[END]
Samantha awalnya ingin meninggalkan kehidupan lamanya dan pergi jauh dari kota untuk melupakan luka mendalam yang ia alami akibat kematian keluarganya yang tidak pernah ia ketahui alasannya. Namun, ia tidak menyangka jika kepindahannya ak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di salah satu desa terpencil, hidup seorang wanita yang baru saja memilih pindah dari kota dan menetap di suatu rumah yang letaknya cukup berjauhan dengan pemukiman yang lain. Rumah itu berada di perbatasan di antara sungai dangkal dan juga hutan rindang yang masih terlihat aman untuk sekedar dilihat.
Namanya Samantha, wanita muda berumur 24 tahun itu memilih untuk pindah dan hidup sendiri di lingkungan baru yang sebenarnya sangat jauh dari tempat tinggalnya dahulu. Ia memutuskan untuk tinggal di sana setelah 3 bulan yang lalu ia harus kehilangan seluruh anggota keluarganya, terbunuh dalam insiden yang tidak pernah bisa untuk ia mengerti.
Tragedi berdarah yang menimpa keluarganya, yang tentunya meninggalkan bekas trauma pada ingatannya. Hanya ia, satu-satunya yang selamat. Malam itu ia sedang pergi keluar, entah sebuah keberuntungan ataupun sebuah kemalangan sehingga kini ia menjadi satu-satunya anggota keluarga yang selamat. Ayah, Ibu, dan juga Kakak pertamanya harus ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri tergeletak bersimbah darah di ruang tengah rumah mereka dengan luka tembak pada tubuhnya.
Ia menangis, tubuhnya bergetar dan bahkan ia tak mampu bergerak. Hingga akhirnya ia menguatkan diri untuk menelepon ambulan, "Tolong... tolong keluarga saya..." rintihnya terbata sambil terus menangis.
"Ada yang bisa kami bantu, Bu?"
"Tolong selametin keluarga saya... mereka ditembak..."
"Baik, Bu. Bisa tolong beri tahu kami alamatnya supaya tim terdekat kami segera ke sana."
"Tolong..."
Keluarganya tak ada yang selamat. Tidak satu pun. Dalam hitungan seperkian detik, Samantha menjadi wanita sebatang kara. Setelah kejadian itu pula, ia terus memantau hasil inverstigasi dari pihak kepolisian yang menangani kasus pembunuhan keluarganya tersebut. Namun, nihil.
Hingga 2 bulan lamanya, tidak ada satupun informasi yang didapat yang bisa membantu kemajuan penyelidikan dari kematian keluarganya. Tidak ada saksi, hanya ada satu buah bukti berupa pistol revolver keluaran italia yang diyakini menjadi senjata milik pelaku.
Samantha butuh waktu untuk pulih dari rasa trauma, namun, ia juga butuh bangkit dari keterpurukan. Ia masih ingin berusaha menemukan siapa dalang dari semua kejahatan ini, ia ingin mengetahui alasan dari kematian keluarganya. Namun, ia akhirnya berhenti. Ia bukan mencoba ikhlas, ia hanya berusaha mengutamakan kewarasannya. Itu sebabnya ia memutuskan untuk pergi dari kediaman lamanya yang menyimpan sejuta kenangan bersama keluarganya, untuk pindah ke suatu tempat yang jauh tanpa ada satupun yang mengenalinya sebelumnya.