"Arrgghhhh..."
Saga berusaha menahan rasa sakit dan menangkap semua ingatan yang sekarang sedang berbenturan di dalam kepalanya. Hal itu bahkan sampai membuatnya mengeluarkan keringat yang mengalir di sekitar dahinya.
Saga terengah saat rasa sakit itu perlahan menghilang bersamaan dengan dengungan yang kian memudar. Saga masih berlutut lemas, dan ia telah kembali mendapatkan ingatannya. Seutuhnya.
Ia kembali memperhatikan pistol di dalam genggamannya. Kembali melihat sebuah nama yang terukir di sana. Nama yang ia tahu, merupakan nama dari nama aslinya.
"Saga!" pekik Samantha saat baru saja keluar dari ruangan kesehatannya dan melihat Saga yang tengah duduk berlutut dan kesakitan. Wanita itu menghampiri Saga dan tampak jelas kekhawatiran di raut wajahnya.
"Ga! Kamu kenapa? Sakit? Mana yang sakit? Kepala—"
"Kenapa, Ta?" Samantha bingung mendengar pertanyaan Saga. "Hah? Apanya yang kenapa, Ga?"
Saga menatap dalam kedua manik mata wanita di hadapannya. "Kenapa kamu kasih saya nama yang sama dengan yang ada di pistol ini, Samantha?" tanya Saga yang berhasil membuat Samantha terdiam, tidak menjawab pertanyaan pria di hadapannya.
Benar, dari semua nama, Saga tidak mengerti mengapa Samantha harus memberi ia nama yang sama dengan nama yang wanita itu yakini merupakan nama dari pembunuh keluarganya.
Saga tidak mengerti.
"Jawab saya, Ta..."
Samantha masih terdiam, ia menghela nafas berat lalu kembali membalas tatapan Saga. "Saya cuma nggak sengaja ngasih nama itu, Ga... maafin—" Samantha belum berhasil menyelesaikan ucapannya ketika pintu rumahnya tiba-tiba terbuka dan menunjukkan sosok Bara di sana, melihat ke arah Samantha dan Saga dengan bingung.
"Kalian kenapa?" tanya Bara masih memainkan sandiwaranya. Namun kali ini, Saga telah mengetahuinya. Ia bahkan mengenal siapa pria yang tengah berbicara di hadapannya saat ini.
Saga berdiri diikuti dengan Samantha, namun ia langsung membawa tubuh Samantha untuk berada di belakangnya. "Ga?" gumam wanita itu kebingungan dengan gestur yang dilakukan oleh Saga.
"Tetep di belakang saya," ucap Saga seraya menggenggam jemari Samantha erat. Sementara tatapannya ia tujukan pada Bara yang berada di seberang sana.
"Eh ada apa? Saya bukan hantu kali. Kenapa deh?"
"Hentiin sandirawa lo, Albara," ucap Saga dingin dan penuh penekanan, membuat Bara terlihat bingung namun pada akhirnya ia mengerti bahwa pria di hadapannya kini pasti sudah mendapatkan ingatannya kembali.
Bara lalu terkekeh pelan. "Udahan nih amnesianya?"
"Lo yang nabrak mobil gue, kan?" tanya Saga tidak mengindahkan pertanyaan Bara sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVOLVER
Fanfiction[END] Samantha awalnya ingin meninggalkan kehidupan lamanya dan pergi jauh dari kota untuk melupakan luka mendalam yang ia alami akibat kematian keluarganya yang tidak pernah ia ketahui alasannya. Namun, ia tidak menyangka jika kepindahannya ak...