Part 11

54 11 0
                                    

Ikarus POV

"Kemarilah, pangeran." Serigala itu tertawa, "Gantikan nyawanya dengan nyawamu."

Matthew semakin meronta-ronta. Serigala itu menggeram lalu melemparkannya hingga menabrak dinding.

"Kau!" geram Ikarus. Dia berlari maju sebelum Edgar sempat mencegah.
Ikarus mengangkat pedangnya. Manusia serigala itu berubah menjadi serigala besar sungguhan. Dia melolong seolah menantangnya.

Ikarus mengayunkan pedang yang tentu saja ditepis dengan mudah oleh serigala tersebut. Langkahnya terhuyung. Dia mengangkat pedangnya lagi. Serigala itu menangkis dengan cakar besarnya, membuat pedang Ikarus terlepas. Ikarus terlalu terkejut untuk menyadari dirinya telah dilucuti. Serigala itu mengangkat cakarnya lagi.

Edgar melompat ke tengah-tengah dan menyabet cakar serigala itu dengan pedangnya. Serigala melolong.

"Mundur, yang mulia! Demi keselamatan anda!" seru Edgar. Serigala itu menyerang lagi, Edgar menahannya. Ikarus terpaksa mundur, sadar bahwa dirinya tak bersenjata.

Ikarus melihat Istvan meminumkan Farmacho pada Matthew. Dia segera mendatangi keduanya.

Matthew terbatuk-batuk. Darah merembes dari perutnya yang diperban. Lukanya terbuka lagi karena dilemparkan oleh serigala itu.

"Kita harus membawamu pergi!" kata Ikarus panik.

Matthew menggeleng, "Anda dengar kata-kata manusia serigala itu tadi. Putri Izora ada di dalam sana, sedang dikejar oleh rekannya. Kita harus menyelamatkan mereka."

"Tapi—"

Edgar terbanting oleh serigala tersebut. Serigala itu hendak menyerangnya. Edgar yang masih setengah berdiri dengan cepat menahan cakar dengan pedangnya. Istvan melemparkan pedangnya ke arah punggung serigala itu yang tanpa pertahanan. Sayangnya serigala itu menyadari pedang tersebut dan dengan cepat menghindar. Serigala itu berbalik menatap mereka. Matthew berdiri meski goyah.

Serigala itu menyerang. Matthew maju dan menyabet lengannya. Serigala melolong kesakitan, dia balas mencakar dengan lengan satunya. Matthew segera menyiagakan pedang untuk menahan cakar tersebut, namun rupanya itu hanya gerak tipu. Serigala itu malah menunduk dan menggigit kakinya, lalu menyeretnya ke kanan dan kiri dengan cepat. Matthew terseret dan terombang-ambing.

"Tidaakk!" Ikarus dan Istvan berteriak dengan ngeri.

Matthew dilemparkan lagi hingga menabrak dinding. Kali ini dia tak sadarkan diri. Ikarus berseru marah dan menyerbu, melupakan fakta bahwa dia tak bersenjata. Ketika serigala itu menyerang, dia melompat ke samping mengikuti nalurinya. Kemudian meninju wajah serigala itu. Serigala itu terhuyung dan mengerjap kaget. Kemudian dia melolong marah.

"Ikarus!" Seru Istvan.

Ikarus berlari, serigala itu mengejar. Edgar juga berlari ke arahnya untuk menolong. Di depan Ikarus ada dinding. Namun, nalurinya mengatakan bahwa dia harus terus berlari. Ikarus menjejak dinding tersebut dan berlari di atasnya dengan mudah.

"I-ikarus?" Istvan menatapnya yang sedang berdiri di dinding miring tanpa terjatuh dengan ternganga. Bahkan serigala dan Edgar pun berhenti karena terpana.

Kepala Ikarus sakit, sebuah memori lagi-lagi muncul. Dia ingat bisa berjalan di tempat-tempat miring. Hukum gravitasi tidak berlaku untuknya. Ikarus tersenyum, dia sudah tahu kekuatannya.

