Part 9

54 10 0
                                    

Istvan POV

"Sepertinya dia dalam bahaya. Kita harus ke kesana!"

Tanpa menunggu jawaban, Istvan melangkah cepat hendak pergi. Namun, Ikarus segera menangkap bahunya.

"Jelaskan dulu apa yang terjadi!" Pinta Ikarus.

"Aku juga tidak tahu! Izora terus meminta tolong. Dia sangat panik dan ketakutan." Istvan menoleh ke arah Edgar dan Matthew, "Kita harus kesana!"

Matthew berjengit, kemudian dia berdiri. "Maafkan saya, pangeran. Kami harus membawa kalian ke Zethosiris secepatnya. Saudara-saudara anda yang lain mempunyai pelindung mereka sendiri."

"Tapi, kita tetap harus kesana!" seru Istvan bersikeras.

"Bagaimana jika sesuatu terjadi? Bagaimana jika—" Istvan berhenti, dia tidak ingin membayangkan hal yang buruk.

"Anda yakin Putri Izora-lah yang menghubungi anda? Bisa saja itu jebakan Halkseth," tutur Edgar.

Istvan terdiam. Dia tidak memikirkan kemungkinan tersebut. Ikarus memperhatikannya lalu bertanya, "Bagaimana tepatnya Izora menghubungimu? Aku tidak mengerti."

"Suaranya... muncul di kepalaku," jawab Istvan. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya."

"Itu disebut Telepati," terang Edgar. Lalu ia mengerutkan kening. "Tapi, seharusnya kekuatan telepati tidak muncul begitu saja. Berbeda dengan kekuatan Zethis lainnya, membangkitkan telepati memerlukan sesuatu yang permanen sebagai hubungan dengan objek tujuannya."

"Sesuatu yang permanen?" tanya Istvan.

"Bisa apa saja," Edgar menjelaskan. "Raja menggunakan anting ratu sebagai media untuk bertelepati dengannya. Ratu tidak diperbolehkan untuk melepas anting itu karena sambungan mereka akan hilang."

Istvan memegang daun telinganya kalau-kalau dia tiba-tiba memakai anting. Tidak ada anting disana, yang membuatnya merasa bodoh.

"Tapi, tidak ada salahnya untuk memeriksa," ujar Ikarus sepakat dengannya.

“Maafkan saya, pangeran. Kita bahkan tidak tahu dimana keberadaan putri Izora,” kata Edgar.

Istvan mengernyitkan kening. Dia merasakan sesuatu saat bertelepati tadi. Izora pasti berada di sebuah tempat yang sepi. Bisa saja hutan, jalanan, atau bangunan tak terpakai.

“Apakah ada batas jarak tertentu untuk telepati?” tanya Istvan pada Edgar. Wajah Edgar terlihat mengerti maksud Istvan.

“Saya kurang tahu. Tapi, karena ini telepati pertama, seharusnya tidak cukup jauh.”

“Kurasa aku tahu,” kata Istvan. “Aku melihat bangunan tua yang pagarnya rusak seperti diterobos dalam perjalanan kesini. Mungkin Izora ada disana.”

Ikarus, Edgar, dan Matthew menatapnya. Istvan berusaha meyakinkan mereka.

"Izora mungkin benar-benar berada dalam bahaya. Pesawatnya berangkat dua jam lagi bukan? Kita masih punya waktu."

Edgar melirik ke arah Matthew yang sedang meletakkan tangan di perutnya. Mendadak Istvan merasa bersalah karena melupakan luka Matthew. Pria itu harus segera dibawa ke Darloth untuk mengobati lukanya.

"Kita... kita bisa berpencar," usul Istvan. "Aku dan Edgar akan mencari Izora, Ikarus dan Matthew melanjutkan perjalanan ke Brazil."

"Apa? Aku ingin mencari Izora!" Ikarus tidak setuju. "Bagaimana kalau aku dan Istvan ke bangunan tua itu, lalu Edgar dan Matthew ke Brazil?"

"Tidak mungkin," tolak Edgar. "Kami tidak boleh meninggalkan kalian."

"Kita tidak perlu berpencar. Kita bisa pergi bersama-sama," kata Matthew.

Ikarus melotot. "Tapi, kau terluka! Kau harus segera kembali untuk mengambil obat ajaib atau apalah."

"Farmacho," ujar Matthew. "Tidak masalah, saya masih bisa bertahan."

Matthew menatap Istvan. “Jadi, dimana bangunan tua itu?”

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang