Part 20

49 8 0
                                    

Aretha pov

Naik kereta kuda adalah pengalaman baru bagi Aretha. Sebenarnya semua petualangan ini adalah pengalaman baru baginya. Sebelumnya, Aretha hanyalah gadis 10 tahun yang dibesarkan di panti asuhan. Berharap semoga sepasang suami istri datang dan mengatakan dia adalah putri mereka. Panti asuhan bukan tempat terbaik bagi Aretha. Anak-anak lain selalu mengganggunya. Di sekolah pun juga sama. Aretha bukan si 'yang terbaik'. Dia tidak mempunyai barang untuk disombongkan, bekal untuk dipamerkan, ataupun orang tua yang selalu mengantar dan menjemput.

Satu-satunya sahabat Aretha adalah Izora. Gadis yang lebih tua dua tahun darinya. Izora tidak pernah menganggapnya orang buangan. Dia juga tidak keberatan dengan sikap Aretha yang pendiam.

Ketika Izora mengatakan mereka bersaudara, itu adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Aretha ternyata punya saudari, punya orang tua, punya keluarga dan rumah. Mereka sedang dalam perjalanan untuk pulang ke rumah yang tidak diingatnya.

Selama dua hari ini, pikiran Aretha terus dibebani banyak hal. Mereka sudah mengalami situasi hidup mati, dan Aretha sejauh ini tidak melakukan apapun.

Istvan dan Ikarus berkata bahwa para anak Raja adalah seorang Zethis. Kekuatan mereka bahkan sudah muncul sejak kecil.

Namun, Aretha tidak yakin dengan dirinya. Dia masih bayi saat itu. Bagaimana jika dia tidak mempunyai kekuatan apapun? Bagaimana jika dia bukan seorang Zethis?

Kekuatan Izora juga belum muncul, namun gadis itu amatlah pintar. Dia pandai bergaul dengan siapa saja. Sekarang contohnya, dia sedang menyikut Istvan dan mengatakan sesuatu yang membuat wajah pemuda itu memerah. Izora sangat cepat akrab dengan Istvan dan Ikarus, tidak seperti Aretha. Dia bahkan masih merasa canggung dengan mereka.

"Hentikan itu, Izora! Pindah tempat duduk sana!" protes Istvan.

"Tidak mau!" Izora menjulurkan lidah. "Kalau aku pindah, aku akan mengatakan keras-keras kalau kau—"

"Diam!" Istvan membekap mulutnya.

"Apasih yang kalian bicarakan? Beritahu aku!" kata Ikarus yang sedari tadi penasaran.

Izora bergumam tidak jelas dalam bekapan Istvan.

"Diam, Izora! Aku akan mengabulkan permintaanmu jika kau diam," bujuk Istvan.

Izora pun berhenti, dia mengulurkan jari kelingkingnya. Meminta Istvan untuk berjanji. Istvan mengeluh, namun akhirnya menautkan jari kelingkingnya.

Ikarus berdecak kesal. "Menyebalkan! Aku akan mencari tahu apa yang kalian sembunyikan," katanya kesal.

Aretha tersenyum melihat mereka. Mereka tampak seperti keluarga sesungguhnya.

Perjalanan tidak begitu melelahkan karena mereka berada di dalam kereta. Pada suatu ketika, Edgar memelankan kereta dan berkata dari depan sana.

"Yang mulia pangeran dan putri, kita sedang melewati desa Spinel. Anda bisa melihat pemandangan melalui jendela."

Izora dengan semangat membuka tirai jendela kereta. Semuanya melihat ke luar dan terpesona.
Air terjun mengalir di antara dua bukit. Rumah-rumah penduduk memenuhi sisi kanan dan kiri sungai yang jernih. Beberapa anak terlihat sedang bermain bola di lapangan. Para petani menanam padi di sawah. Terdengar suara seruling yang amat merdu. Sosok makhluk yang memainkan seruling itu duduk di bawah pohon, domba-domba berada di sekitarnya. Sosok itu mempunyai kepala dan perut seperti manusia. Namun, dari pinggang hingga kaki menyerupai hewan. Dia juga mempunyai tanduk melengkung seperti kambing.

"Apa itu?" tanya Izora.

"Aku ingat makhluk itu," kata Ikarus mengerutkan kening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku ingat makhluk itu," kata Ikarus mengerutkan kening. "Kurasa itu satyr."

"Anda benar, pangeran." kata Edgar. "Klan Satyr adalah musisi terbaik di Zethosiris. Nyanyian sihir Satyr bisa menyuburkan tanaman dan membuat hewan-hewan jinak."

Pohon yang dipakai untuk berteduh Satyr itu bergoyang-goyang seperti terkena sihir. Kemudian berbuah dengan cepat. Ikarus bersiul terkesan. Beberapa pohon mengeluarkan sosok wanita berkulit hijau. Para dryad. Mereka menari-nari mengikuti musik si Satyr.

"Ada berapa banyak desa di bumi Darloth?" tanya Izora.

"Yang dipihak Zethosiris? 673 desa, 122 kota, dan 4 prefektur," kata Edgar.

"Banyak sekali desa disini," kata Izora. Dia terus melongok ke jendela, memperhatikan desa Quartz yang sudah tertinggal dibelakang.

"Sebagian desa masih tidak diketahui berada di pihak siapa. Beberapa desa hanya dihuni oleh satu atau dua klan saja. Klan manusia kebanyakan menghuni kota-kota kecil dan besar," kata Edgar.

Aretha membayangkan satu desa yang hanya berisi klan Dryad. Wanita-wanita pohon yang suka usil satu sama lain. Bayangan buah-buah apel terlempar kesana-kemari membuatnya tersenyum.

Setelah melewati desa Spinel, mereka melewati sebuah taman bunga yang jenisnya tak pernah ia lihat di bumi. Bunga-bunga itu beraneka ragam warnanya. Kelopaknya berpendar. Jika ini malam, mereka pasti bisa melihat cahayanya.

"Apa bunga itu yang digunakan untuk membuat lentera?" tanya Istvan.

"Benar, pangeran. Alat elektronik hampir tidak bisa digunakan di bumi Darloth. Alam yang terus dijaga berevolusi, menyediakan semua hal yang kami butuhkan. Yang sedang kita lihat ini adalah taman Chipose, dijaga oleh para peri. Bunga-bunga bercahaya memang tumbuh di berbagai tempat, namun di taman inilah mereka berkembang lebih banyak. Bahkan jika kelopaknya dicampur dengan bahan bangunan, bunga itu tetap bersinar. Kami menggunakannya sebagai pengganti lampu," kata Edgar.

Aretha melihat peri yang dimaksud Edgar. Mereka adalah makhluk seukuran telapak tangan orang dewasa. Dari punggungnya tumbuh sayap tipis seperti capung. Seluruh tubuh mereka bercahaya. Salah satu peri menyentuh kuncup bunga bersinar di taman itu. Tak lama kemudian, bunga itu mulai mekar. Indah sekali.

 Indah sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang