Terhitung sudah memasuki minggu ke-tiga semenjak Saga tinggal bersama wanita asing yang kini sangat ingin ia lindungi. Semenjak kejadian sore itu, Saga tidak lagi meninggalkan Samantha sendirian. Sebaliknya, ia akan mengikuti atau sekedar memantau sang wanita dari jauh. Saga pun tidak tahu mengapa ia sangat ingin melindungi Samantha, ia hanya seperti sangat ingin melakukannya sejak lama. Hanya saja, ia tidak bisa mengingatnya.
"Saga... kamu masih mandi?" tanya Samantha sambil mengetuk pintu kamar Saga. Namun, karena tidak ada jawaban, Samantha memutuskan untuk membuka kenop pintu itu perlahan.
Tidak terkunci.
"Rapi banget kamarnya... nggak kayak kamar aku..."
"Mau ke mana, Ta?" tanya Saga saat sudah keluar dari kamar mandi dan berdiri tidak jauh dari Samantha. Pria itu masih menggunakan celana pendek tanpa menggunakan atasan dengan satu tangan yang sibuk mengeringkan rambut yang masih setengah basah.
Samantha tidak bisa untuk tidak terpukau melihat pemandangan ini.
"Samantha?" interupsi Saga saat wanita itu hanya diam.
"Eh-hehe... abis mandi, Ga?" pertanyaan bodoh. Dan Saga pun tertawa pelan.
"Iya abis mandi, emangnya mau ngapain lagi?"
Saga pun melewati Samantha untuk mengambil bajunya dan segera memakainya, melihat wanita di kamarnya sepertinya tidak akan mendapatkan fokus jika dia terus menampilkan badan polosnya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Saga lagi yang belum mendapatkan jawaban sedari tadi.
"Oh-saya mau ngajak kamu belanja hehe, mau nggak?"
"Di mana?"
"Di swalayan perbatasan kota." Saga pun mengangguk.
"Kita naik apa? Jalan kaki?" Samantha lalu tertawa, "saya ada mobil kok di garasi bawah. Yuk? Kamu masih bisa nyetir, kan?"
Saga membalas tatapan Samantha intens, "Ta, saya cuma hilang ingatan. Bukan hilang kemampuan." Samantha pun kembali tertawa, "kali aja. Haha."
Jarak dari Rumah Samantha menuju swalayan yang ia katakan sebelumnya terpaut jarak yang cukup jauh, sekitar 30-40 menit menggunakan kendaraan pribadi. Itu sebabnya ketika keluar, Samantha akan membeli semua kebutuhannya sebanyak mungkin supaya ia tidak perlu bolak-balik ke kota.
Swalayan itu tidak ramai, namun juga tidak terlalu sepi. Cukup untuk dikatakan memiliki pelanggan tetap yang akan selalu datang setiap harinya. Selama di dalam, Saga hanya mengekori Samantha yang tengah sibuk memilah-milah dan memasukkan apapun ke dalam keranjang belanjaan yang tengah didorong oleh Saga.
Setiap kali melihat punggung Samantha, lelaki itu selalu merasa ada yang salah dengan dirinya. Ia seperti selalu ingin merengkuh punggung itu ke dalam dekapannya. Namun, seberapa keras ia berusaha mengingatnya, ia tak kunjung mendapatkan jawaban dari ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVOLVER
أدب الهواة[END] Samantha awalnya ingin meninggalkan kehidupan lamanya dan pergi jauh dari kota untuk melupakan luka mendalam yang ia alami akibat kematian keluarganya yang tidak pernah ia ketahui alasannya. Namun, ia tidak menyangka jika kepindahannya ak...