6.

47.1K 5.6K 547
                                    

Kini Jaemin dan teman temannya berada di salah satu sirkuit balap Jakarta, tempat biasa mereka balapan. Jaemin sudah datang dengan santainya bersama Renjun dan Yangyang. Kalau Hyunjin, Felix mereka udah berangkat duluan karena memang ada urusan sebentar.

"Wess nana.. turun juga lu" Jaemin bertos ria dengan salah satu pemilik bar yang berada di sirkuit, Bangchan.

"Iya nih bang, lumayan hadiahnya bisa buat ganti si manis hehe." Tawanya disusul dengan yang lain.

"Hati hati deh ya na? Agak ngeri lawan lu." Ucap Bangchan memperingati.

"Siapa sih emang yang turun?" Tanya Yangyang.

"Anak Enha, si Jay." Yah, mereka tidak asing sih dengan nama itu. Sekolah neo memang beberapa kali ada bersitegang dengan sekolah Enha.

"Intinya mah, gausah ambis menangnya ya na? Asal lu selamat aja dah gua udh seneng." Beberapa orang disana yang sedang berkumpul bersama mereka ikut mengangguk.

"Jaminan lu apa na?"

"Dia minta gua gak turun selama sebulan sih, kayaknya bocahnya mau unjuk diri deh" jelas Jaemin

"Dih, dah gila tu bocah?" Jaemin hanya merespon ucapan Renjun dengan kikikan.

"Yaudah lah asal bukan duit aja sih gua oke oke aja" hmm.. tipikal Jaemin sekali. Lagipula ia kan ikut balapan untk dapat uang, kalau ia taruhkan uang atau benda berharga lainnya makin miskin dong nanti.

Toh hanya tidak balapan di sirkuit ini sebulan? Balapan memang menjadi separuh hidup Jaemin selama dua tahun belakangan, hanya saja ia masih bisa berpikir realistis untuk tidak menggunakan ego nya untuk unjuk kebolehan dalam balapan.

"Na, simanis biar gua check dulu sini. Udah lama gak ke bengkel." Teriak Hyunjin yang kini menghampiri kumpulan Jaemin.

"Nih, tau aja lu si manis belum kesalon. tolong check in ya." Hyunjin mengangguk dan merampas kunci motor Jaemin lalu mulai memeriksanya di bengkel sirkuit. Yah, Hyunjin memang memiliki garasi pribadi disana, jadi ia bisa mengecek sendiri.

Sembari menunggu motornya diperiksa, Jaemin asik mengobrol dengan teman temannya sembari menyesap minuman kesukaannya.

"WOY, JADI TURUN GAK?!" Teriak salah satu orang dari kawanan anak Enha.

"Siapa dah anjir, main teriak teriak aja?" Sungut Ryujin.

"Si Jake bukan sih?" Bangchan mengangguk.

"Yaudah hati hati ya na, inget kata gua. Jangan terlalu ambis buat menang, intinya utamain keselamatan lu" mendengar nasehat dan kekhawatiran teman temannya ia mengangguk sambil tersenyum.

"Iyaa inget. Thanks udah khawatir, doain gua menang oke?." Setelah tos tos an Jaemin langsung memakai helm nya dan menaiki simanis kesayangan.

Jaemin itu tipikal berandal yang disayang sama orang orang. Jaemin baik, manis. Jaemin juga sebenarnya anak polos, tapi tertutup dengan image nya sekarang. Pokoknya Jaemin itu kayak permata yang harus banget dijaga deh.

Jaemin mengendarai motornya hingga garis start. Helm full face yang dikenakan membuatnya terlihat lebih keren.

"Hai bro?" Sapa Jaemin pada Jay.

Jay dengan sinis menengok kearah Jaemin. "Yo, hai juga?"

Jaemin terkekeh mendengar suara sinis yang kini tertuju padanya. Wanita pengibar bendera sudah berdiri didepan mereka "Good luck ya? Hati hati jangan sampe celaka, oke?"

Lalu ia menutup kaca helm nya dan langsung menancapkan gas nya ketika suara tembakan terdengar. Sorak sorai menyebut nama Jaemin dan Jay terdengar di sirkuit. Sirkuit sebenarnya cuma formalitas, karena mereka balapan pun tetap dijalan umum.

Ours Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang