bukan berarti aku suka kau menyakiti dirimu sendiri! Jika saja aku tak menemukanmu lebih cepat, sekarang kau masih di dalam kamar mandi!" lanjutnya dengan teriakan penuh amarah. Sembari berdiri dan menunjuk ke arah kamar mandi.

Perkataan dokter keluarga Hinata tadi masih segar di dalam kepalanya.

"keguguran yang terjadi pada kandungan Shouyo menyebabkan sedikit kerusakan pada rahimnya, obat yang ia minum lebih dari yang seharusnya. Jadi kemungkinan ia bisa hamil lagi sekitar 5%"

"apa dia benar-benar tidak bisa hamil lagi? Maksudku, itu bisa di obatikan?" Haru sungguh terkejut, ia tak mengharapkan ini terjadi. Ia memang tidak mau dan marah saat tau Shouyo hamil oleh pria lain, tapi bukan berarti ia akan menolak si janin yang memiliki status sebagai calon bayi Shouyo.

"bisa, makan-makanan yang bergizi, jangan biarkan dia melakukan aktivitas berat, perbanyak minum vitamin dan susu" jawab dokter itu kalem, ia membenarkan letak kaca matanya "sebenarnya ada apa? Kenapa Shouyo menggugurkan kandungannya?"

"itu bukan anakku" jawab Haru singkat, sembari mata hitam legamnya menatap ke arah Shouyo yang masih setia menutup mata.

Jawaban dari Haru jelas mengejutkan bagi dokter tersebut "sepertinya ada yang aku lewatkan, kenapa kalian menyembunyikannya dariku? Kalian tau jelas aku bisa mengangkatnya" katanya sedikit marah.

"tidak ada yang tau, Shouyo tidak memberitahu tentang itu"

"itu bukan alasan untuk kalian menyembunyikannya dariku!" dokter tersebut menghela nafas lelah "aku akan meresepkan vitamin dan susu apa yang bagus untuknya" katanya sembari pergi keluar dari kamar tersebut.

"hiks maafin Sho hiks" tangis Shouyo pecah kala mendengar bentakan dari Haru. Membuat Haru kembali menapak pada kenyataan.

Wajah datar Haru melembut, tangannya terulur ke pinggang ramping milik Shouyo. Memeluknya yang langsung di balas oleh Shouyo. Sembari mengeluskan tangan lebarnya pada punggung mungil milik sang istri, menenangkannya.

Ruangan itu hening hanya terdengar suara isak tangis Shouyo, Haru membiarkannya menangis di ceruk lehernya. Ia tak bermaksud membentak Shouyo.

"hiks maafin Sho..." gumam Shouyo lagi di sela-sela isak tangisnya.

"ssshhh sudah tidak apa, maaf tadi aku membentakmu Sho" balas Haru lirih tepat di telinga Shouyo, menenangkan Shouyo yang tangisnya kembali pecah.

Haru lantas membenarkan posisi keduanya, dengan Haru yang mulai duduk di tepi ranjang dan Shouyo yang ada di pangkuannya. Tanpa melepaskan pelukannya pada Shouyo, Haru mulai memgecup wajah Shouyo, mulai dari kening, mata, pipi, dan bibir itu singkat.

Pada akhirnya Shouyo jatuh tertidur. Kepalanya di atas bahu lebar Haru dengan nafas yang mulai teratur. Haru menghela nafas, ia tidak langsung melepaskan pelukan Shouyo. Bagaimanapun, ia juga salah.

Seharusnya ia menemani Shouyo, saat istrinya di nyatakan hamil. Walaupun itu bukan anaknya, tapi itu anak Shouyo. Seharusnya ia bisa mengendalikan amarahnya saat itu. Jadi Shouyo tak harus menyakiti dirinya sendiri.

Ah sudahlah, Haru menghela nafas lagi. Itu sudah berlalu, sekarang yang harus ia lakukan adalah... Membuat Shouyo kembali bersemangat dan ceria seperti sebelumnya.

Haru tersenyum tipis, kembali mengecup pipi gempil milik Shouyo yang sedikit memerah. Meletakkan tubuh mungil itu untuk berbaring di atas kasur, dengan dirinya yang ikut membaringkan diri.

~♥~
TBC

My sugar daddy [OC x Hinata Shouyo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang