Bara, pria itu mengusap rambutnya asal setelah mendapat penjelasan singkat dari Samantha perihal keberadaan pria asing yang kini sedang pergi ke halaman luar setelah Samantha memintanya untuk memberi ruang pada dirinya dan temannya, Bara.
"Ta, bisa aja dia orang jahat."
"Ya biarin aja, aku nggak takut, kok."
"Samantha, please sekali aja utamain diri kamu sendiri," pinta Bara memelas sambil memegang kedua pundak Samantha dan menatapnya lekat.
"Buat apa, Bara? Aku udah nggak peduli—"
"Aku peduli, Ta. Aku peduli sama kamu."
Samantha terdiam, namun ia masih membalas tatapan Bara.
"Kalau kamu emang nggak peduli sama diri kamu, seenggaknya lakuin itu buat aku, Ta."
"kenapa?" tanya Samantha.
"Karena aku... butuh kamu, Ta. Aku butuh kamu sebagai seorang... temen yang aku sayang," jawab bara yang masih menatap Samantha. Namun, ia berbohong. Ia berbohong untuk kesekian kalinya tentang perasaanya terhadap Samantha.
Bara tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Samantha, meskipun ia juga tidak tahu apakah mungkin Samantha peka terhadap setiap perlakuannya. Ia tidak tahu. Yang Bara tahu hanyalah, ia masih ingin merahasiakan perasaannya selama mungkin.
Samantha kemudian tertawa pelan, tawa yang membuat Bara kebingungan. "Ta?" tanya Bara lirih.
"Ya ampun iya deh iya, aku bakal jaga diri aku sebaik mungkin. Buat kamu, Bara. Buat kamu."
Samantha lalu terkekeh, "Segitunya nggak punya temen ya sampe nggak mau kehilangan aku?"
"Ck," decak Bara kesal dan menarik Samantha ke dalam pelukannya.
"Iya, punya temen kayak kamu tuh langka, Ta. Susah dapetinnya. Cukup kamu pindah tempat aja, jangan nggak jadi temen aku juga," gumam Bara pelan.
Samantha menepuk pelan pundak Bara, "Iya iya, aku bakal tetep di sini, biar kamu seneng. Tapi aku tetep nggak bisa usir Saga dari rumah ini, Bar. Dia masih amnesia dan udah beberapa hari ini dia nggak nunjukin gelagat aneh, kok."
"Kamu tau kan aku orang paling sensitif kalo ada hal yang ganjil?" tanya Samantha setelah ia melepas pelukan mereka berdua.
"Iya, tapi..."
"Kalo gitu percaya sama aku, dong!" ucap Samantha sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Tenang aja, kalo dia udah dapetin ingatannya, aku bakal langsung usir dia, hehe."
Pada akhirnya, Bara mengalah pada watak Samantha yang keras kepala. Namun, ia meminta kepada Samantha untuk memperbolehkannya mengunjungi wanita tersebut sesering mungkin. Hanya untuk memastikan bahwa pria bernama Saga itu benar-benar seperti dugaan Samantha, bahwa ia bukan lah pria jahat yang akan melukai Samantha.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVOLVER
Fanfiction[END] Samantha awalnya ingin meninggalkan kehidupan lamanya dan pergi jauh dari kota untuk melupakan luka mendalam yang ia alami akibat kematian keluarganya yang tidak pernah ia ketahui alasannya. Namun, ia tidak menyangka jika kepindahannya ak...