Part 1

359 20 1
                                    

Istvan POV

Istvan tidak pernah tahu kehidupannya akan berubah sejak dia menerima surat aneh di loker sekolahnya.

Hari itu, Istvan memulai pagi hari dengan rutinitas biasa di kost kecilnya. Dulu, dia tinggal di panti asuhan. Ibu pengasuh disana mengatakan dia ditinggalkan di depan pintu saat berusia sekitar 6 tahun. Pemuda berambut pirang itu tidak ingat siapa orang tuanya, juga kehidupannya sebelum itu.

Istvan menyewa kamar kost ini sejak dia mulai masuk sekolah menengah atas. Uang yang dia tabung selama ini ternyata cukup untuk menyewa tempat tinggal kecil sendiri. Tidak mudah mengumpulkan uang itu. Dia harus membantu berjualan permen dan koran bersama anak-anak panti asuhan lainnya, menyisihkan uang jajan yang diberikan ibu panti, dan baru-baru ini bekerja sambilan sebagai pelayan Restoran pemilik kamar kost yang disewanya.

Istvan kini telah duduk di bangku kelas 10, sekolah menengah atas. Dia tidak memilih bersekolah di sekolah besar dan berkualitas, hanya sekolah biasa bernama Carleston High School yang hanya mempunyai dua gedung tingkat. Murid-murid di Carleston sebagian besar adalah pemalas yang terpaksa disekolahkan orang tuanya. Beberapa dari mereka lebih suka menjadi gangster dan menyebarkan kekacauan di jalan-jalan. Pemimpin dari anak-anak nakal itu adalah Tobias Jackson, pemuda berbadan besar dan berambut hitam kelabu yang tidak rata. Matanya selalu merah dan berair karena dia sering marah-marah. Lengan dan kakinya berbulu lebih lebat dari remaja berusia 15 tahun yang lain. Dia adalah orang yang paling tidak Istvan sukai.

Hari ini adalah pelajaran olahraga. Karena langit sangat cerah-biru tak berawan-mereka akan berolahraga di lapangan. Istvan dan teman laki-laki sekelasnya pergi ke kamar kecil untuk berganti baju. Beberapa temannya yang idiot menggedor-gedor kamar kecil perempuan hingga terdengar omelan-omelan marah. Istvan berganti baju dengan cepat kemudian pergi ke lokernya untuk meletakkan bajunya disana. Saat itulah dia menemukan kejanggalan.
Sebuah amplop putih terletak di atas buku-bukunya. Istvan mengambil amplop tersebut. Tidak ada nama pengirimnya. Dia membuka amplop dan menemukan satu lembar surat yang hanya ditulisi bagian tengahnya.

Jam istirahat, halaman belakang sekolah.
E.L

Istvan membolak-balik surat tersebut dan tidak menemukan tulisan lain lagi. Dia tidak tahu siapa E.L ini. Istvan sedang memikirkan nama orang-orang yang mungkin menulis surat tersebut ketika Mr. James, guru olahraga mereka meniup peluit. Istvan memasukkan surat itu ke kantong celana trainingnya kemudian mengikuti murid-murid lain ke lapangan.

Mr. James menyuruh murid-muridnya memecah menjadi dua kelompok untuk bermain lempar tangkap bola. Segera saja, Tobias dan teman-teman nakalnya menjadi satu kelompok. Sedangkan kelompok Istvan rata-rata adalah anak yang sering dibully oleh Tobias. Istvan bisa mendengar rengekan kecil dari belakang bahunya.

Mr. James yang tidak mengetahui betapa tidak imbangnya pembagian kelompok itu meninggalkan mereka untuk bermain sendiri.

Tobias segera melemparkan bola, yang langsung ditangkap oleh Istvan. Istvan terbungkuk karena begitu kerasnya bola itu dilempar, dan dia yakin Tobias sengaja. Istvan membalas melempar bola. Pertandingan berlangsung selama dua menit sebelum kacamata Joseph pecah terkena bola yang dilemparkan oleh kelompok Tobias. Beberapa gadis yang hanya menonton terpekik ngeri. Namun, itu tidak menghentikan Tobias untuk terus bermain. Apalagi dengan tidak adanya guru yang mengawas.

Tobias melempar bola dengan keras hingga mengenai tulang kering Henry. Cowok culun yang selalu duduk di pojokan kelas.

"Hentikan, Tobias!" seru Istvan. "Tidak boleh mencederai kelompok lain!"

Tentu saja perkataan Istvan hanya dianggap konyol oleh teman-teman Tobias. Mereka semua tertawa dan menirukan gaya bicara Istvan.

"Kau mau jadi yang selanjutnya, pirang?" tawar Tobias sambil memindahkan bola dari tangan kiri ke tangan kanannya.

Istvan mengepalkan tangan. "Mr. James menyuruh kita untuk bermain dengan adil!" kata Istvan mengingatkan.

"Oh ya? Lalu apa yang akan kau lakukan? Melaporkan kita?" ledek Tobias.

Sebelum Istvan menjawab, Tobias melemparkan bola dengan keras dan mengenai perutnya hingga ia terjungkal. Sontak Tobias dan teman-temannya tertawa. Istvan mengerang dan mencoba berdiri. Tidak ada orang dari kelompoknya yang mau membantu. Mereka semua takut pada kelompok Tobias.

Istvan menahan rasa nyeri di tulang iganya dan mengambil bola. Dia menatap Tobias dengan marah. Istvan balas melemparkan bola tersebut.

Buk!

Bola itu mengenai perut Tobias hingga membuatnya terlempar ke belakang. Istvan tertegun, dia tidak tahu kalau lemparannya akan sekuat itu.

Terdengar suara peluit. Semua orang menoleh. Mr. James sudah datang dan menatap Istvan sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Istvan Smith, kau yang melempar bola itu?" tanya Mr. James.

"Dia melakukannya! Dia bermain kasar!" seru Tobias.

Mr. James menyuruh beberapa siswa untuk membawa Tobias ke klinik, dan menyuruh Istvan ikut ke kantor. Istvan mengikuti dengan patuh. Tidak ada yang berani untuk mengatakan hal sebenarnya, bahwa Tobias yang memulai semua itu. Dia melihat Tobias menjulurkan lidah menghinanya.

Mr. James menyuruh Istvan untuk membersihkan perpustakaan sebagai hukumannya. Alhasil dia melewatkan waktu istirahat dengan menyapu, mengepel, dan merapikan buku-buku di rak.

Sejujurnya, kejadian seperti tadi tidak hanya terjadi sekali. Kadang-kadang, Istvan merasa mempunyai tenaga yang lebih kuat dari orang lain. Waktu umur 9 tahun, dia berhasil lari mengelilingi sekolah sebanyak dua puluh kali-lebih banyak dan lebih cepat dari teman-temannya-tanpa merasa lelah sedikitpun. Sejak kecil pun, Istvan selalu berjualan lebih lama dari anak-anak panti asuhan lainnya meskipun tidak makan seharian. Kemudian pada umur 12 tahun, Istvan berhasil menghentikan babi liar besar yang lepas dari truk dan hampir menyerang seorang ibu dan bayinya. Ketika polisi datang, mereka menemukan babi itu tak lagi bergerak setelah dicekik seorang bocah.

"Kau mempunyai fisik yang kuat, Istvan. Bergabunglah dengan klub Basket sekolah!" ajak ketua klub basket suatu hari saat melihatnya bermain basket sendirian.

Namun, Istvan tidak bisa bergabung dengan klub Basket. Latihan sepulang sekolah akan membuatnya tidak bisa kerja sambilan, dan Istvan tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu.

Bel masuk berbunyi saat Istvan selesai membersihkan perpustakaan. Dia terpaksa melanjutkan kelasnya sampai sore dengan keadaan perut lapar.

Bersambung...

Kritik dan saran sangat diperlukan!

Kingdom of Zethosiris {I}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang