Part 28

45 7 0
                                    

Istvan POV

Marfic membangunkan mereka dengan lembut esok paginya. Memberitahu bahwa sarapan sudah siap. Istvan melangkah gontai kembali ke kamarnya. Dia tidak langsung mandi, melainkan merebahkan diri di kasur terlebih dahulu. Punggungnya pegal karena tidur dalam posisi yang tidak nyaman semalam. Dia berguling-guling selama dua puluh menit, sebelum akhirnya mandi.

Setelah mandi, Istvan mendapati nampan berisi sarapan di atas mejanya. Pasti pelayan yang mengantarkannya. Dia memakan sandwich dan menghabiskan susunya. Kemudian, keluar dari kamar.

Istvan tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk mengisi waktu kosong, maka dia turun ke bawah. Istvan memasuki satu persatu ruangan yang mulai dia ingat. Dia menemukan Ikarus dan Vidar di ruang bersantai yang dilengkapi perapian. Ikarus sedang melihat-lihat lukisan, sementara Vidar duduk merenung. Keduanya sepertinya tidak sedang ingin diajak berbicara, maka dia pergi ke luar.

Istvan menemukan Hector dan Hertha sedang berlatih bela diri di salah satu ruangan. Keduanya meneriakinya agar tidak mengganggu. Alhasil, Istvan pergi ke perpustakaan.

Tempat itu cukup berdebu mengingat tidak ada yang memasukinya sejak mereka diungsikan ke bumi. Istvan menelusuri setiap rak, mencoba mengingat apa yang telah dia pelajari dulu. Kemudian dia melihat Izora duduk bersimpuh dikelilingi buku-buku hingga sosoknya hampir tak terlihat. Istvan melangkah ke arahnya dan menyapa ringan, "Hai!"

Izora menoleh lalu tersenyum. Dia meregangkan tubuh dan mengucek mata.

Istvan duduk di sampingnya, "Apa yang kau baca?"

"Semua hal tentang Zethosiris," jawab Izora, "Aku tidak ingin terlihat bodoh dihadapan yang lain."

Istvan mengambil salah satu bukunya yang berjudul 'Biografi Raja Delevigne Seerkha, sang pendiri Zethosiris'

"Kau membaca sejarah leluhur kita?" tanya Istvan.

Izora mengangguk. Matanya terpancang pada buku lain.

"Aku baru tahu kalau kakek kita, Aegean Seerkha, adalah Raja yang memerintah paling lama. Sekitar 87 tahun."

Istvan bahkan tidak mengetahui hal itu. Dia melihat judul-judul buku di sekitar Izora yang lain. Semuanya terlihat membosankan dan kuno. Alhasil, dia hanya duduk sambil membolak-balik halaman yang bergambar ilustrasi.

Beberapa menit berlalu, hingga akhirnya sesuatu terbesit dalam benak Istvan. Dia menutup bukunya dan menatap Izora.

"Kau ingat Edgar dan Matthew menyebut-nyebut tentang festival Vtigeer?" tanya Istvan.

"Aku ingat. Aku membaca tentang itu tadi. Sebentar, biar kucari."

Izora memilih-milih buku di sekitarnya, kemudian mengambil satu dan mulai membuka halaman tengah.

"Vtigeer adalah dewa, begitulah yang bumi Darloth percayai." kata Izora mulai membaca. "Festival itu diadakan setiap tahun di halaman Istana. Tapi, sejak istana disembunyikan, festival itu dirayakan di ibukota. Tempat istana dulunya berada,"

Istvan masih tidak percaya tentang fakta bahwa Istana telah dipindahkan. Memang, lokasinya saat ini berbeda dari yang dia ingat. Namun, bukankah memindahkan sesuatu sebesar ini sangat mustahil?

"Aku tahu apa yang kau pikirkan," kata Izora. "Aku juga telah membaca bahwa istana dipindahkan oleh Raja dengan bantuan penyihir. Raja adalah Zethis terkuat di abad ini. Sedangkan para penyihir, mereka adalah pelayan Vtigeer. Tentu saja mereka sanggup memindahkan sebuah istana."