Keterkejutan itu tidak berlangsung lama. Edgar langsung pulih dan kembali mengejar serigala tersebut. Serigala itu menoleh dan kembali bertarung dengannya. Ikarus terus berlari hingga ke langit-langit. Dia berdiri terbalik, tepat di atas Edgar dan serigala yang bertarung.

Istvan mengambil pedangnya lagi dan melemparkannya pada Ikarus. Ikarus menangkap pedang tersebut lalu memperhatikan pertarungan di bawahnya. Menunggu waktu yang tepat.

Serigala itu terus mengayunkan cakar, Edgar mengelak dan balas menyerang. Pada satu kesempatan dia berhasil menendang perutnya. Serigala mengerang. Edgar mengeluarkan sebuah tali dan dengan cepat mengalungkannya ke leher serigala tersebut. Serigala itu mencakar-cakar. Istvan maju dan membantu Edgar mengikatkan tali pada leher serigala itu. Mereka memegang tali itu terentang, sehingga serigala tidak bisa menyerang mereka. Ini kesempatan bagi Ikarus. Dia melepaskan kekuatan antigravitasinya dan terjatuh dengan pedang yang terhunus. Sambil berteriak, Ikarus menusuk punggung serigala itu dengan telak.

Serigala melolong nyaring. Perlahan, tubuhnya meluruh menjadi abu. Meninggalkan Ikarus, Edgar, dan Istvan yang terengah-engah.

"Selesai," kata Edgar. "Kerja bagus, yang mulia."

Ikarus merasakan kebanggaan tersendiri, dia berhasil membunuh satu Halkseth. Awal yang baik untuk memulai peperangan dengan mereka. Namun, rasa senangnya tak berlangsung lama karena Istvan berteriak, "Matthew!"

Dia bodoh karena melupakan pria malang itu. Mereka berlari ke arah Matthew yang masih terkapar. Kini tak hanya perut, kakinya pun mengucurkan darah karena digigit oleh serigala sialan tersebut.

Ikarus meletakkan kepala Matthew di pangkuannya dan terus menyuruhnya untuk tetap sadar. Wajah Matthew sudah pucat dan napasnya tersengggal.

"Istvan! Apakah farmachonya masih ada?"

"Iya." Istvan cepat-cepat mengeluarkan sebotol farmacho dari tas sekolahnya. Sepertinya dia memasukkan botol minuman itu di tengah pertarungan agar tidak terlempar kesana-kemari. Istvan membuka tutup botol itu dan menyodorkannya ke mulut Matthew.

"Tidak... sudah terlambat..." lirih Matthew.

"Belum terlambat!" sanggah Ikarus.

Edgar menekan luka di kaki Matthew dengan secarik kain yang ia robek dari pakaiannya. Namun, darah terus mengucur. Wajah Edgar berubah menjadi sedih.

"Rekanku yang pemberani, kau telah menuntaskan tugas mulia—"

"Tidak!" sela Ikarus memotong perkataan Edgar. Dia menepuk-nepuk pipi Matthew. "Tidak, kau harus mengantarku hingga sampai ke Zethosiris. Kau tidak kuijinkan pergi sebelum itu!"

Istvan memegang bahunya, mencoba menenangkan. Matthew terbatuk, darah keluar dari bibirnya. Wajahnya semakin pucat.

"Maaf, pangeran...." Suaranya terdengar lemah. "Saya sudah berusaha... Tolong... Selamatkan Zethosiris..."

Mata Matthew mulai menutup, tubuhnya tak bergerak lagi. Ikarus terpaku. Dia menggoyangkan tubuh orang yang sudah membesarkannya itu.

"Matthew! Matthew, buka matamu! Matthew!" panggil Ikarus.

"Ikarus..." kata Istvan lembut dan menatapnya prihatin. "Dia sudah pergi..."

Edgar menunduk. Sekali lagi menyaksikan kematian rakyat Zethosiris di tangan Halkseth.

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang