[END]
Samantha awalnya ingin meninggalkan kehidupan lamanya dan pergi jauh dari kota untuk melupakan luka mendalam yang ia alami akibat kematian keluarganya yang tidak pernah ia ketahui alasannya. Namun, ia tidak menyangka jika kepindahannya ak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bara telah sampai di markas mereka dan segera membawa sang wanita ke dalam tempat tinggalnya bersama Saga di markas tersebut. Dokter pribadi mereka sudah tiba lebih dahulu di sana dan langsung melakukan pemeriksaan sekaligus pengobatan untuk Samantha.
"Kalo ada yang sakit ngomong jujur, Dokter Sam nggak akan kasih bius kalo lo nggak bilang sakit," tegas Bara di sebelahnya dan Samantha pun mengangguk.
Setelah berselang 30 menit lamanya, Samantha telah selesai mendapatkan pengobatan dan tengah mengenakan infus pada pergelangan tangan kirinya untuk mengembalikan beberapa stamina tubuhnya yang diyakini telah terkuras habis.
"Malem ini istirahat aja, besok saya cek lagi. Jangan lupa obatnya di minum," ucap Dokter Sam sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua di ruang tengah rumah tersebut.
"Bar..."
Bara hanya menoleh dingin. "Saga... gimana?" tanya Samantha ragu.
"Gue 'kan di sini, mana gue tau dia gimana," jawab Bara datar.
"Dia nggak mati kan... dia bisa selamat kan..." kini linangan air mata mulai jatuh dari pipi wanita tersebut. Bara yang menyaksikan itu hanya berdecak sambil berkata, "lo secinta itu sama dia?" tanya Bara yang masih membiarkan wanita di sampingnya menangis, enggan untuk mengusapkannya dengan jemarinya.
"Aku sayang banget sama dia, dan aku juga nggak tau kenapa... he's always make me feel safe with his existence..." gumam Samantha.
"Selama ini gue nggak pernah ngebuat lo ngerasa gitu emang?"
"Maksud aku nggak gitu..."
Bara hanya terkekeh, "sekarang gue sadar ternyata takdir begituan tuh ada ya? gue kira hal kayak gitu cuma omong kosong," terang Bara, membuat Samantha bingung dengan ucapannya.
"Maksud gue, gue pikir gue bisa bangun takdir baru dengan ngehancurin takdir yang digarisin Tuhan. But, boom! Gue malah jadi perantara pertemuan lo dengan Saga. What an irony," lanjutnya.
"Aku nggak ngerti maksud kamu, Bar..."
Bara menoleh ke arah Samantha di sebelahnya dan menatapnya tepat di kedua mata, "lo tau nggak? Untuk pertama kalinya seorang Saga minta tolong sama gue, cuma gara-gara lo," ungkapnya.
"Minta tolong?"
Bara mengangguk.
Beberapa waktu yang lalu...
Bara sedang berada di rumah sakit dan bersiap untuk membantu dokter seniornya melakukan sebuah operasi. Namun, langkahnya terhenti tatkala ia melihat layar ponsel yang tiba-tiba menyala. Menampilkan nama dari seseorang yang bahkan tidak pernah sekalipun dalam sejarahnya menghubungi dirinya melalui sebuah panggilan.