Izora menatap langit-langit. "Aku penasaran dengan klan-klan di bumi Darloth."

"Kita sudah bertemu beberapa," kata Istvan. Kepalanya berdenging, mengeluarkan memori-memori lain. "Aku ingat ada centaurus, duyung—"

"Duyung?" ulang Izora. "Itu nyata?"

"Ya, mereka hidup di laut Ocea... Acea..." Istvan mencoba mengingat.

"Oechania," kata seseorang yang muncul dari balik rak.

"Kayson, sejak kapan kau disitu?" tanya Istvan.

"Beberapa menit lalu," jawabnya. Dia lalu menatap Izora. "Aretha bertanya kapan kau akan menanam bibit Dryadmu."

Izora menepuk jidatnya, "Aku lupa!"

Dia segera menutup bukunya dan berlari keluar.

"Hei! Kau harus mengembalikan buku-bukumu!" seru Istvan.

"Tolong ya, kak!" kata Izora nyengir.

Istvan hanya menggelengkan kepala lalu mengembalikan buku-buku Izora ke rak. Kayson membantunya. Sesekali membuka-buka buku yang telah dibaca Izora.

Istvan meregangkan tubuh dan memutuskan untuk keluar dari perpustakaan. Kayson tinggal disana untuk membaca.

Tak terasa, dia sampai di halaman kastil. Kini, seluruh kastil tampak jelas pada siang hari. Izora dan Aretha sedang menanam bibit mereka di taman yang penuh bunga. Anjing Izora, Casey, melompat kesana-kemari. Mengejar kupu-kupu yang terbang melintas. Istvan hanya berdiri termenung. Hingga seseorang muncul di sampingnya.

"Nostalgia?" tanya Ikarus.

Istvan hanya tersenyum. Dia memikirkan perkataan Izora tentang Raja yang merupakan zethis terkuat. Kemudian dia ingat luka di dada ayahnya.

Ikarus berjalan menuju patung naga yang mengeluarkan air mancur, "Aku tidak ingat apakah ada naga di Darloth."

Istvan tidak menjawab, membuat Ikarus menoleh menatapnya.

"Kau kenapa? Tidak seperti biasanya," tanya Ikarus.

"Entahlah, aku—" Istvan mengusap wajahnya, "Bagaimana kalau kita membuat jadwal berlatih?"

Ikarus mengernyit, "Tiba-tiba?"

"Aku hanya berpikir kalau Halkseth itu lebih kuat dari yang kita bayangkan. Luka ayah... Mereka bisa membuat Zethis terkuat terluka seperti itu. Kita tidak akan bisa melawan hanya dengan kemampuan seperti ini," kata Istvan.

Ikarus mempertimbangkan perkataannya, "Kau benar. Aku sudah berpikir-pikir kalau—"

Perkataan Ikarus terhenti saat dia menatap gerbang kastil. Istvan ikut menatap ke arah yang sama dan seketika terkejut. Seseorang berjalan tertatih-tatih ke arah mereka.

Istvan dan Ikarus mendadak tidak bisa bergerak karena terpaku. Sosok itu tiba di hadapan mereka sambil terengah-engah.

Dia adalah perempuan tercantik yang pernah Istvan lihat. Usianya mungkin sekitar 13 tahun. Rambutnya merah panjang hingga sepinggang. Kulitnya putih, meski tercoreng disana-sini. Hidungnya kecil dan mancung, bibirnya semerah delima. Istvan tidak bisa menentukan warna matanya yang seolah berubah-ubah.

"Akhirnya... Sudah sampai," lirih perempuan itu sebelum roboh ke tanah.

Istvan segera menangkapnya. Tak butuh waktu lama untuk mengenali perempuan tersebut. Rhea Amaranth Seerkha, putri ke-7, anak tunggal selir Sevilla Envy.

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang