04] Sofa

504 40 5
                                    


   Pagi ini, sudah terhitung selama satu minggu semenjak pria asing yang Samantha beri nama 'Saga' itu tinggal bersamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Pagi ini, sudah terhitung selama satu minggu semenjak pria asing yang Samantha beri nama 'Saga' itu tinggal bersamanya. Lebih tepatnya, ia membiarkan Saga menetap hingga dirinya bisa mendapatkan ingatannya kembali.

   Keadaan fisik Saga juga sudah pulih sepenuhnya, luka-luka pada tubuhnya pun sudah mulai mengering dan memudar. Samantha bersyukur, setidaknya selain amnesia yang masih dialami, pria itu sudah bisa melakukan aktivitas sepertia biasa, di rumahnya.

   Tidak banyak hal yang Saga lakukan, ia hanya sesekali membantu Samantha saat wanita itu membutuhkannya. Samantha juga terlihat tidak peduli dengan apapun yang ingin Saga lakukan, salah satunya kini saat pria itu sedang berolahraga di halaman rumahnya di dekat sungai. Saga sedang melakukan boxing di tempat yang entah mengapa Samantha memilikinya.

   Saga tengah dipenuhi peluh saat Samantha tiba-tiba menghampirinya sambil membawa satu buah mangkok berukuran sedang yang berisi buah-buahan.

   "Makan dulu nih, Ga. Nggak capek apa dari se-jam yang lalu begitu mulu," pinta Samantha yang kini sudah duduk di satu bangku di dekat Saga, dan pria itu pun mengikutinya.

   "Daripada rebahan mulu, saya juga bingung mau bantu apa di sini."

   "Nggak ada yang minta kamu bantu-bantu."

   "Tetep aja, seenggaknya saya mau balas budi karena kamu udah mau nerima saya di sini. Saya, mau lindungin kamu," terang Saga yang membuat Samantha mengernyitkan alisnya, "Emangnya kamu bodyguard?" tanya Samantha lalu tertawa.

   "Anggep aja selama saya di sini, saya bodyguard kamu."

   Samantha hanya mengangguk sambil terkekeh. Keadaan sempat hening sejenak sampai akhirnya Saga kembali membuka suara.

   "Samantha..."

   "Hmm?" Samantha menoleh sekilas ke arah Saga.

   "Kamu tinggal di sini sendirian? Emangnya keluarga kamu yang lain nggak ada?"

   "Nggak ada," jawab Samantha.

   "Ayah sama Ibu saya anak tunggal. Kakek Nenek saya udah meninggal jauh sebelum saya lahir," lanjut Samantha. Namun, Saga hanya diam.

   Melihat Saga yang kembali diam, Samantha pun kembali membuka suara. "Saya... kangen sama keluarga saya, Ga."

   "Kangen banget. Bohong kalau saya biasa-biasa aja. Bahkan setelah saya berusaha ikhlas sama kejadian yang sebenernya belum saya tau alesannya."

   Beberapa hari lalu, Samantha yang tidak pernah bercerita tentang keluarganya kepada orang lain, entah mengapa memilih untuk membagikan kisah pilu kehidupannya itu kepada Saga. Pria asing yang mungkin bisa saja tengah berpura-pura amnesia. Namun, Samantha merasa Saga tidak seburuk itu. Lagipula, ia tidak peduli jika Saga memang ingin menyelakainya, misalnya merampok dengan modus amnesia.

REVOLVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang