12.

43.8K 5.2K 543
                                    

Ayo comment yang banyak!!

Day-1

Jeno memarkirkan mobilnya didepan rumah bertembok putih sambil berkaca membenarkan setelan Jas nya. hari pertama untuk memulai misi meluluhkan hati siswa manis bernama Na Jaemin. 

Tingtong.

"SEBENTAR" teriak seseorang dari dalam rumah tersebut. tak lama pintu itu terbuka dan menampakkan sosok manis yang masih menggunakan piyama tidurnya dan celemek yang menggantung bebas dilehernya.

"pagi nana" sapa Jeno.

"eh, pagi juga pak Jeno. emm, kenapa ya pagi pagi kesini?" tanya Jaemin yang masih kaget dengan kehadiran Jeno.

"kenapa masih pak manggilnya?" Jeno menaikkan alisnya sembari bertanya balik.

"anu, saya belum biasa pak. masih bingung mau panggil apa." Jaemin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"yaudah senyaman kamu aja."

"ngomong ngomong bapak ada apa ya kesini?" Jaemin mengulang pertanyaannya. 

"saya mau jemput kamu sekalian sarapan dan berangkat bareng." jelas Jeno. Jaemin melotot mendengar maksud Jeno. sekarang bahkan baru jam 6 pas dan dia sudah disuruh sekolah? biasanya saja kalau ia berangkat jam 7 sudah termasuk cepat.

"anu pak, bapak bisa berangkat duluan kok gausah repot repot anterin kesekolah. saya juga sudah masak untuk sarapan sendiri pak." tolaknya halus.

ekspresi Jeno berubah kecewa.  "padahal saya sengaja belum sarapan biar bisa makan sama kamu." lalu tersenyum diakhir kalimat.

"eh, Ya Tuhan. maaf banget pak saya gak tau. atau bapak mau makan disini saja sama saya? kebetulan saya masak lebih." ucapnya tak enak.

"boleh?"

"tentu. mari masuk pak." Jaemin mempersilahkan Jeno masuk kerumahnya dan membawanya ke meja makan.

"Maaf ya pak saya cuma masak nasi goreng aja. Eh bapak gak alergi seafood kan? Soalnya saya pake cumi sama udang."

Jeno tersenyum dan menggeleng. "Nggak nana. Saya nggak alergi seafood." Jaemin menghela napas lega dan duduk dihadapan Jeno.

"Ayo dimakan pak." Jaemin mempersilahkan Jeno untuk mencicipi masakan buatannya.

"Enak banget na. Kamu hebat" ucapnya sambil menunjukkan eye smilenya.

Jaemin tersipu lalu hanya bisa tersenyum kikuk. Keduanya melanjutkan makan dengan tenang tanpa ada obrolan sedikitpun namun suasana nya tidak canggung.

Setelah makan, Jaemin izin kekamar untuk meng ganti pakaiannya dengan seragam. Ia agak berlari kecil menuju kamarnya yang membuat Jeno jadi terkekeh gemas sendiri melihatnya.

-timeskip.

Kini Jeno memberhentikan mobil nya diperkarangan SMA Neo. Siswa yang hadir belum begitu banyak karena masih ada sekitar 30 menit menuju bel masuk.

Jeno menyandarkan punggungnya di jok pengemudi sambil menatap Jaemin yang tengah menggerutu akibat datang terlalu pagi.

"Pasti kesel ya karena saya anterinnya ke pagian." Jaemin yang tengah mendumel jadi gelagapan sendiri karena terbaca oleh Jeno.

"A-ah b-bukan gitu pak." Jeno tersenyum manis melihat Jaemin.

"Maaf ya? Saya anterinnya ke pagian. Saya cuma gak mau kamu terlambat." Jaemin jadi merasa bersalah mendengar Jeno minta maaf.

"Eh gapapa pak. Kalau begitu saya ke kelas dulu ya pak?" Saat Jaemin hendak membuka pintu mobil disampingnya, tangannya di tahan oleh Jeno.

"Disini aja dulu. Temenin saya, bel nya masih lama kan?" Jaemin mengangguk. Mau tak mau Jaemin harus stay untuk menemani Jeno.

Jeno bahkan tak sadar bahwa ia masih menggenggam tangan Jaemin.

"Eumm, Jisung apa kabar pak?" Tanya Jaemin basa basi.

"Jisung baik kok. Tadi pagi ia senang sekali karena sudah bisa membaca sendiri." Jelas Jeno.

"Wah iya? Keren sekali Jisung." Tanpa sadar Jaemin jadi sedikit antusias.

"Hahaha iya dia memang hebat."

"Kamu gak mau tanya kabar saya? Jisung aja nih yang di tanya?" Goda Jeno.

"Eh, gak gitu. Kalo pak Jeno sendiri kabarnya gimana?" Tanya Jaemin kembali.

"Saya baik. Kalau sekarang luar biasa baik karena ada kamu." Jaemin merona kala kalimat Jeno dibarengi dengan elusan pada genggamannya tersebut.

"Kamu takut gak sih sama saya?" Jaemin menyeritkan dahinya bingung.

"Takut gimana?"

"Ya kan sekarang kamu lagi di pepet sama duda. Maybe bahasanya sama 'om-om'? Kan keliatan nya kayak pedofil gak sih?" Jaemin menggeleng sebagai jawaban.

"Nggak kok. Lagian saya tau bapak baik, kalaupun bapak punya niat jahat bapak harus ingat kalau saya juga bisa bela diri. Saya gak melemah itu?" Jeno mengangguk bangga dengan jawaban Jaemin.

"Kalau masalah rumor kayak yang Waktu itu?" Jaemin terlihat menimbang nimbang jawabannya.

"Ya biarin aja gak sih pak? Toh kita gak bisa berhentiin orang untuk gak komentar sama apa yang kita lakukan. Daripada nutupi mulut semua orang, mending kita yang tutup telinga aja gak sih? Tangan saya cuma dua, cuma cukup untuk nutup kedua telinga saya daripada harus nutupi mulut orang satu satu?" Tengah Jaemin. Jeno terpana dengan jawaban serta pembawaan Jaemin ketika menyampaikan pendapatnya. Jaemin juga bukan tipe orang yang gegabah dan bijaksana.

"Kamu hebat." Jeno tersenyum lalu membawa telapak tangannya pada bagian belakang kepala Jaemin lalu mengusapnya.

Jaemin tersipu malu.

"Jaemin bisa jangan panggil saya pak? Apa saja boleh asal jangan bapak bisa?" Jaemin mengangguk.

Mereka lanjut ngobrol sambil menunggu bel masuk berbunyi. Tangan keduanya entah kenapa terlalu nyaman bertaut satu sama lain hingga mereka tidak ada yang sadar bahwa keduanya masih bergandengan tangan.

Tak lama, bel pun berbunyi.

"Pak Jeno, saya izin keluar dlu ya?" Jeno mengangguk. Jaemin membuka pintu tersebut dan hendak keluar.

Namun saat hendak keluar, ia berbalik menghadap Jeno lalu mengambil tangannya.

"Nana sekolah dulu ya kak?" Jaemin mencium tangan Jeno lalu buru buru menutup pintu mobil tersebut dan pergi menjauh menuju kelasnya.

Semantara Jeno? Ia mematung dengan pipi yang merona.

Jaemin mencium tangannya?



T B C.

Haii chinguuu.. ini aku kasih mini chapt ya? Gak begitu menarik sih dan gak panjang.

Aku bikin biar kalian gak bosen nunggu, jadi maaf ya kalo pendek dan gak menarik.

Chinguuu.. Aku minta doa nya ya hehe besok aku mau ujian toefl, doain aku sama temen temen ku bisa dapet skor tinggi hehe. Terimakasiii ><

Ours Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang