10] A Truth (1)

323 33 21
                                    


Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback
.
.
.

   Di sebuah lorong rumah sakit, seorang pria tengah duduk menunggu sambil memainkan sebuah vape yang sebenarnya tidak pernah ia konsumsi. Anehnya, ia selalu membawa benda itu dan memainkannya di tangannya ketika ia sedang membuat dirinya larut dalam pikiran.

   "Ga, bos minta lo untuk nemuin dia di rumah sakit setelah dia operasi."

   "Mau ngapain? Gue males."

   "Saga!"

   "Ck, sini kunci mobil."

   "Kan lo punya mobil, Ga."

   "Gue nggak pernah mau gunain mobil gue ke tempat yang bukan keinginan gue."

   Percakapan singkat Saga dengan salah satu tangan kanan bosnya yang bernama Jayden telah berhasil membuat dirinya berada di sini, menunggu sambil sesekali menerawang lalu lalang rumah sakit yang terbilang cukup ramai. Saat tengah larut dalam pandangan, mata Saga menangkap satu sosok wanita yang menarik perhatiannya. Wanita muda yang tengah memakai jubah putih selayaknya dokter yang lain, dengan rambut yang sedang ia paksa untuk mengikuti arahan tangannya yang akan menguncirnya.

   Wanita itu perlahan semakin mendekat dengan tempat di mana Saga berpijak, namun wanita itu tidak sekalipun membalas tatapan Saga atau bahkan ia tidak pernah mengetahui akan keberadaan Saga di sana.

   "Kamu abis ini ikut Dokter Rama untuk ngecek pasien yang baru selesai operasi di ruangan 3A, ya," perintah salah satu dokter yang terlihat memiliki jabatan paling tinggi pada wanita yang sedari tadi masih Saga tatap dalam diam.

   "Baik, Dok."

   "Oh iya, Samantha," Panggil dokter itu lagi. "Malam ini kamu ada acara?"

   "Belum ada, Dok."

   "Bagus, nanti malam kita ada acara makan malam bersama dengan rekan yang lain. Tolong datang, ya." Samantha pun mengangguk dan mulai mengikuti Dokter Rama yang sudah datang dan masuk ke dalam Ruangan 3A. Tempat yang juga kini dimasuki oleh Saga.

   Selama di dalam ruangan, Saga hanya berdiri menyandar pada tembok yang dekat dengan kaca sambil memperhatikan Dokter-dokter itu memeriksa bos-nya. Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya Dokter-dokter tersebut kembali keluar meninggalkan ruangan, membuat Saga mengalihkan pandangannya pada pintu yang kini sudah tertutup.

   "Saga."

   "Hmm."

   Pria yang berada di atas ranjang pasien itu terkekeh pelan, "kamu masih marah karena saya turun tangan sendiri ngehadapin musuh bebuyutan kamu?"

   "Ck, lupain. Anda nggak mati juga masih untung."

   "Hahaha, aakkhh..." Pria berumur 35 tahun itu tiba-tiba mengeluh akibat luka tembak yang nyatanya belum sembuh total.

REVOLVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang