22] Switzerland and Us

687 32 23
                                    

⚠️ Trigger Warning: Mature, Explicit Content (21+)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ Trigger Warning: Mature, Explicit Content (21+)

.
.
.

3 bulan kemudian...

   Udara sejuk di bulan desember mulai menyapa setiap manusia yang sedang melakukan aktivitas di luar hunian mereka, entah itu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, hiburan, maupun yang hanya ingin sekedar melangkahkan kakinya tanpa arah.

   Seperti Samantha yang sedari tadi berjalan sendiri sejak beberapa menit yang lalu, meninggalkan kekasihnya yang mungkin masih terlelap akibat terlalu lelah dari kegiatan bercinta di sepertiga malam tadi dengannya. Dibanding Saga yang mungkin butuh tidur untuk mengembalikan tenaga, wanita itu lebih memilih untuk bangun lebih awal, membersihkan diri lalu memakai baju tebal untuk membungkus badannya yang kecil agar tetap hangat ketika sedang memanjakan kakinya untuk berkeliling di kota kecil yang menjadi pilihan mereka beberapa bulan yang lalu. Menjadi tempat tinggal yang mungkin sementara, mungkin juga selamanya.

   Samantha masih belum terlalu suka bersosialisasi, terlebih di sini ia adalah pendatang asing dari negara lain. Ia masih harus lebih beradaptasi dengan lingkungan dan juga kebiasaan di kota ini. Namun, tidak jarang ia juga membalas senyuman yang terkadang diberikan oleh nona-nona muda di hadapannya yang mungkin baru menginjak umur belasan tahun.

   "Sayang... bangun," lirih Samantha pelan setelah kembali ke dalam rumah beberapa saat yang lalu, membawa beberapa roti dan juga buah yang ia beli saat perjalanan pulang tadi, juga dengan bunga yang ia beli untuk dirinya sendiri.

   Saga mengerjapkan matanya pelan, menangkap sosok istrinya yang tengah duduk di sampingnya sambil mengelus kulit pundaknya yang polos tanpa pakaian. Sampai saat ini ia memang hanya terbalut oleh selimut yang menutupi tubuh polosnya. "Kamu dari mana? Kenapa nggak bangunin aku?" tanya Saga yang kini berhasil menyimpulkan bahwa wanitanya itu habis melakukan sesuatu tanpanya.

   "Kamu tidurnya nyenyak, aku juga cuma jalan-jalan bentar. Nggak jauh kok," jelas sang wanita.

   "Lain kali bangunin aja, jangan jalan sendirian. Kamu cantik, nanti diculik orang," timpal Saga yang malah membuat Samantha mendengus sebal, "ini di Switzerland ya, Ga. Seleranya pasti bule-bule. Aku mah bukan tipe mereka."

   "Tapi kamu tipe aku, Ta."

   "Ya kamu kan bukan bule," bantah Samantha pelan sambil mengusap rambut Saga yang berantakan dan terlihat semakin panjang. "Kamu nggak mau potong rambut, Ga?" tanyanya kemudian.

   Saga menatap diam ke arah istrinya, baru kemudian ia berujar, "jangan dulu deh, ditarik sama kamu pas lagi make love enak juga," Jawab Saga yang membuat Samantha menjentikkan jemarinya di jidat Saga. Pria itu pun mengaduh pelan sambil tertawa.

   "Cepet mandi, mau aku buatin roti panggang atau salad buah aja?" tanya Samantha saat berhasil menyeret prianya untuk masuk ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya memberikan handuk untuk menutupi bagian tubuh yang akan bahaya jika ia lihat secara terus-menerus. Udara terlalu mendukung untuk membangunkan hormon memadu kasih di atas ranjang untuk terus berulang.

REVOLVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang